STUDI ALKITABIAH MENGENAI KESUPRANATURALAN YESUS KRISTUS BERDASARKAN MATIUS 1:18-25
STUDI ALKITABIAH MENGENAI
KESUPRANATURALAN
YESUS KRISTUS BERDASARKAN MATIUS
1:18-25
Destra Ginting, M. Th
ABSTRAK
Artikel ini ingin mengkaji tentang kesupranaturalan
Yesus Kristus berdasarkan Injil Matius 1:18-25. Titik sentral dalam teologi
Kristen terletak pada ajaran tentang Kristus. Doktrin keilahian Yesus sangat
penting dalam teologi Kristen karena melalui keilahian Yesus maka manusia dapat
ditebus dari dosa dan manusia dapat bersekutu dengan Allah. Penulis akan
memaparkan permasalahan tentang tanggapan atau pandangan dari berbagai macam
masalah yang timbul mengenai keilahian Yesus. Dalam tulisan ini, penulis
menggunakan metode penelitian kualitataif. Kajian yang dilakukan bersifat studi
alkitabiah melalui studi pustaka. Berdasarkan studi Alkitabiah mengenai
keilahian Yesus Kristus dalam Injil Matius 1:18-25 menegaskan bahwa Yesus lahir
dari anak dara Maria dan dikandung dari Roh Kudus. Kelahiran Yesus Kristus dari
Roh Kudus menandakan bahwa Dia adalah Allah. KelahiranNya lain dari manusia
lainnya, sebab benih dosa tidak ada didalam diriNya. KelahiranNya dari Roh
Kudus menandakan bahwa Dia adalah Allah. KematianNya lain dari manusia lainnya,
sebab benih dosa tidak ada di dalam diriNya. KelahiranNya oleh Roh Kudus menandakan
bahwa tidak ada partisifasi Yusuf di dalam kandungan Maria. KelahiranNya dari
Roh Kudus menekankan bahwa Maria masih perawan. Allah hanya meminjam kandungan
Maria, dengan kata lain bahwa Maria hanya sebagai alat yang dipakai Allah untuk
melahirkan Yesus sampai Yesus lahir Yusuf tidak bersentubuh dengan Maria.
Berdasarkan tulisan ini, maka menepis pandangan dari gnostik, ebionisme,
marcionisme, nazaretisme, arianisme, apolinarianisme, euthikianisme, sosirnusisme,
doketisme, mormonisme, saksi Yehuwa, Christian science, liberalisme, children
of God.
Kata-kata Kunci: Studi alkitabiah, kesupranaturalan, keilahian Yesus Kristus.
PENDAHULUAN
Keilahian
Yesus merupakan suatu topik perdebatan yang terus-menerus dibicarakan, sehingga
topik ini sering menimbulkan pertanyaan bagi banyak orang. Perihal tentang
pembicaraan siapa Yesus sebenarnya menjadi pembicaraan yang hangat dari dahulu
sampai sekarang, dan setiap orang dari dahulu sampai sekarang berusaha untuk
mendapatkan jawaban masing-masing. Ada yang mengatakan bahwa Yesus itu bukan
Allah melainkan Ia manusia biasa. Ada juga yang mengatakan bahwa Yesus adalah
Allah bukan manusia.
Banyak
orang yang menyangkal keilahian Kristus, bahkan orang yang beragama Kristen
karena keragu-raguan yang disebabkan kurang pemahaman atau kurang pengetahuan
akan kebenaran akan Firman Tuhan. Adanya persepsi atau pandangan yang
berbeda-beda tentang Kristus. Ada yang berpendapat bahwa Yesus bukan Allah
tetapi manusia biasa ada juga yang berpendapat bahwa Yesus bukan Allah tetapi
manusia biasa ada juga yang mengatakan bahwa Yesus itu setengah Allah setengah
manusia. Adanya perbedaan persepsi atau pandangan yang berbeda tentang Yesus,
dari bapa-bapa gereja dan kaum liberalisme. Sebagian dari mereka mengatakan
bahwa Yesus lebih rendah dari Allah Bapa dan yang sebagian mengatakan bahwa
Yesus manusia berdosa. Perbedaan pendapat disebabkan oleh karena adanya
perbedaan penafsiran Alkitab. Adanya fenomena pengajaran yang menentang tentang
keilahian Yesus. Brown mengatakan bahwa Yesus adalah seorang manusia dalam
sumber sejarah paling awal, mereka berpendapat bahwa Yesus menikah dengan Maria
Magdalena, dan mengatakan tipe kekristenan yang paling benar hakekatnya
bersifat seksual yang dimulai dari Yesus.[1]
Pandangan ini sangat jelas menentang keilahian Yesus. Karena kurang memahami
siapakah Yesus yang sebenranya menurut Alkitab.
Bahkan
injil barnabas tidak mengakui kemesiasan Yesus dan menganggap Yesus sebagai
Yohanes pembaptis kemesiasan Yesus diberikan kepada Muhammad. Yesus hanyaah
seorang nabi yang membawa kabar gembira kepada Muhammad dan injil Barnabas ini
menekankan sunat.[2]
Demikian juga Injil Yudas dimana Yudas ditampilkan sebagai teman dan sahabat
Yesus yang paling dekat satu-satunya murid yang memahami Yesus lebih baik
daripada yang lain, yang menyerahkan Yesus kepada pejabat yang berwenang karena
Yesus menghendaki-Nya. Dengan menyerahkan Yesus maka Yudas menunjukan kesetiaan
dan pengabdiannya yang paling besar. Menurut injil Yudas ingin membebaskan diri
dari dunia materi yang bertentangan dengan Allah.[3]
Sampai saat ini masih hangat dibicarakan tentang
keilahian Yesus Kristus baik di kalangan akademisi, para Pendeta maupun jemaat
kristen, sehingga penulis merasa perlu untuk membahas tentang keilahian Yesus
agar dapat melihat kebenaran dan makna teologisnya dari sudut pandang Alkitab
atau secara alkitabiah. Karena itu penulis memutuskan untuk meneliti judul ini
secara spesifik berdasarkan data-data Alkitab yang dikaji menurut sistem
interpretasi, eksegesis dan teologi Alkitabiah
untuk mendukung
kebenaran yang sesungguhnya dari keilahian Yesus
itu.
Keraguan
akan keilahian Yesus Kristus adalah karena dia merupakan keturunan manusia,
Yaitu manusia berdosa sehingga pasti Yesus juga berdosa. Padahal sangat jelas
dipaparkan dalam Alkitab bahwa Yesus adalah dikandung oleh Roh Kudus dalam dan
meminjam kandungan Maria. Walaupun dalam Konsili
Nicea (325 M) telah ditegaskan bahwa pribadi Yesus Kristus adalah Allah yang
total (utuh) dan manusia yang total (utuh) artinya sejak dahulu telah dilakukan
suatu pelurusan suatu pengajaran, namun dalam pemahaman sampai hari
masih terus ada pemahaman yang salah terhadap keilahianNya. Sehingga penulis
merasa sangat penting untuk melihat kembali tentang keilahian Yesus Kristus
dari salah satu sudut padang yaitu kitab Matius 1:18-25.
BAHASAN
Kajian Teori
Usaha
untuk memahami dan mengerti tentang keilahian dan kemanusiaan Yesus Kristus
sering terjadi kekeliruan. Terjadinya kekeliruan tersebut disebabkan oleh
karena adanya penafsiran dan pemahaman Alkitab yang salah. Manusia lebih
cenderung menggunakan rasionya untuk memahami kebenaran Alkitab. Sebagai
akibatnya timbullah berbagai pandangan yang keliru mengenai keilahian dan
kemanusian Yesus Kristus. Hal ini merupakan masalah yang harus diantisipasi
oleh umat Tuhan agar tidak muda disesatkan oleh ajaran sumbang tersebut. Untuk
lebih mengetahui ajaran sumbang tersebut, maka dalam pembahasan berikut ini
penulis akan menguraikannya satu persatu.
Pandangan
Gnostik
Kata
gnostik berasal dari kata Yunani “gnosis” yang berarti pengenalan pengetahuan
yang dalam perjanjian baru diterjemahkan “Ilmu Pengetahuan”.[4]
Sifat ajaran gnostik adalah dualistik dan sinkritistik yang merupakan
pecampuran antara filsafat Yunani dengan agama-agama timur bahkan unsur-unsur
agama kristen.[5]
Percampuran dari unsur-unsur pemikiran ini dapat menimbulkan kekeliruan dalam
pemahaman tentang Alkitab. Akibatnya timbul ajaran yang bertolak belakang
dengan ajaran firman Tuhan. Alkitab tidak dipandang seabgai kebenaran yang
utama.
Paham
gnostik mengakui Yesus sebagai pernyataan dari wahyu Allah yang
mahatinggi, tetapi menolak Yesus sebagai
firman yang menjadi manusia.Karena pada
anggapan mereka bahwa dunia materi ini jahat, sebab itu kehadiran Yesus dalam
dunia hanya merupakan hayalan saja, bukan benar-benar menjadi manusia sejati.
Ajaran gnostik ini bersumber dari percampuran antara agama timur yaitu agama
mesir yang menyembah dewi Isis dan dewa Osiris agama Siria yang menyembah dewa
Baal, agama Persia yang menyembah dewa mitras, dan agama Asia yang menyembah
dewi kilebe, dan filsafat barat yaitu pikiran Plato tentang dunia. Adapun yang mempopulerkan
paham Gnostik ini adalah golongan Alexandria yang dipimpin oleh seorang
cendikiawan Yahudi bernama Philo Judeas bersama tiga orang murid yang bernama
Cerintus, Basilides, dan Valentinus.[6]
Asas-asas
gnostik yang berlawanan dengan asas-asas iman kristen ialah perjanjian baru
dipisahkan dari perjanjian lama, dan Allah pencipta tidak sama dengan Allah
Bapa, tidak ada kebangkitan daging dan tdak ada dunia baru. Manusia hanya bisa
menjadi selamat, kalau ia melepaskan diri dari dunia in.[7]
Ajaran ini menyelewengkan isi Alkitab, sebab Yesus itu adalah Allah sejati, Ia
adalah juruselamat manusia.
Pandangan
Arianisme
Pandangan
Arianisme muncul pada abad ke-4. Faham ini mengatakan bahwa Yesus adalah
ciptaan Allah yang sulung yang tertinggi sederajat-Nya. Kemudian melalui
Dia,Allah menciptakan segala sesuatu.Yesus bukan kekal adanya, melainkan
dibentuk yang tidak ada menjadi ada.Bidat ini di pelopori oleh presbiter atau
penatua dari Alexandria yang bernama Arius. Ia adalah gembala sidang besar di
Baucalis,Alexandria, murid besar Lucian dari aliran Antiolus.[8] Anak Allah tidak sehakekat dengan
Allah Bapa. Ia adalah makhluk yang dapat berubah dan karena itu dapat binasa
serta berdosa. Kemulian-Nya sebagai Anak Allah dikaruniakan oleh Allah Bapa
karena kesetiaan-Nya dalam melaksanakan kehendak Allah Bapa.Aliran Arianisme
mendirikan gereja sendiri dan giat memberitakan injil dikalangan suku goth.[9]
Golongan
Arianisme berpendapatbahwa sifat ilahi Yesus Kristus tidak sempurna atau utuh.
Mereka berpendapat bahwa Kristus
merupakan manusia biasa sampai pada pembaptisan-Nya, sesudah itu baru ada
pada-Nya sifat ilahi sampai Ia disalibkan. Jadi sifat ilahi hanya ada antara
jangka waktu pembaptisan dan penyaliban. Arian mengajarkan bahwa Kristus tidak
ada sebelumnya, Dia adalah mahluk ciptaan dan oleh-Nya semua benda diciptakan.
Arius mengajarkan bahwa meski Anak disebut Allah,
Dia bukanlah Allah sepenuhnya, tetapi merupakan yang tertinggi dari seluruh
mahluk ciptaan. Dia seperti Allah tetapi bukan Allah.[10] Yesus Kristus adalah Allah bukan
makhluk ciptaan dan bukan juga makhluk tertinggi dari semua yang diciptakan.
Dia benar-benar Allah dan juga manusia. Ajaran arianisme ini disebabkan
kurangnya pemahaman akan firman Tuhan, hermeneutik yang salah dan juga pengaruh
filsafat.
Pandangan
Liberalisme
Liberal
berasal dari kata latin “Liber” artinya bebas. Secara teologis liberalisme
berarti bebas dari keharusan untuk percaya kepada Alkitab adalah pernyataan
Allah kepada manusia. Paham ini muncul dan berkembang pada abad 19. Salah satu
penyebab terpenting dari aliran ini adalah makin populernya pandangan
rationalisme dan humanisme.[11]
Tokoh-tokoh
Liberalisme Yaitu Adolf Von Harnack Shailer Matthew, Harro E. Fosdick. Salah
satu kekeliruan yang dihasilkan oleh aliran liberalisme adalah mengenai doktrin
Kristus. Kristus tidak lagi dipandang sebagai pribadi yang ilahi tetapi Ia
hanya sebagai manusia yang uni yang memberikan teladan yang baik bagi orang
lain terutama kehidupan rohani.
Para
teolog liberal mengemukakan pandangannya tentang Pribadi Kristus, diantaranya
adalah Shleimacher menyebut Yesus sebagai manusia dengan keserderhanaan luar
biasa Ritschl menyembutnya Yesus sebagai manusia yang memiliki persekutuan
kasih dengan Allah Beyshlag menyebut Yesus sebagai manusia dipenuhi Allah, dan Sanday
menyebutNya sebagai manusia sejati yang memiliki perasaan keilahian yang
dialami dibawah sadarNya.[12]
Usaha
penelitian teolog liberal untuk menjelaskan pribadi Kristus mengalami
kekeliruan. Para teolog liberal berangagapan bahwa Yesus hanya mempunyai hubungan
yang baik dengan Allah, sehingga ia menjadi teladan yang baik bagi manusia.
Kaum liberal memandang Yesus sebagai figur yang patut diikuti dan dihormati tetapi bukan disembah karena ia
bukan Allah.kegagalan liberalisme terus disebabkan oleh karena penelitiannya
hanya berfokus pada manusia. Mereka tidak dapat menerima isi Alkitab secara
keseluruhan, baik isi historis dan faktanya tetapi sekedar merenungkan sebagai
sarana untuk memperoleh pengertian rohani. Apa yang dianggap mustahil atau
tidak masuk akal manusia tentang isi Alkitab dianggap sebagai dongeng dan
mitos. Pemahaman liberal tersebut merupakan ancaman bagi dasar iman Kristen
baik masa lampau maupun masa sekarang ini.
Pandangan
Saksi Yehova
Munculnya
aliran saksi Yehova tidak terlepas dari kemelut dan kekosongan rohani yang
terjadi di Amerika Serikat sebagai akibat mewabahnya rasionalisme dan
materialisme yang diakibatkan oleh datangnya masa industri sejak abad XVIII dan
gejal timbulnya banyak aliran bidat terutama pada abad XIX di Amerika Serikat.
Beford melihat bahwa saksi Yehova sebagai arus sekulerisasi yang melanda
kehidupan masyarakat da agama di Amerika Serikat pada khususnya dan dunia pada
umumnya,mereka berhasil menarik minat banyak orang[13]
Di
tengah situasi dunia sekarang ini memang banyak orang yang tidak peduli lagi
terhadap kebenaran bahkan orang kristen sekalipun banyak yang tergiur oleh
tawaran-tawaran yang menyenangkan hati dan telinga mereka tanpa memikirkan
akibatnya.Sehingga banyak orang mencari jalan keluar diluar Yesus dan oleh
karena itu mereka terseret kepada tawaran dunia ini yang membawa mereka kepada
kebinasaan.
Saksi
Yehova mengatakan bahwa Yesus adalah pribadi yang diciptakan.Pada mulanya Allah
menciptakan dua malaikat yang mempunyai kuasa yang luar biasa.Malaikat ini
adalah Gabriel dan Lucifer.Lucifer karena menentang Allah menjadi
iblis,sedangkan Gabriel datang di tengah-tengah manusia menjadi Yesus
Kristus.Adapun pendirinya adalah Charles Tase Russel putra dari Joseph
Russel.Ia dilahirkan di kota Pittsburgh,negara bagian Pennsylvania pada tahun
1852.[14]
Paham
ini tidak benar karena tidak sesuai dengan ajaran Alkitab.Alkitab berkata bahwa
Yesus Kristus adalah Allah. Pandangan
ini seakan-akan menempatkan Kristus pada posisi yang lebih tinggi,namun pada
kenyataannya Kristus hanya dianggap sebagai manusia biasa yang merupakan
ciptaan.Dengan demikian Kristus digolongkan sebagai manusia yang mempunyai
keterbatasan,tidak mahakuasa dan tidak mahatahu.Sehingga fakta Alkitab tentang
keilahian dan kemanusiaan Yesus telah diputarbalikkan.Aliran ini sangat giat
dalam mengembangkan dan menyebarkan ajarannya ke berbagai negara termasuk
Indonesia.Salah satu metode yang digunakan untuk mengembangkan ajarannya adalah
kunjungan ke rumah-rumah.Pihak utama yang menjadi sasaran saksi Yehova adalah
orang-orang Kristen atau Katolik dengan alasan ingin meluruskan kesalahannya
dalam memahami Alkitab.
Pandangan
Mormonisme
Munculnya
berbagai aliran dalam Gereja merupakan reaksi kemerosotan mutu.Kehidupan rohani
pada saat itu, Khususnya di negara Amerika.Revolusi dan perang kemerdekaan yang
berpuncak pada tahun 1770-an dan 1780an,namun berlanjut hingga tahun 1810-an
telah mengakibatkan kehidupan beragama berada pada titik rendah di sepanjang
sejarah bangsa itu.[15]
Dalam
keadaan ini ada pihak tertentu yang ingin mengadakan pembaharuan dalam
kehidupan keagamaan. Namun usaha tersebut menimbulkan penyimpangan terhadap
ajaran Firman Tuhan. Mereka tidak lagi menjadikan Alkitab sebagai sumber dan
dasar kebenaran dalam pembaharuan keagamaan tersebut. Kebenaran pribadi dan
pengalaman hidup dianggap lebih berwibawa dan dijadikan kebenaran Allah.
Alkitab digunakna sebagai pendukung dari ajarannya sehingga membuahkan ajaran
yang sesat yang dilakukan oleh aliran Mormon.
Gereja ini didirikan oleh
seorang Amerika yang bernama Joseph Smith pada tahun 1830. Menurut Joseph Smith
bahwa pada tahun 1832 dalam usia 18 tahhun, ia mendapat kunjungan dari malaikat
yang bernama Moroni. Moroni memberitahukan Joseph tentang sejumlah lempengan
emas yang tersembunyi di bukit palmyra suatu perkampungan di new York. Tulisan
yang ada pada lempengan tersebut diterjemahkan oleh Smith menjadi sebuah buku.
Pada awal 1830 naskah itu terwujud menjadi sebuah buku yang di beri nama Kitab
Mormon. Inilah kitab Suci baru, yang secara mujizat diterjemahkan dari
lempengan emas”,seru Joseph setelah buku itu jadi. Inilah Wahyu baru yang
memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat
yang sedang berubah dan yang membawa agama yang up to date.[16]
Oleh sebab itu kalangan
aliran Mormon tidak lagi memandang Alkitab sebagai Allah yang sempurna dan
berwibawa. Alkitab tidak lagi sebagai sumber kebenaran mutlak. Adapun yang
menjadi sumber utama dalam ajarannya adalah kitab Mormon yang didukung oleh
kitab-kitab lain , dan juga mereka membuat Alkitab sebagai pendukung kitab
mereka. Keyakinan yang kuat dari penganut Mormon terhadap kitab Mormon tersebut
menimbulkan pemahaman yang keliru tentang ajaran Alkitab terutama tentang
pribadi Yesus Kristus.
Selanjutnya Joseph Smith
menyatakan bahwa ia telah menemukan kitab Mormon lewat suatu wahyu dari Allah.
Kitab ini menjadi kitab suci gereja ini, disamping Alkitab. Ia juga mengatakan
bahwa di peroleh wahyu dari Allah bahwa poligami diperbolehkan bagi
pengikut-pengikutnya. Orang-orang Mormon sangat giat. Memberitahukan
ajarannya keseluruh dunia. Gereja ini memasuki Indonesia pada parohan kedua
abad ke-20 dan tersebar di beberapa kota besar di Indonesia.[17]
Ajaran Mormon ini bias juga
mempengaruhi iman orang-orang Kristen, jika iman kristennya belum kokoh atau
belum dewasa secra rohani. Dengan pengetahuan yang dangkal tentang Kristus maka
dengan mudah ajaran-ajaran sumbang masuk ke dalam gereja dan tidak heran
jikalau banyak orang Kristen yang meninggalkan imannya kepada Kristus. Alkitab
adalah firman tuhan yang tanpa salah dan Yesus itu Tuhan.
Pandangan ini juga
mengatakan bahwa Yesus adalah saudara Lucifer yang dilahirkan karna ada
hubungan antara Allah dan Maria Yesus dikana menikah dengan Marta dan Maria,
sehingga dapat melihat keturunannya sebelum disalibkan. Jika Allah tidak
menikah minimal Dia mempunyai hubungan istimewa dengan Marta, Maria dan Maria
lainnya. Allah lebih besar dari Kristus, Kristus lebih besar dari Roh Kudus dan
Joseph Smith adalah keturunan dari Tuhan Yesus.[18]
Yesus itu adalah Tuhan dan
Juruselamat manusia dan dosa tidak ada di dalamnya dirinya. Dalam Matius
1:18-25 dijelaskan bahwa sampai Maria melahirkan, dia tidak bersetubuh dengan
Yusuf Jadi
tidak benar bahwa Yesus berhubungan dengan Maria maupun Marta apalagi sampai
mempunyai keturunan.
Pandangan Children of God
Children of God mengatakan
bahwa Yesus Kristus adalah hasil hubungan seks antara Allah dan Maria. Sewaktu
dalam dunia Yesus juga pernah mengadakan hubungan seks dengan beberapa wanita.
Pendiri bidat ini adalah David Berg, anak dari pasangan Brant dan Virginia
Berg.[19] Ajaran
Berg ini lebih menekankan kebebasandi bidang seks. Melalui pengajaran hidup
bersama dan kebebasan seks yang dikembangkan Berg, lebih menarik orang untuk
masuk menjadi anggotanya. Inilah yang membuat alliran ini diminati oleh orang
sehingga dapat berkembang. Perbuatan amoral tidak dilarang, bahkan kegiatan
tersebut dianggap sebagai bagian dari ibadah kepada Tuhan. Dasar pemikirannya
diwarnai kebebasan seks maka kebebasan seks adalah suatu keharusan. Sebagai
wujud ketaaatan pada Allah, dan kebebasan seks adalah kesenangan Allah.
Pandangan Children of God
menjadikan Yesus sebagai pribadi yang keberadaanNya tidak kekal. Sifat ilahi
Yesus tidak dapat dipercaya karena Ia dianggap sebagai manusia biasa pada
umumnya dan tidak luput dari perbuatan dosa. Sifat keilahian dan kemanusiaan
Yesus yang tidak berdosa merek anggap sebagai cerita bohong. Ajaran
ini sangat bertentangan dengan kebenaran Alkitab. Alkitab berkata bahwa Yesus
tidak berbuat dosa dan tipu tidak adaa didalam mulutNya (1 Ptr.2:22). Jadi
tidak mungkin Yesus melakukan hubungan seks dengan siapapun, karena Yesus
adalah Allah.
Pandangan Nestorianisme
Ajaran ini dikemukakan oleh
Nestorius, bekas rektor biara Anthiokia dan uskup konstantinopel. Ia dilantik
menjadi uskup pada tanggal 10 April 428. Paham ini mengajarkan bahwa Yesus
tidak memiliki dua sifat di dalam satu oknum, tetapi dua sifat dan dua oknum
didalam Yesus Kristus. Mereka memisahkan kedua sifat Yesus, dan mengatakan
bahwa Yesus seakan-akan sebuah rumah kudus bagi Firman Allah. Sehingga Firman
itu tinggal di dalam Yesus dan dapat berubah.
Wujud konkrit yang dilakukan
oleh Firman dalam bentuk melakukan mujizat kesembuhan, membangkitkan orang
mati. Wujud konkrit yang dilakukan oleh manusia Yesus dalam bentuk
kesengsaraan, kesedihan, dan mati. Penyembahan dilakukan kepada alamat Yesus
Kristus, bukan karena Dia Allah, tetapi karena di dalam Dia, Allah berada.[20]
Ajaran Nestorianisme ini
sangat bertentangan dengan Alkitab, dimana mereka tidak mengakui bahwa Yesus
itu Allah. Sebab mereka memisahkan kedua sifat, Yesus adalah Allah sejati dan
manusia sejati yang ada dalam satu pribadi dan tidak dapat dipisahkan. Dia
harus menjelma menjadi manusia karena manusia butuh penebus dosa supaya manusia
itu dapat keselamatan kekal.
Nestorianisme juga sangat
menolak untuk memakai gelar theotokos untuk Maria. Menurut mereka sebutan ini
menghina Tuhan karena Tuhan yang tak terbatas itu tidak mungkin dilahirkan oleh
yang terbatas seperti Maria. Ajaran ini berlawanan dengan gereja resmi.
Sehingga ajarannya dianggap sesat dalam sinode Roma pada tahun 430 dalam
konsili Efesus pada tahun 431.
Gereja ini berpusat di
Persia yaitu Seleukia-Ktestifon. Gereja ini sejak abad ke-6 aktif memberitakan
injil dan mendirikan jemaatnya di Arabia, India, Tiongkok dan Indonesia.[21]
Yesus lahir dari perawan Maria tanpa ada hubungan biologis dengan suaminya
Yusuf sampai Yesus lahir
(Mat.1:25). Yesus di kandung dari Roh Kudus lewat perawan Maria
ini merupakan suatu keajaiban atau ketidakterbasan Allah melakukan segala hal
yang tidak dapat dipikirkan.
Pandangan Docetisme
Golongan ini berpendapat
bahwa tubuh Yesus tidak riil, tubuh Yesus hanya suatu anggapan saja. Mungkin
saja sebagai suatu hantu atau serupa dengan riil yaitu mempunyai daging, tulang
dan darah, tetapi kwalitasnya dan unsur-unsurnya tidak sama dengan manusia.[22]
Yesus itu mempunyai tubuh yang riil atau nyata seperti tubuh manusia biasa,
mempunyai darah dan daging, semua anggota tubuhnya seperti manusia biasa.
Dengan kata lain Ia benar-benar manusia dan mempunyai sifat-sifat seperti
manusia biasa pada umumnya.
Golongan ini berpendapat
bahwa Kristus tidak menjelma melainkan memakai tubuh maya saja, sehingga
pura-pura saja Ia mati di kayu salib. Basilides berkata “bukan Kristus yang
menderita sengsara, melainkan simon, seorang yang terpaksa menanggung salib
Kristus sebagai ganti Yesus dan orang itulah yang disalibkan akkibat kehilafan
dan kekeliruan, sebaab rupa Simon telah diubah oleh Kristus. Supaya orang-orang
mengira bahwa Yesus.[23]
Yesus benar-benar disalibkan dan Alkitab buktikan itu, dan ketika Yesus
disalibkan maka bait suci terbelah dua dan semuaorang mengaku bahwa yesus
benar-benar Anak Allah. Yesus juga menampakkan diri-Nya kepada murid-murid-Nya
dan Alkitab mengatakan bahwa Yesuslah yang benar-benar disalibkan bukan Simon.
Pandangan Unification Church
Unification Church
mengatakan bahwa Yesus tidak dilahirkan oleh seorang perawan. Ia adalah putera
Maria dan Zakaria. Unification Church didirikan oleh Yong Myung Moon, pada 6
Januari 1920 di pyungan Buk-do, Korea.[24] Paham
ini tidak sesuai dengan apa yang tertulis di dalam Alkitab, sebab dalam Matius
1:18 dikatakan” kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut.
Pada waktu Maria, ibu-Nya,
bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka
hidup sebagai suami istri.” Dari ayat ini maka sangat jelas bahwa Yesus lahir
dari perawan Maria dan Maria tidak melakukan hubungan dengan Zakaria. Zakaria
adalah suami Elizabeth ayahnya yohanes pembaptis. Dalam Mat 1:25 juga dikatakan
bahwa Maria tidak bersetubuh dengan Zakaria, baik Maria maupun Zakaria tentunya
patut dirajam menurut hukun taurat (Im.20:10). Jadi sangat jelas Yesus lahir
dari perawan Maria.
Pandangan Urantia Foundation
Urantia Foundation
berpendapat, bahwa Yesus dikandung melalui hubungan alami antara Yusuf dan
Maria. Ia tidak dilahirkan oleh seorang perawan secara ajaib. Yesus adalah bayi
Yahudi yang dikandung dan dilahirkan ke dunia sebagaimana kelahiran bayi-bayi
lain. Keistimewaan Yesus, bahwa Ia inkarnasi dari Mikael. Ia tidak menggenapi
nubuat Perjanjian Lama tentang Mesias, Ia juga merasa diri-Nya Mesias. Yesus
bukan keturunan Daud. Secara keseluruhan silsilah itu tidak asli dan mungkin
tidak sesuai dengan kenyataannya. Urantia Foundation didirikan oleh William
Sadler Jr, Warren H. Kulieke, Alven Kulieke, dr. Meredith Sprunger, John Hales,
Martin W. Myere, Patricia Sadler, Mundelius.[25]
Penyangkalan bahwa Maria
masih perawan ketika ia mengandung Yesus. Urantia Foundation mengubah nubuat
dari Yesaya 7:14 “Sebab Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu
pertanda sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan
seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan ia Immanuel.” Kata ibrani untuk
“Perawan” dalam ayat ini adalah “alma” mengacu pada gadis muda yang belum pernah disentuh laki-laki.
Dalam bahasa Yunani
menggunakan kata Partheos untuk menerjemahkan kata alma dalam Yesaya 7:14.
Partheos artinya sungguh-sungguh seorang perawan. Injil Matius 1:25 mengatakan
bahwa Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria sampai ia melahirkan Yesus.
Yesus adalah Mesias (Mat. 16:15-17) “lalu Yesus
bertanya kepada mereka: tetapi apa katamu, siapakah Aku ini.” Maka jawab Simon
Petrus:”Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” kata Yesus kepadanya:
Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang mengatakan itu
kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.”kata Ibrani “Mesias” dapat
dipertukarkan dengan kata Yunani “Kristus”. Yesus adalah keturunan Daud ,
bahkan sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama (2 Sam. 7:12-16: Yes. 11:1) dan
digenapi dalam silsilah Yesus (Mat. 1:11). Jadi keraguan Urantia Foundation
tentang silsilah Yesus tidak dapat diterima, karena orang Yahudi sangat
berhati-hati dalam menjaga silsilah mereka.
Pandangan Christadelphians
Christadelphians ini
mengatakan bahwa sifat manusiawi Yesus yang sepenuhnya mencakup adanya hasrat
penuh dosa sebagaimana umumnya terdapat pada semua manusia. Namun, karena Ia
memiliki hakikat dan watak Bapa dalam diri-Nya, Ia mampu hidup tanpa berbuat dosa
dan menjadi teladan cara hidup yang seharusnya kita miliki. Dengan wafat tanpa
dosa, Yesus menebus diri-Nya dari sifat-Nya sendiri yang penuh dosa.
Christodelphians ini dipimpin oleh John Thomas pada tahun 1844-1871 di Amerika
Serikat.[26]
Pada dasarnya Kristus tidak
memiliki sifat dosa atau potensi untuk berbuat dosa tidak ada seperti halnya
kita. Kita terlahir dengan kecenderungan untuk berbuat dosa, karena memang
lahir dari benih dosa. Sedangkan kelahiran Yesus tidak melalui hubungan
biologis seperti halnya kita, Dia dikandung oleh Roh Kudus dan sampai Ia lahir
Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria (Mat. 1:18-35).Yesus bukan saja tidak
berdosa, namun Ia juga tidak memiliki dosa dan hal ini dijelaskan pada 1 Ptr
2:22.
Pandangan Church of Jesus Christ of Latter-Day Saints
Church of Jesus Christ of
Latter-Day Saints berpendapat bahwa Yesus yang ditunjukan dalam kekekalan yang
lampau untuk menyelamatkan umat manusia adalah saudara Lucifer. Yesus dikandung
secara ajaib oleh Roh Kudus atau dilahirkan dari seorang perawan. Ia
diperanakan melalui hubungan seksual antara Maria dengan Allah. Yesus adalah
poligami yang mengawini setidak-tidaknya Maria, Maria saudara perempuan Lazarus
dan Marta.
Yesus juga memiliki
anak-anak melalui perkawinannya yang berulang kali.Ada perkawinan di Kana, dan
dari membaca secara seksama, dijumpai bahwa tidak ada orang lain, selain Yesus
menikah pada peristiwa tersebut. Church
of Jesus Christ of Latter-Day Saints dipimin oleh Joseph Smith JR, Brigham
Young, John Taylor, Wilford Woodruff, Lorenzo Snow.[27]
Yesus tidak mungkin saudara
Rohani Lucifer karena Yesus adalah pencipta Lucifer yaitu malaikat yang jatuh
dalam dosa (Yoh. 1:1-3).Yesus diperanakan secara ajaib oleh Roh Kudus. Maria
adalah seorang perawan saat itu dan tetap perawan hingga Yesus lahir ( Mat.
1:18-25). Yesus tidak pernah menikah apalagi Poligami. Alkitab tidak mencatat bahwa Yesus itu
menikah. Yoh 2:2 menyebutkan bahwa Yesus diundang ke pesta perkawinan di Kana.
Dari ayat ini sangat jelas bahwa Yesus tidak menikah, Dia hanya diundang untuk
menghadiri pesta tersebut. Dan tidak ada pengantin yang diundang untuk
menghadiri pesta pernikahanya sendiri.
Persahabatan Yesus dengan Maria, karena Yesus mengampuni dosanya dan
Maria menyembah Allah. Kita lihat di sini adalah doktrin yang tidak bersumber
dari Alkitab, namun bersumber dari gelapnya pikiran para pimpinan Church
of Jesus Christ of Latter-Day Saints. Dari berbagai pengajaran tentang aliran
kepercayaan yang telah penulis uraikan sebelumnya kelihatannya benar tetap pada
hakekatnya salah,apabila ditinaju dari perspektif Alkitab. Oleh sebab itu,
melalui ajaran berbagai pandanagan yang telah dipaparkan oleh penulis pada bab
ini, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, Secara Universal
pandangan-pandangan tersebut memiliki tujuan yang sama yakni menggeser Yesus
Kristus dari kedudukan-Nya sebagai pribadi Ilahi dan juga manusia sejati yang
berkuasaa di bumi dan disurga.Keilahian dan kemanusiaan Yesus Kristus dianggap
sebagai suatu yang sangat penting dan bermkana di dalam hidup manusia. Bahkan
keilahian dan kemanusiaan Yesus Kristus dianggap sebagai suatu cerita yang
tidak dapat dimengerti oleh pikiran manusia.Oleh sebab itu sifat ke-Illahian
dan kemanusiaan Yesus Kristus tidak dapat mereka terima kebenarannya.
Memang jika kita memikirkan
Allah, kita tidak akan dapat jawaban sebab manusia tidak akan dapat memikirkan
Allah dan jika manusia dapat memikirkan Allah,maka Dia bukan Allah. Sebab
seorang ciptaan tidak akan bias memikirkan penciptanya, karena ciptaan lebih rendah
daripada pencipta. Yesus Kristus tidak dapat disebut dalam bab ini ada yang
mengakui kemanusiaan Yesus Kristus sebagai teladan manusia namun Ia juga
berpotensi untuk berbuat dosa. Memang dalam Kekristenan Yesus Kristus adalah
manusia yang menjadi teladan dalam kehidupan Kristen tetapi Dia juga adalah
Allah. Segala sesuatu yang merupakan karya Yesus Kristus dalam penciptaan,
pemeliharaan dan penyelamatan manusia telah dianggap sebagai kebohongan.
Kedua, Pengertian yang
keliru tentang pribadi Yesus Kristus timbul oleh karena adanya pemahaman yang
salah terhadap Alkitab. Alkitab tidak lagi dijadikan sumber kebenaran yang
sejati. Isi Alkitab yang tidak masuk akal dianggap sebagai peristiwa zaman
dahulu yang tidak seusai dengan zaman sekarang ini. Dengan demikian ajaran
Kekristenan diusahakan untuk disesuaikan dengan keadaan zaman ini.
Ketiga, penyesatan ini tidak
lepas dari usaha dan pekerjaan Iblis yang ingin menyangkal kebenaran Alkitab
tentang kilahian Yesus Kristus dan kemanusiaan Yesus Kritus. Firman Tuhan
berkata bahwa setiap roh yang tidak mengakui mengakui Yesus Kristus sebagai
Allah, maka roh itu tidak berasal dari Allah melainkan berasal dari Iblis.
Sebab Iblis tidak senang melihat manusia itu mengikut Yesus, ia ingin manusia
menjadi pengikutnya. I Yoh 4:3 berkata “ roh itu adalah roh anti Kristus dan
tentang dia telah kamu dengar bahwa dia akan datang dan sekarang ini sudah ada
di dalam dunia”. Iblis itu ingin selalu berusaha menyelewengkan kebenaran
Alkitab supaya manusia menjadi pengikutnya dan tidak percaya kepada Alkitab
sebagai Firman Allah.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode penelitian Kualitatif. Penulis menggunakan pendekatan
metode kualitatif. Kekhasan dari metodologi ini adalah cocok untuk diterapkan
dalam penelitian teologi karena proses penelitiannya bersifat seni dan lebih
berkenaan dengan interpretasi terhadap Alkitab. Cara tersebut memungkinkan
ditemukannya kebenaran yang objektif karena dibentengi dengan fakta-fakta
sebagai bukti tentang adanya sesuatu dan mengapa adanya demikian atau apa sebab
adanya demikian. Nawawi dalam tulisannya menerangkan bahwa untuk menjamin
ditemukannya kebenaran ilmiah, metode penelitian memberikan cara-cara kerja
yang sangat cermat dan syarat-syarat yang sangat ketat.[28]
Dengan demikian metode penelitian
ini tidak saja bertujuan untuk memberikan peluang sebesar-besarnya bagi
penemuan kebenaran yang objektif, tetapi juga untuk menjaga agar pengetahuan
dan pengembangannya memiliki nilai ilmiah yang tinggi. Penelitian ini
mempergunakan cara kerja dengan prosedur yang teliti, jelas, sistematis dan
dapat dipertanggung jawabkan, sebagai proses yang memberi kemungkinan tertinggi
bagi tercapainya pengetahuan yang benar. Dengan kata lain penelitian ini harus
mempergunakan cara kerja ilmiah sebagai jaminan untuk mencapai pengetahuan yang
memiliki persesuaian dengan objeknya.
Oleh sebab itu, penelitian ini akan
difokuskan dengan meneliti data-data secara induktif, yaitu berdasarkan
Alkitab. Subagyo menjelaskan bahwa penelitian teologi biblika mencakup teologi
eksegesis dan kajian Alkitab. Teologi eksegesis berupaya untuk memahami teks,
sedangkan kajian Alkitab berupaya menyelidiki Alkitab dan bagian-bagiannya
sebagai teks.[29]
Teknik pengumpulan data adalah cara
yang penulis gunakan dalam mencari bukti-bukti tentang pemahaman atau
pandangan-pandangan dari berbagai tokoh dan para pakar teolog Kristen serta
dari berbagai aliran yang membahas tentang ajaran predestinasi Allah. Langkah
itu termasuk juga melakukan eksperimen sesuai dengan rencana dalam usulan
penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan berbagai buku-buku atau
literatur-literatur yang berhubungan atau pun buku-buku yang membahas langsung
tentang ajaran tersebut. Sehingga dengan demikian penulis dapat memenuhi syarat-syarat
dalam penelitian ini.
Hasil
Penelitian
Analisa Sintesis Matius 12:1
Ayat ini diawali dengan kata “pada waktu itu” merupakan
penanda waktu yang dipakai juga dalam Mat.11:25. Dalam hal ini sepertinya
Matius tidak bermaksud menunjukkan suatu waktu yang ketat, dan ada terjemahan
yang menyusunnya dalam bentuk yang wajar menjadi ”pada suatu hari sabat”[30].
Terjemahan seperti ini banyak diikuti oleh penerjemah, biasanya mereka
menyusunnya menjadi “suatu waktu pada hari Sabat”. Bagi Matius tidak terlalu
penting untuk menunjukkan persis kapan peristiwa tersebut terjadi, namun yang
terpenting bagi Matius adalah peristiwa tersebut terjadi pada suatu hari
istirahat (hari besar) orang-orang Yahudi yakni hari Sabat. Dimana Yesus
berjalan akan tetapi berdasarkan penelitian penulis ini lebih baik
diterjemahkan menjadi “Yesus dan murid-muridNya berjalan” untuk menjelaskan
bahwa bukan hanya Yesus yang berjalan, tetapi dia bersama-sama dengan
murid-muridNya. Jalan yang mereka lewati Barclay M. Newman and Philip C. Stine
menjelaskan bahwa mereka tidak berjalan menembus ladang, akan tetapi mereka
berjalan melalui jalan setapak[31]. Stefan
Leks juga mengatakan “diladang-ladang di Palestina, sering di jumpai jalan
pintas”[32]. Dan
Meyer Benoit dikutip oleh Van Bruggen mengatakan tidaklah tepat anggapan bahwa
seakan-akan kebetulan saja pada hari sabat mereka kepergok melakukan kesalahan
umum, yakni “perbuatan terlarang berupa membuat jalan di tengah-tengah ladang
gandum”[33].
Ungkapan “berjalan di ladang
gandum”, J. D. M. Darrett memberi penjelasan: dia menduga,Yesus sedang dalam
perjalan menuju kota lain. Apabila orang berpergian pada hari sabat,orang terpaksa
mengambil jalan putar menyesuri desa-desa itu. Sekiranya dalam perjalanan itu
orang masuk kedalam sebuah kota atau desa, mereka tidak boleh lagi meninggalkan
daerah wajib istirahat di sekitar kota atau desa itu sebelum hari sabat
berakhir. Jadi,orang terpaksa mengitari “daerah sabat” disekitar kota atau desa
itu, dan baru dapat memasuki
daerah bila sudah sampai di tempat
tujuan. Tempat itulah yang dijadikan “tempat berteduh” atau “tempat istirahat”,
yang tidak ditinggalkan lagi sampai hari sabat berlalu[34].
Berdasarkan
penjelasan tersebut di atas itulah yang menjadi alasan Yesus dan murid-muridnya tidak melalui rute
yang umum yakni dengan melintasi kota dan desa-desa, tetapi mereka memilih
melalui jalan setapak di padang dan ladang supaya mereka tidak terjebak di
suatu kota atau desa.
Dalam
perjalanan ini sangat wajar jika murid-murid Yesus “merasa lapar” karena mereka
bertambah jauh berjalan untuk mencapai tempat tujuan sebab mereka mengelilingi
kota atau desa-desa, mereka tidak melalui jalan yang biasa dilewati orang pada
umumnya. Oleh karena lapar murid-murid memetik bulir gandum dan memakannya.
Waktu murid-murid Yesus, memetik dan memakannya, dalam hal ini orang Farisi
tidak mempersalahkan mereka karena memetik bulir gandum yang adalah kepunyaan
orang lain. Atau dengan kata lain orang-orang Farisi tidak menuduh mereka
mencuri. Karena telah tertulis dalam Ul.23:25 “Apabila engkau melalui ladang
sesamamu yang belum dituai, engkau boleh memetik bulir-bulirnya dengan
tanganmu, tetapi sabit tidak boleh kau-ayunkan kepada gandum sesamamu itu. Dan
juga sebenarnya tidak ada hukum yang
melarang orang makan pada hari Sabat, jika nyawa seseorang terancam oleh karena
kelaparan maka dia diizinkan untuk untuk menuai dan makan pada hari sabat. Akan
tetapi, yang dipermasalahkan orang Farisi ialah karena murid-murid memetik
bulir-bulir gandum pada hari Sabat hal
ini dianggap orang Farisi sebagai “menuai pada hari Sabat”, yang adalah
terlarang. Sebab ahli-ahli Taurat telah menetapkan tiga puluh Sembilan macam
pekerjaaan yang terlarang pada hari sabat[35].
Dalam
hal ini, orang Farisi tidak menegur muri-murid Yesus, tetapi mereka langsung
menegur Yesus sebagaimana yang tertera dalam ayat dua. Sebab, menurut
orang-orang Farisi Dialah yang bertanggung jawab atas perbutan murid-muridNya
karena membiarkan mereka.
Ayat 2
Ayat ini diawali dengan kalimat: melihat itu, orang-orang
farisi berkata kepadaNya dalam hal ini tidak ada penjelasan tentang apa yang
dilihat oleh otang Farisi. Pernyataan ini tidak dapat dipisahkan dari ayat
sebelumnya. Maksudnya melihat itu adalah tidak terlepas dari perbuatan atau
tindakan murid-murid pada ayat satu ketika mereka memetik bulir gandum dan
memakannya. Pada ayat satu penulis telah menjelaskan bahwa yang dipermasalahkan
oleh orang-orang Farisi adalah bukan karena murid-murid mengambil yang bukan
milik mereka. Akan tetapi, yang dipermasalahkan oleh orang Farisi adalah mereka
menganggap bahwa murid-murid melakukan penuaian pada hari Sabat. Sehingga
menurut orang-orang Farisi murid-murid telah melanggar peraturan yang telah
ditetapkan oleh ahli-ahli Taurat.
Oleh
karena itu orang-orang Farisi berkata kepadaNya, lihatlah. Ungkapan lihatlah
pertama kali digunakan dalam Matius 2:9, dalam ayat ini fungsinya untuk menarik
perhatian terhadap apa yang sedang dilakukan oleh murid-murid Yesus[36]. Dan
dilanjutkan dengan perkataan murid-muridMu melakukan sesuatu yang tidak
diperbolehkan pada hari sabat. Orang
Farisi tidak menegur murid-murid Yesus, tetapi mereka langsung berkata kepada
Yesus. Karena menurut orang-orang Farisi Dialah yang bertangggung jawab atas
perbuatan murid-muridNya tersebut.
Menanggapi
tuduhan ini, Yesus tidak memberikan alasan secara langsung mengapa
murid-muridNya melakukan hal itu. Dan Yesus juga tidak menuduh orang Farisi
mengikat orang pada “ajaran manusia”. Yesus
mengakui bahwa murid-muridNya telah melakukan apa yang tidak pantas
dilakukan pada hari Sabat. Pernyataan ini tersirat pada pengakuanNya, dalam
contoh yang diberikanNya, yaitu perbuatan Daud, yang terlarang. Hukum Tuhan
menentukan bahwa roti sajian hanya boleh dimakan oleh para imam semata. Tuduhan
orang Farisi diakui tepat dari sudut formal. Untuk menanggapi tuduhan orang
Farisi Yesus memberi jawaban dengan peristiwa yang telah terjadi pada masa
lampau. Dan jawaban yang diberikan Yesus dapat dikelompokkan dalam tiga bagian
yakni: ayat 3-4 tindakan Daud dan pengikutnya, ayat 5 tugas imam dalam
mempersembahkan korban, ayat 6-8 pernyataan Yesus menunjuk pada diriNya. Namun
demikian menurut Jakob Van Bruggen menyatakan:
Ketentuan umum tidak berlaku pada keadaan luar biasa. Apakah
artinya luar biasa? Yesus terlebih dahulu
memberi contoh dari kehidupan Daud. Kitab Suci sendiri menunjukkan bahwa pada
kesempatan tertentu hukum Tuhan tidak diterapkan pada Daud. Sama seperti
murid-muridNya, Daud dan para pengiringnya merasa lapar. Peristiwa tentang Daud
juga berlangsung pada hari sabat, sebab pada hari itu roti sajian diganti,
sehingga imam besar dapat mengatakan ia punya roti sajian (Im.24:8; I
Sam.21:4,6)[37]
Dalam
peristiwa tersebut Daud tidak berpergian dengan urusan sendiri, tetapi ia
sedang menjalankan tugas negara (Daud menyelamatkan diri). Dalam I Sam. 21,
para imam melakukan perbuatan yang
istimewa karena Daud mempunyai tugas istimewa pula. Demikian juga Yesus
menyamakan diriNya dengan Daud dan menjelaskan bahwa pada hari ini Dia dalam
perjalanan dinas bagi sang Raja (Allah)[38]. J. J.
de Heer mengatakan juga: bahwa secara tersembunyi Yesus mempertalikan diriNya
dengan Daud. Yesus adalah anak Daud, Sang Mesias. Jadi, yang diperbolehkan
kepada Daud, diperbolehkan juga kapada anak Daud itu[39].
Ayat 3-4
Ayat ini diawali dengan kalimat tetapi jawab Yesus
kepada mereka dan BIS menerjemahkan “jawab Yesus” ini merupakan jawaban Yesus
atas pernyataan orang Farisi pada ayat sebelumnya. Dalam bahasa Yunani dipakai
kata ganti orang kedua tunggal o` (Ia, Dia) untuk Yesus. Untuk menanggapi
tuduhan orang Farisi tersebut, Yesus tidak langsung memberi alasan mengapa
murid-muridNya melakukan hal tersebut, tetapi Ia kembali bertanya kepada mereka
tidakkah kamu baca. Menurut Barclay M. Newman and Philip C. Stine mengatakan:
pertanyaaan ini merupakan pertanyaan retoris yang menuntut jawaban “ya”[40]. Yang
dimaksud oleh Yesus tidakkah kamu baca adalah mengenai peristiwa tentang Daud
dan mereka yang mengikutinya lapar. Yang dimaksud dengan mereka yang
mengikutinya adalah menuju pada pengikut-pengikut Daud. BIS menerjemahkan
dengan “orang-orangnya”.
Kalimat
tanya pada ayat keempat bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah merupakan
lanjutan dari ayat tiga tentang tindakan Daud. Perlu diketahui bahwa Rumah
Allah di sini adalah bukan Bait Suci yang di bangun oleh Salomo di Yerusalem.
Tetapi Rumah Allah di sini yang dimaksud adalah “tempat kehadiran Allah” atau
“kemah (tenda) dimana Allah hadir”[41].
Pertanyaan selanjutnya bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh
dimakan. Kalimat pertanyaan yang menyatakan “Bagaimana ia masuk… dan makan”
mempunyai arti harafiah yang menunjuk bahwa hanya Daud saja yang masuk dan
makan. Hal ini sesuai dengan bagian paralel dengan kisah ini dalam Mrk.2:26 maupun Luk.6:4.
Namun
beberapa naskah Yunani yang lain mengatakan mereka makan seperti yang
diterjemahkan TB, juga teks PB Yunani UBS mengikuti bentuk jamak (mereka).
Dalam hal ini Barclay M. Newman and Philip C. Stine menjelaskan bahwa
terjemahan yang tepat adalah “dia (Daud) masuk ke… dan dia bersama orang-orangnya
makan…”[42].
Kalimat ini menunjukkan dengan jelas bahwa Daud harus keluar dahulu sebelum dia
dan orang-orangnya makan roti, urutan peristiwanya demikian “ Daud masuk ke
dalam Rumah Allah dan memperoleh roti
yang dipersembahkan kepada Allah, kemudian dia membawanya keluar dan dia serta
orang-orangnya memakan roti tersebut.
Jadi,
mereka tidak makan sama-sama di Bait Allah, sebab pengikut-pengikut Daud tidak
bersama-sama dengan dia saat itu. Roti yang dimaksud di sini berbentuk dua
belas potongan roti yang diletakkan diatas meja persembahan di Rumah Allah
setiap hari sabat[43]. Roti
ini dipersembahkan kepada Allah, lalu pada hari Sabat berikutnya roti ini
menjadi hak para imam, yang harus memakannya di tempat kudus. Peraturan
mengenai hal ini bisa ditemukan di dalam Imamat 24:5-9.
Roti
sajian tersebut tidak diperbolehkan dimakan oleh siapapun termasuk Daud dan
juga pengikut-pengikutnya dan yang dapat memakan roti ini adalah hanya
imam-imam saja. Akan tetapi, dalam keadaan darurat (kelaparan) Daud dan imam berani
menyimpang dari suatu kebiasaan yang suci menurut hukum Yahudi[44].
Ayat 5
Kemudian dalam ayat ini, Yesus kembali mengajukan
pertanyaan retoris kepada orang-orang Farisi tentang imam-imam yang bekerja
dalam Bait Allah pada hari sabat. Pertanyaan retoris yang diajukan Yesus adalah
atau tidakkah kamu baca. Kata atau di
sini berfungsi untuk menggabungkan jawaban Yesus terdahulu dengan pertanyaan
yang sekarang diajukanNya.Yang menunjuk pada pertanyaan tidakkah kamu baca
dalam Kitab Taurat. Kitab Turat yang dimaksud di sini adalah bagian pertama
dari Kitab Suci orang Yahudi[45]. Dimana
pada hari sabat, imam-imam melanggar hukum Taurat di dalam Bait Allah.
Melanggar
hukum sabat diterjemahkan oleh BIS menjadi “melangggar peraturan”. Kata kerja
yang digunakan dalam bahasa aslinya hanya digunakan sekali lagi di seluruh PB,
yaitu di dalam Kis. 24:6 (LAI: mencemarkan, BIS: menajiskan)[46].
Pelanggaran imam-imam yang dimaksud di sini adalah tentang pekerjaan yang
mereka pada hari Sabat. Dimana pada hari Sabat mereka (imam) mempersembahkan
korban harian dan mengganti roti yang dipersembahkan kepada Allah dengan roti
yang baru (Bac. Bil.28:9-10), namun mereka tidak bersalah.
Jadi,
yang mau ditunjukkan Yesus kepada orang-orang Farisi di sini adalah bahwa pada
saat para imam mengerjakan tugas-tugas mereka di Bait Allah pada hari Sabat,
sebenarnya mereka melanggar peraturan Sabat. Akan tetapi Kitab Taurat
menunjukkan bahwa mereka tidak dianggap bersalah karenanya.
Ayat 6
Ayat ini diawali dengan Aku berkata kepadamu, susunan
kalimat yang serupa terdapat di dalam Mat.5:20. Kalimat ini berfungsi untuk
menggabungkan ayat ini dengan ayat sebelumnya dan untuk menekankan kata-kata
yang mengikutinnya. Pernyataan di sini ada yang melebihi Bait Allah,
penekanannya terletak pada “Bait Allah” [47].
J. J.
de Heer mengatakan bahwa: “Memang Bait Allah lebih penting dari Sabat”[48]. Akan
tetapi, dalam pernyataan yang dilontarkan oleh Yesus kepada orang Farisi ada
lagi yang melebihi Bait Allah, agak sulit untuk menjelaskan apa yang melebihi Bait Allah tersebut. Karena
tidak ada terjemahan yang mencoba untuk menterjemahkannya. Namun, dengan
demikian penulis menyimpulkan bahwa: yang melebihi bait Allah adalah Yesus itu
sendiri sesuai dengan pernyataan pada Ayat delapan “Anak manusia adalah Tuhan
atas hari Sabat”, Anak manusia di sini menunjuk pada pada diri Yesus. Prof. E.
Schwrizer di kutip oleh J.J.de Heer berpendapat bahwa: “sesuatu yang melebihi
Bait Allah tersebut adalah kerajaan Allah yang mulai terwujud dengan kedatangan
Yesus Kristus[49].
Dan juga Barclay M. Newman and Philip C. Stine menegaskan bahwa: yang dimaksud
melebihi Bait Allah adalah Yesus sendiri, yang kekuasaannya melebihi Bait Allah
maupan hari Sabat[50].
Ayat 7
Dalam ayat ini Yesus menyebutkan suatu hal lagi yang
melebihi Sabat, yakni belas kasihan. TB mengawali terjemahannya dalam ayat ini
dengan jika kamu mengerti arti Firman ini, sedangkan BIS menerjemahkannnya
dengan Di dalam Alkitab tertulis. Dalam hal ini BIS menunjukkan bahwa kata-kata
yang diucapkan Yesus ini dikutip dari Alkitab yakni Hosea 6:6. Suatu bagian
telah dikutp Matius sebelumnya yakni dalam Mat.9:13. Dalam ayat ini J.J. de
Heer mengatakan bahwa “belas kasihan dan bukan persembahan” adalah suatu gaya
bahasa Ibrani yang berarti belas kasihan lebih dari persembahan.[51]
Dalam
hal ini Yesus menyatakan kembali kepada orang Farisi bahwa hukum kasih adalah
hukum yang tertinggi. Dalam Mrk.2:27 Yesus mengatakan bahwa “Sabat diadakan
untuk manusia dan bukan manusia untuk
hari Sabat”. Jakob Van Bruggen mengatakan bahwa “Yesus tidak berbicara
mengenai sifat hari Sabat, tetapi mengenai pengadaannya[52].
Ungkapan
mengerti maksud Firman ini bukan hanya sekedar menyadari tentang suatu Firman
yang dimaksud. Menyatakan bahwa orang-orang Farisi tahu kalau Firman yang
diucapkan Yesus ini kutipan dari Kitab Suci, tetapi mereka tidak mengerti
maksudnya. Jika orang-orang Farisi mengerti arti Firman itu yakni tentang
kasih, tentu mereka tidak akan mempermasahkan tindakan murid-murid Yesus
tersebut. Sebab kasih menutupi banyak dosa I Pet. 4:8. Jadi, karena mereka
tidak mengerti hal itu makanya mereka menyatakan tindakan murid-murid tersebut
suatu kesalahan.
Ayat 8
Ayat delapan ini, diawali dengan
kata ‘karena’ merupakan penghubung yang mengindikasikan bahwa ini adalah suatu
peralihan logis dari jawaban Yesus sebelumnya dengan pernyataan yang sekarang.
Dimana pada ayat sebelumnya Yesus telah menanggapi tuduhan orang-orang Farisi
dengan menuju pada peristiwa yang di masa lampau mengenai peristiwa mengenai
Daud dan pengikutnya lapar dan para imam yang melakukan tugas mereka dalam Bait
Suci. Kemudian dialihkan dengan ayat delapan dimana Yesus tidak lagi berbicara
mengenai peristiwa yang terjadi masa lampau yakni tentang Daud dan para imam
yang mekukan tugas mereka. Akan tetapi, memberikan suatu pernyataan bahwa ‘Anak
Manusia adalah pemilik hari Sabat’.
Yesus
menerangkan bahwa Anak Manusia adalah pemilik hari Sabat dalam ayat delapan
karena orang-orang Farisi menuduh bahwa tindakan para murid memetik bulir
gandum melanggar peraturan Sabat. Dalam hal ini orang-orang Farisi meminta
pertanggungjawaban kepada Yesus dengan menarik perhatian-Nya terhadap yang
sedang dilakukan murid-murid-Nya dengan memakai kata seru lihatlah! Karena menurut orang-orang Farisi Dialah yang
bertanggung jawab atas perbuatan murid-murid-Nya tersebut.
Jadi,
berdasarkan tuduhan orang-orang Farisi tersebut Yesus menyatakan bahwa tidak
ada hak orang-orang Farisi untuk menyatakan bahwa tindakan para murid tersebut
adalah salah. Karena mereka tidak berkuasa atas hari Sabat. Adapun yang
berkuasa atas hari Sabat, dan inilah yang Yesus nyatakan pada pernyataan-Nya.
Kemudian
Yesus melanjutkan pernyataan-Nya yaitu karena ‘Anak Manusia’, konsep Anak
Manusia yang dipakai oleh Yesus dalam pernyataan-Nya berbicara tentang diri-Nya
sendiri dengan menggunakan sebutan orang ketiga. Beberapa versi terjemahan
(KJV, NAS, NIB, TB, BIS) kata yang dipakai untuk adalah Son of Man artinya Anak
Manusia.
Istilah
Anak Manusia dalam Perjanjian Lama, nama ‘anak manusia’ dapat ditemukan dalam
Mzm. 8:5; Dan. 7:13, dan sering kali muncul dalan nubuatan nabi Yehezkiel.[53]
Istilah Anak Manusia yang dipakai dalam Perjanjian baru berasal dari kitab
Daniel, dalam kitab ini hanya merupakan sebutan yang deskriptif, karena dalam
bentuk nubuatan dan belum menjadi sebuah gelar. Namun, dalam Pejanjian Baru
istilah ini merupakan suatu penunjukkan diri Yesus yang sangat umum.
Hal yang menunjukkan bahwa Yesus berbicara tentang
diriNya sendiri adalah kenyataan di salah satu Injil dipakai “Anak manusia”
dalam bentuk orang ketiga, sedangkan Kitab Injil lainnya memakai bentuk orang
pertama “Aku”[54].
Contohnya ialah pernyataan Yesus dalam Mat.16:13, “kata orang, siapakah Anak
manusia itu”? Ayat-ayat paralel di dalam Mrk.8:27 dan Luk.9:18 memakai bentuk
orang pertama “Aku”. Dalam Injil Mat.16 itu sendiri, dua ayat berikutnnya
Matius menegaskan bahwa Yesuslah yang dimaksud dengan “Anak Manusia” dengan
menambahkan pertanyaan “tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”.
Dan
beberapa penafsir lainnya menyatakan bahwa istilah ‘Anak Manusia’ yang dipakai
oleh Yesus dalam pernyataan-Nya pada ayat ini berbicara tentang diri-Nya
sendiri. David Pan Purnamo menyatakan “Gelar Anak Manusia muncul 82 kali dalam
PB, dan hampir semua keluar dari mulut Tuhan Yesus untuk menyebut diri-Nya.[55] Dan Louis Berkhof menjelaskan
bahwa: “Yesus sendiri memakai nama ‘Anak Manusia’ ini untuk menunjuk
diri-Nya lebih 40 kali dalam
kesempatan-kesempatan yang berbeda, sedangkan orang lain tidak
mempergunakannya.”[56]
Dan juga Donald Guthrie mengatakan bahwa: “Semua sebutan-sebutan tentang Anak Manusia dalam Injil Sinoptik
semuanya menunjuk pada diri Yesus sendiri[57].
Satu-satunya pengecualian dalam Injil Yohanes 12:34, dan dimana-mana itu
dipakai dalam kutipan kalimat Yesus. Dan dalam seluruh PB, hanya Stefanus dan
Yohanes yang memakainya, Kis.7:56; Why. 14:14.
Vos
dalam bukunya The Self Disclosure Of Jesus dikutip oleh Louis Berkhof membagi
ayat-ayat yang memakai nama ini dalam empat kelompok,[58] yakni:
menunjukkan eskatologi kedatangan Anak Manusia,
misalnya: dalam Mat.16:27,28; Mrk. 8:38; 13:26 dan ayat-ayat parelelnya. Berbicara
secara spesifik tentang penderitaan Tuhan Yesus, kematian dan (kadang-kadang)
kebangkitan-Nya, misalnya: Mat. 17:22; 20:18,19,28; 12:40 dan ayat-ayat
paralelnya. Ayat-ayat dalam Injil Yohanes dinama sisi manusia surgawi
yang istimewa serta pra-eksistensi Yesus sangat ditekankan, misalnya Yoh.1:51;
3:13,14; 6:27,53,63; 8: 28 dsb. Dan
ayat-ayat lainnnya merefleksikan natur manusiawi, misalnya: Mrk. 2:27,28; Yoh.
5:27; 6:27,51,62.
Jadi, dari uraian tersebut di
atas, sangat jelas bahwa istilah ‘Anak Manusia’ yang Yesus pakai dalam
pernyataan-Nya tersebut menunujuk pada diri-Nya sendri. Dalam
pernyataan Yesus Anak Manusia adalah pemilik pada ayat ini, kata “pemilik”
merupakan penegasan pernyataan bahwa Anak Manusia adalah berkuasa. Beberapa
terjemahan versi bahasa Inggris (KJV,
NAS, NIB, NIV, TB) kata yang pakai untuk ku,rioj adalah Lord artinya: pemilik,
tuan, dan Tuhan. Sedangkan BIS menterjemahkannnya berkuasa. Walupun dalam hal
ini ada perbedaan terjemahan penulis menyimpulkan arti dari kata ku,rioj adalah pemilik atau Tuhan, karena Dia
adalah pemilik maka, Ia berkuasa.
Kata
kurios dalam terjemahan septuaginta dipakai untuk menyebut nama Tuhan.
Perjanjian Baru mengikuti terjemahan septuaginta ini, yang menggantikan Adonai
dengan kata ini dan menyetarankanya dengan Kurios, yang diturunkan dari kata
Kuros yang berarti kuasa.[59] Louis
berkhof kemudian menjelaskan bahwa nama ini menunjuk Allah sebagai yang
Mahakuasa, Tuhan, pemilik, penguasa yang memiliki kuasa resmi dan juga
otoritas, dan juga kata ini dipakai untuk menunjuk Kristus.[60]
Louis
Berkhof menyetarakan nama Kurios dengan: pertama, sebagai nama yang setara
dengan Yehovah; kedua sebagai nama pengganti Adonai; dan yang ketiga, sebagai
terjemahan dari gelar penghormatan yang dinaikkan manusia kepada Allah (terutama
nama Adon), Yos. 3:11; Mzm. 95:7.[61] Dan
dalam Perjanjian Baru dapat ditemukan tiga penerapan nama ini menuju pada diri
Yesus yakni: sebagai sapaan yang hormat dan amat menghargai, Mat. 8:2; 20:33. Sebagai
pernyataan kepemilikan dan otoritas, tanpa bermaksud menunjukan apa-apa tentang
sifat Ilahi Kristus serta otoritas-Nya, Mat. 21:3; 24:42. Dengan pengertian
otoritas tertinggi, menyatakan sifat yang sangat di muliakan, dan kenyatan
secara praktis setara dengan nama Allah, Mrk. 12:36,37; Luk. 2:11; 3:4; Kis.
2:26; I Kor. 12:3; Flp. 2:11.[62] Jadi,
berdasarkan penjelasan tersebut di atas dalam pernyataan tersebut Yesus
menegaskan bahwa Anak manusia mempunyai otoritas karena Dia adalah pemilik. Dan
pula, “Anak Manusia dalam hal ini bukan hanya sekedar pemilik biasa karena nama
Kurios dalam PB adalah pengganti nama Adonai dalam PL. Atau dengan kata lain
nama Kurios dalam PB setara dengan nama Adonai dalam PL. Kata Adonai diturunkan
dari dun (din), atau adan yang keduanya berarti menghakimi, memerintah dan
dengan demikian menunjuk kepada Allah sebagai penguasa yang kuat, kepada siapa
semua harus berhadapan, dan kepada-Nya manusia adalah hamba.[63] Pada
zaman PL Adonai adalah nama yang biasa dipakai orang Israel untuk menyebut
Allah. Jadi, Kurios dalam PB setara dengan nama Adonai dalam PL yang adalah
dipakai untuk sebutan nama Allah, maka Kurios dalam hal ini untuk Yesus yang
adalah Allah. Di dalam pernyataan tersebut menyatakan bahwa Anak Manusia adalah
pemilik, hal yang dimaksud Anak Manusia sebagai pemiliknya adalah hari Sabat.
Beberapa versi terjamahan (KJV, TB,
BIS) kata dipakai untuk sabba,tou adalah
Sabbath day artinya hari Sabat. Sedangkan terjemahan (NAS, NIB,NIV)
menterjemahkan kata ini Sabbath artinya: perhentian. Dari terjemahan tersebut
tidak ada perbedaan yang menonjol, akan tetapi mempunyai tujuan yang sama.
Namun, terjemahan KJV, TB, BIS, dalam hal ini lebih spesifik.
Setelah Sang Khalik mengungkapkan
perkenaan-Nya atas segala sesusatu yang Ia ciptakan, termasuk manusia, puncak
dari penciptaan, Dia menyatakan bahwa karnya-Nya sudah selesai. Maka, pada hari
ketujuh Dia berhenti dan tidak melakukan penciptaan lagi akan tetapi, Ia
menguduskan hari tersebut.
Allah menetapkan suatu hari Sabat
dengan tujuan untuk mengingatkan umat-Nya bahwa Dialah pencipta, sehingga
dengan demikian umat-Nya memuji Dia sebagai ucapan syukur (bdg. Kel. 20:8-11).
Hari ketujuh dipisahkan untuk dihaormati dan dikuduskan sepanjang tahun sebagai
pengingat bahwa Allah telah menetapkan suatu masa istirahat, penyegaran dan
perhentian menyeluruh dari semua kegiatan.[64]
Menguduskan hari Sabat berarti memisahkan berbeda dengan hari yang lain dengan
berhenti bekerja supaya dapat istirahat, melayani Allah, dan memusatkan
perhatian pada hal-hal yang menyangkut keabadian, kehidupan rohani dan kehormatan
Allah.[65] Hill
& Walton menjelaskan bahwa,
Hari
Sabat adalah suatu tanda kovenan antara Yahweh dan Israel yang menunjukkan
hubungan khusus Israel dengan Allah dan
bersaksi bahwa kekudusan Israel berakar dari Allah yang kudus, bukan dalam
hukum dan upacara (Kel. 31:12-17; dbg. Im. 26:2). Pada zaman Yesus, manfaat dan
praktis dan kemanusiaan hari Sabat sudah dikaburkan bahkan hilang oleh
legalisme Yudaisme (bdg. Mat. 12:1-4; Mrk. 7:1-13).[66]
Menguduskan hari Sabat Hill &
Walton menjelaskan tujuannya adalah menghormati Allah[67], Allah
berhak menerima hormat dari Israel sebagai peringatan akan karya-Nya dalam
penciptaan (Kel. 20:11) dan sebagai ucapan syukur karena Allah telah melapaskan
mereka dari tanah Mesir (Ul. 5:15).
Dari uraian tersebut di atas sangat
jelas bahwa Anak Manusia dalam pernyataan Yesus tersebut menunjuk pada diri-Nya
sendiri. Dan Anak Manusia tersebut berkuasa atas hari Sabat karena Dialah
pemilik hari tersebut. Dan tujuan Allah menetapkan hari Sabat adalah agar
umat-Nya mengingat bahwa Dialah pencipta, sehingga dengan demikian umat-Nya
memuji Dia, karena bersyukur. Jadi, tidak ada peraturan yang dapat mengikat Dia
untuk menyatakan bahwa Dia telah melanggar peraturan hari Sabat. Akan tetapi,
sebaliknya Dialah yang berhak untuk menentukan peraturan tentang apa yang boleh
dan tidak boleh dilakukan pada hari Sabat dengan kata lain Dialah yang
mengendalikan hukum mengenai hari Sabat, karena Dilah pemilik hari tersebut.
Kesimpulan
Anak
Manusia (Yesus) adalah Tuhan atas hari Sabat, karena Yesus adalah Tuhan Dialah
yang berkuasa atas ciptaannya termasuk
dalam menentukan peraturan hari Sabat. Tuhan memberi peraturan untuk
kebaikan uamatNya/ciptaanNya dan bukan untuk mencelakakannya. Tuhan menciptakan
manusia menurut gambar dan rupa Allah. Dan Allah memiliki sifat-sifat dan salah
satunya adalah kasih. Dan oleh karena manusia diciptakan menurut gambar dan
rupa Allah, maka manusia harus mencerminkan sifat sang penciptanya Itu.
Melalui studi eksegesis Matius
12:1-8 penulis menyimpulkan bahwa inti dari peraturan adalah mengutamakan hidup,
orang-orang Farisi yang terlalu fokus terhadap ritual agama/sabat dengan
mengesampingkan kebutuhan lahiriah/jasmani (hidup manusia); Yesus membandingkan
diriNya dengan Daud dan imam-imam yang tidak diangggap bersalah atas tindakan
mereka, dan Yesus memproklamasikan diri bahwa Dia adalah pemilik hari tersebut.
Anak Manusia (Yesus) adalah Tuhan
atas hari Sabat, karena Yesus adalah Tuhan Dialah yang berkuasa atas ciptaannya
termasuk dalam menentukan peraturan hari
Sabat. Tuhan memberi peraturan untuk kebaikan uamatNya/ciptaanNya dan bukan
untuk mencelakakannya. Tuhan menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah.
Dan Allah memiliki sifat-sifat dan salah satunya adalah kasih. Dan oleh karena
manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, maka manusia harus
mencerminkan sifat sang penciptanya Itu.
Melalui artikel ini penulis dapat menyimpulkan bahwa Yesuslah yang berkuasa
atas hari Sabat karena Dia adalah Tuhan. Dan Dia juga tidak meniadakan
peraturan hari Sabat yang telah Allah tetapkan, akan tetapi yang Ia kecam
hanyalah penyalahgunaan orang-orang Farisi. Dengan demikian melalui karya
ilmiah ini, semoga setiap umat Tuhan memahami maksud dan tujuan Allah
menetapkan hari Sabat.
Saran
Banyak
ajaran yang sumbang menyebar dan mengajarkan bahwa orang Kristen wajib
beribadah pada hari Sabtu, dan menyerukan harus kembali ke Alkitab. Hal yang
sangat penting untuk diketahui ialah bahwa Sabat orang Yahudi telah digenapkan
Kristus di atas salib ketia Ia “menghapuskan surat hutang, yang oleh
ketentuan-ketentun hukum mendakwa dan mengancam kita” (Kolose 2:14, 16, 17).
Orang Kristen jangan lagi dihukum mengenai makanan dan minuman atau mengenai
hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat, sebab semuanya itu hanyalah bayangan
dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus.
Secara
historis, hari Minggu adalah hari di mana biasanya orang-orang Kristen
berkumpul di Gereja, dan kebiasaan ini dapat ditelusuri kembali sampai abad
pertama. Dalam 2 Koinryus 9:12, paulus menyebut persembahan ini sebagai
“pelayanan”, pengumpulan ini pastilah berhubungan dengan ibadah Minggu dari
Jemaat Kristen. Melalui karya ilmiah ini, semoga setiap umat Tuhan memahami
maksud dan tujuan Allah menetapkan hari Sabat. Oleh sebab itu melalui artikel
ini kiranya memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu teologi dogmatika
berdasarkan Alkitab. Memberikan kontribusi bagi orang percaya pada umumnya dan
hamba Tuhan pada khususnya.
DAFTAR PUSTAKA
Bacchiocchi,
S. From Sabbath to Sunday: A Historical Investigation of the Rise of Sunday
Observance in Early Christianity, 1977.
Barth, C. Thelogia Perjanjian lama
1, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981.
Bergant,
Dianne & Karris, Robert J. Tafsir
Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisinus, 2002.
Beckwith,
R. T dan Stott, W. This is the Day, 1978.
Berkhof, Louis.
Teologi Sitematika I, Surabaya:
Momentum, 2010.
Berkhof, Louis.
Teologi Sistematika III, Surabaya: Momentum, 2008.
Berkhof, Louis.
Teologi Sitematikan IV, Surabaya: Momentum, 2009.
Browning, W. R.
F. Kamus Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
Bruce,
F. F. Tafsiran Alkitab Masa Kini 3,
Jakarta: YKBK, 2008.
Bruggen,
Jakob Van. Markus Injil Menurut Petrus,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.
Chapman,
Adina. Pengantar Perjanjian Baru, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004.
Douglas,
J.D. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini II, Jakarta: YKBK, 1999.
Drane,
John. Memahami Perjanjian Baru, Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2005.
Drawes, B. F. Kunci Bahasa Yunani
Perjanjian Baru, Jakarta: BPK, 2008.
Duyverman,
M. E. Pembimbing Kedalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.
Gara,
Niko. Menafsir Alkitab secara Praktis
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987.
Gering,
Howard M. Analisa Alkitab, Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil “Imanuel”, 1994.
Guthrie,
Donald. Teologi Perjanjian Baru I Allah, Manusia, Kristus., Jakarta: BPK Gunung
Mulia, 1993.
Heer, J.
J. De. Tafsiaran Alkitab Injil Matius, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.
Hill,
Andrew E. & Walton, John H. Survei Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas,
2008.
Hoekema,
Anthony A. Manusia Ciptaan Menurut
gambar Allah, Surabaya: Momentum, 2008.
Lee,
F. N. The Covenantal Sabbath, 1972.
Leks,
Stefan. Tafsir Injil Markus, Jakarta: Kanisius, 2000.
Marxsen,
Willi. Pengantar Perjanjian Baru Pendekatan Terhadap Masalah-masalah Kritis,
Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 2000.
Mcelrath,
W dan Mathias, Billy. Ensiklopedia
Alkitab Praktis, Bandung: Lembaga Literatur
Baptis.
Mounce,
William D. Basics Of Biblical Greek
Grammer, Michigan: Zondervan, 1999.
Murray,
J. Principles of Conduct, 1957.
Nazir,
M. Metode penelitian, Jakarta: Gahlia, 1945.
Newman, Barclay M. and Stine, Philip C. Pedoman Penerjemahan Alkitab Injil Matius/A
Translator’s
Handbook On The Gospel Of Matthew, Jakarta: LAI dalam kerjasama
dengan
Yayasan Kurnia Bakti Budaya Indonesia, 1998.
Nggadas,
Deky H. Y. Bahasa Yunani sebuah
Pengantar 1, Jakarta: Kalangan Sendiri, 2008.
Nixon, R.
E./Nasution, Harris P. Tafsiran Alkitab
Masa Kini 3 Matius-Wahyu Berdasarkan
Fakta-fakta
Ilmiaah dan Alkitabiah, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983.
Orr,
J. The Sabbath Scripturally and Practically Considered, 1886.
Stamp,
Donald C. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang: Gandum Mas, 2000.
Pfeiffer,
Charles F. dan Everett F. Harrison, Everett F., Tafsiran Alkitab Wycliffe
Volume 1 Kejadian-Ester, Malang: Gandum Mas, 2007.
Post,Walter
M. Tafsiran Injil Markus, Bandung: Kalam
Hidup, 1974.
Purnomo,
David Pan. Kristus-Nama di Atas Segala Nama, Jakarta: Ekklesia Training Center,
2000.
Rajasa,
Sutan. Kamus Istilah Populer, Surabaya:
Karya Utama, 2002.
Rordorff,
W. Sunday, 1968.
Sihombing,
Bernike. Mari Belajar Bahasa Yunani, 2005.
Snaith,
N. H. The Jwish New Year Festival, 1947.
Soedarmo,
R. Kamaus Istilah Teologi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
Susanto,
Hasan. Perjanjian Baru Intelinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian
Baru (PBIK) I, Jakarta: LAI, 2004.
Susanto,
Hasan. Perjanjian Baru Intelinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian
Baru (PBIK) II, Jakarta: LAI, 2004.
Tim
Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Tim
Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Tim
Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Jakarta: Balai Pustaka,
1991.
Tim
Redaksi. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Tong,
Stephen. Peta & Teladan Allah, Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia,
1995.
Tulluan,
Ola. Introduksi Perjanjian Baru, Malang: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil
Indonesia,
1999.
Wahono,
S. Wismoaday. Di Sini Kutemukan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986.
Wenham,
J.W. Bahasa Yunani Koine, Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1977.
KONTRIBUTOR JURNAL
VOICE OF THE COVENANT
Vol. 1. No. 1,
Oktober 2017
Destra Ginting, M.Th, adalah Kaprodi Teologi di STT
Covenant Indonesia. Memperoleh gelar Sarjana Teologi dari STT Agapes, Jakarta
pada tahun 2013. Gelar M. Th diperoleh dari tempat yang sama pada tahun 2016. Suami
dari Christine Simanjuntak, S.Th, dan ayah dari Iren Ginting dan Isto Ginting.
Saat ini berdomisili di Cilengsi, Jawa Barat bersama keluarga.
[1]Herlianto, Da Vin Ci Code (Jakarta: Mitra Pustaka, 2005)
[5]F.D.
Wellem, Kamus Sejarah Gereja
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 78.
[6]Paulus
Daun, Bidat Kristen dari Masa ke Masa,
65
[7]The
Van den End, Harta dalam Bejana,
(Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 37.
[9]F.D.
Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 20.
[12]Louis
Berkhof, Teologi Sistematika, Pen., Yudha Thianto (Jakarta: Lembaga Reformed
Injili Indonesia, 1999), 32.
[13]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam dan Sekitar Gereja, 340.
[14]Daun, Bidat
Kristen,100.
[15]Aritonang, Berbagai
Aliran Di dalam dan Di Sekitar Gereja, 350.
[16]Aritonang, Berbagai
Aliran Di Dalam dan Di Sekitar Gereja, 351.
[18]Daun, Bidat
Kristen, 149.
[19]Daun, Bidat
Kristen, 193.
[21]F.D. Wellem, Kamus
Sejarah Gereja, 178.
[23]Dietrich Kuhl, Sejarah Gereja Mula-mula Jilid 1 (Jawa Timur: Yayasan Persekutuan
Pekabaran Injil Indonesia,1998),79.
[24]H. Wayne House, Gerakan Keagamaan (Malang:Gandum Mas,2006), 269.
[25]House, Gerakan
Keagamaan, 308.
[26]House, Gerakan
Keagamaan, 47.
[28]Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press, 1998), 25.
[29]Subagyo, Pengantar Riset, 125.
[30] Barclay M. Newman and Philip C.
Stine, Pedoman penerjemahan
Alkitab Injil Matius/A Translator’s Handbook On The Gospel Of Matthew,
(Jakarata: LAI dalam kerjasama dengan Yayasan Kurnia Bakti Budaya Indonesia,
1998), hlm. 336
[31] Ibid: hlm. 336
[32] Stefan Leks, Tafsir Injil Markus, (Jakarta: Kanisius,
2000), hlm. 136
[33] Jakob Van Bruggen, Markus: Menurut Injil Petrus, (Jakarta:
Litindo/BPK Gunung Mulia, 2006), hlm. 112
[34] Ibid: hlm. 111
[35]Tiga puluh sembilan macam
pekerjaan yang terlarang dapat di baca dalam misyna pada pasal”sabat”. J. J. de Heer, Tafsiran Injil Matius, (Jakarta: Gunung Mulia, 1996), hlm. 226
[36] Barcly M. Newman and Philip C.
Stine, Op. Cit., hlm. 338
[37] Jakob Van Bruggen, Op. Cit.,
hlm. 113
[38] Ibid: hlm. 114
[39] J. J. de Heer, Op. Cit., hlm. 226
[40] Barclay M. Newman and Philip C.
Stine, Op. Cit., hlm. 339
[41] Ibid: hlm. 339
[42] Ibid: hlm. 340
[43] Ibid: hlm. 341
[44] J.J. de Heer, Op. Cit., hlm. 226
[45]Barclay M. Newman and Philip C.
stine, Op. Cit., hlm. 342
[46] Ibid: hlm. 342
[47] Ibid: hlm. 343
[48] J. J. de Heer, Op. Cit., hlm.
227
[49] Ibid: hlm. 227
[50] Barclay M. Newman and Philip C.
Stine, Op. Cit., hlm. 343
[51] J.J. de Heer, Op. Cit., hlm. 126
[52] Jakob Van Bruggen, Op. Cit.,
hlm. 113
[53] Louis Berkhof, Teologi Sistemaika Vol. 3 Doktrin Kristus,
(Surabaya: Momentum, 2009), 25.
[54]
Barclay M. Newman and Philip C. Stine, Op. Cit., hlm. 222
[55] David Pan Purnomo, Kristus-Nama di atas Segala Nama,
(Jakarta: Ekklesia Training Center, 2000), hlm. 15.
[56] Louis Berkhof, Op. Cit., hlm. 26.
[57] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru I (Jakarta: BPK,
1993), hlm. 315.
[58] Louis Berkhof, Op. Cit., hlm. 26.
[59] Louis Berkhof, Teologi Sitematika Vol. 1 Doktrin Allah,
(Surabaya: Momentum, 2010), hlm. 75.
[60] Ibid.
[61] Louis Berkhof, Op. Cit., hlm. 26
[62] Ibid.
[63] Louis Berkhof, Vol. 1, Op. Cit.,
hlm. 70
[64] Charles F. Pfefeer & Everett
F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe
Vol. 1 Kejadian- Ester, (Malang: Gandum Mas, 2007), hlm. 30
[65] Donald C. Stamp, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan
(Malang: Gandum Mas, 2002), hlm. 129
[66] Andrew E. Hill & John H.
Walton, Survei Perjanjian Lama,
(Malang: Gandum Mas, 2008), hlm. 201
[67] Ibid: hlm. 234
Komentar
Posting Komentar