STUDI ALKITABIAH MENGENAI KESUPRANATURALAN YESUS KRISTUS BERDASARKAN MATIUS 1:18-25


STUDI ALKITABIAH MENGENAI KESUPRANATURALAN
YESUS KRISTUS BERDASARKAN MATIUS 1:18-25

Destra Ginting, M. Th




ABSTRAK
            Artikel ini ingin mengkaji tentang kesupranaturalan Yesus Kristus berdasarkan Injil Matius 1:18-25. Titik sentral dalam teologi Kristen terletak pada ajaran tentang Kristus. Doktrin keilahian Yesus sangat penting dalam teologi Kristen karena melalui keilahian Yesus maka manusia dapat ditebus dari dosa dan manusia dapat bersekutu dengan Allah. Penulis akan memaparkan permasalahan tentang tanggapan atau pandangan dari berbagai macam masalah yang timbul mengenai keilahian Yesus. Dalam tulisan ini, penulis menggunakan metode penelitian kualitataif. Kajian yang dilakukan bersifat studi alkitabiah melalui studi pustaka. Berdasarkan studi Alkitabiah mengenai keilahian Yesus Kristus dalam Injil Matius 1:18-25 menegaskan bahwa Yesus lahir dari anak dara Maria dan dikandung dari Roh Kudus. Kelahiran Yesus Kristus dari Roh Kudus menandakan bahwa Dia adalah Allah. KelahiranNya lain dari manusia lainnya, sebab benih dosa tidak ada didalam diriNya. KelahiranNya dari Roh Kudus menandakan bahwa Dia adalah Allah. KematianNya lain dari manusia lainnya, sebab benih dosa tidak ada di dalam diriNya. KelahiranNya oleh Roh Kudus menandakan bahwa tidak ada partisifasi Yusuf di dalam kandungan Maria. KelahiranNya dari Roh Kudus menekankan bahwa Maria masih perawan. Allah hanya meminjam kandungan Maria, dengan kata lain bahwa Maria hanya sebagai alat yang dipakai Allah untuk melahirkan Yesus sampai Yesus lahir Yusuf tidak bersentubuh dengan Maria. Berdasarkan tulisan ini, maka menepis pandangan dari gnostik, ebionisme, marcionisme, nazaretisme, arianisme, apolinarianisme, euthikianisme, sosirnusisme, doketisme, mormonisme, saksi Yehuwa, Christian science, liberalisme, children of God.
             
Kata-kata Kunci: Studi alkitabiah, kesupranaturalan, keilahian Yesus Kristus.




PENDAHULUAN

Keilahian Yesus merupakan suatu topik perdebatan yang terus-menerus dibicarakan, sehingga topik ini sering menimbulkan pertanyaan bagi banyak orang. Perihal tentang pembicaraan siapa Yesus sebenarnya menjadi pembicaraan yang hangat dari dahulu sampai sekarang, dan setiap orang dari dahulu sampai sekarang berusaha untuk mendapatkan jawaban masing-masing. Ada yang mengatakan bahwa Yesus itu bukan Allah melainkan Ia manusia biasa. Ada juga yang mengatakan bahwa Yesus adalah Allah bukan manusia.
Banyak orang yang menyangkal keilahian Kristus, bahkan orang yang beragama Kristen karena keragu-raguan yang disebabkan kurang pemahaman atau kurang pengetahuan akan kebenaran akan Firman Tuhan. Adanya persepsi atau pandangan yang berbeda-beda tentang Kristus. Ada yang berpendapat bahwa Yesus bukan Allah tetapi manusia biasa ada juga yang berpendapat bahwa Yesus bukan Allah tetapi manusia biasa ada juga yang mengatakan bahwa Yesus itu setengah Allah setengah manusia. Adanya perbedaan persepsi atau pandangan yang berbeda tentang Yesus, dari bapa-bapa gereja dan kaum liberalisme. Sebagian dari mereka mengatakan bahwa Yesus lebih rendah dari Allah Bapa dan yang sebagian mengatakan bahwa Yesus manusia berdosa. Perbedaan pendapat disebabkan oleh karena adanya perbedaan penafsiran Alkitab. Adanya fenomena pengajaran yang menentang tentang keilahian Yesus. Brown mengatakan bahwa Yesus adalah seorang manusia dalam sumber sejarah paling awal, mereka berpendapat bahwa Yesus menikah dengan Maria Magdalena, dan mengatakan tipe kekristenan yang paling benar hakekatnya bersifat seksual yang dimulai dari Yesus.[1] Pandangan ini sangat jelas menentang keilahian Yesus. Karena kurang memahami siapakah Yesus yang sebenranya menurut Alkitab.
Bahkan injil barnabas tidak mengakui kemesiasan Yesus dan menganggap Yesus sebagai Yohanes pembaptis kemesiasan Yesus diberikan kepada Muhammad. Yesus hanyaah seorang nabi yang membawa kabar gembira kepada Muhammad dan injil Barnabas ini menekankan sunat.[2] Demikian juga Injil Yudas dimana Yudas ditampilkan sebagai teman dan sahabat Yesus yang paling dekat satu-satunya murid yang memahami Yesus lebih baik daripada yang lain, yang menyerahkan Yesus kepada pejabat yang berwenang karena Yesus menghendaki-Nya. Dengan menyerahkan Yesus maka Yudas menunjukan kesetiaan dan pengabdiannya yang paling besar. Menurut injil Yudas ingin membebaskan diri dari dunia materi yang bertentangan dengan Allah.[3]
Sampai saat ini masih hangat dibicarakan tentang keilahian Yesus Kristus baik di kalangan akademisi, para Pendeta maupun jemaat kristen, sehingga penulis merasa perlu untuk membahas tentang keilahian Yesus agar dapat melihat kebenaran dan makna teologisnya dari sudut pandang Alkitab atau secara alkitabiah. Karena itu penulis memutuskan untuk meneliti judul ini secara spesifik berdasarkan data-data Alkitab yang dikaji menurut sistem interpretasi, eksegesis dan teologi Alkitabiah untuk mendukung kebenaran yang sesungguhnya dari keilahian Yesus itu.
Keraguan akan keilahian Yesus Kristus adalah karena dia merupakan keturunan manusia, Yaitu manusia berdosa sehingga pasti Yesus juga berdosa. Padahal sangat jelas dipaparkan dalam Alkitab bahwa Yesus adalah dikandung oleh Roh Kudus dalam dan meminjam kandungan Maria. Walaupun dalam Konsili Nicea (325 M) telah ditegaskan bahwa pribadi Yesus Kristus adalah Allah yang total (utuh) dan manusia yang total (utuh) artinya sejak dahulu telah dilakukan suatu pelurusan suatu pengajaran, namun dalam pemahaman sampai hari masih terus ada pemahaman yang salah terhadap keilahianNya. Sehingga penulis merasa sangat penting untuk melihat kembali tentang keilahian Yesus Kristus dari salah satu sudut padang yaitu kitab Matius 1:18-25.


BAHASAN

Kajian Teori
Usaha untuk memahami dan mengerti tentang keilahian dan kemanusiaan Yesus Kristus sering terjadi kekeliruan. Terjadinya kekeliruan tersebut disebabkan oleh karena adanya penafsiran dan pemahaman Alkitab yang salah. Manusia lebih cenderung menggunakan rasionya untuk memahami kebenaran Alkitab. Sebagai akibatnya timbullah berbagai pandangan yang keliru mengenai keilahian dan kemanusian Yesus Kristus. Hal ini merupakan masalah yang harus diantisipasi oleh umat Tuhan agar tidak muda disesatkan oleh ajaran sumbang tersebut. Untuk lebih mengetahui ajaran sumbang tersebut, maka dalam pembahasan berikut ini penulis akan menguraikannya satu persatu.

Pandangan Gnostik
Kata gnostik berasal dari kata Yunani “gnosis” yang berarti pengenalan pengetahuan yang dalam perjanjian baru diterjemahkan “Ilmu Pengetahuan”.[4] Sifat ajaran gnostik adalah dualistik dan sinkritistik yang merupakan pecampuran antara filsafat Yunani dengan agama-agama timur bahkan unsur-unsur agama kristen.[5] Percampuran dari unsur-unsur pemikiran ini dapat menimbulkan kekeliruan dalam pemahaman tentang Alkitab. Akibatnya timbul ajaran yang bertolak belakang dengan ajaran firman Tuhan. Alkitab tidak dipandang seabgai kebenaran yang utama.
Paham gnostik mengakui Yesus sebagai pernyataan dari wahyu Allah yang mahatinggi,  tetapi menolak Yesus sebagai firman yang menjadi manusia.Karena  pada anggapan mereka bahwa dunia materi ini jahat, sebab itu kehadiran Yesus dalam dunia hanya merupakan hayalan saja, bukan benar-benar menjadi manusia sejati. Ajaran gnostik ini bersumber dari percampuran antara agama timur yaitu agama mesir yang menyembah dewi Isis dan dewa Osiris agama Siria yang menyembah dewa Baal, agama Persia yang menyembah dewa mitras, dan agama Asia yang menyembah dewi kilebe, dan filsafat barat yaitu pikiran Plato tentang dunia. Adapun yang mempopulerkan paham Gnostik ini adalah golongan Alexandria yang dipimpin oleh seorang cendikiawan Yahudi bernama Philo Judeas bersama tiga orang murid yang bernama Cerintus, Basilides, dan Valentinus.[6]
Asas-asas gnostik yang berlawanan dengan asas-asas iman kristen ialah perjanjian baru dipisahkan dari perjanjian lama, dan Allah pencipta tidak sama dengan Allah Bapa, tidak ada kebangkitan daging dan tdak ada dunia baru. Manusia hanya bisa menjadi selamat, kalau ia melepaskan diri dari dunia in.[7] Ajaran ini menyelewengkan isi Alkitab, sebab Yesus itu adalah Allah sejati, Ia adalah juruselamat manusia.

Pandangan Arianisme
Pandangan Arianisme muncul pada abad ke-4. Faham ini mengatakan bahwa Yesus adalah ciptaan Allah yang sulung yang tertinggi sederajat-Nya. Kemudian melalui Dia,Allah menciptakan segala sesuatu.Yesus bukan kekal adanya, melainkan dibentuk yang tidak ada menjadi ada.Bidat ini di pelopori oleh presbiter atau penatua dari Alexandria yang bernama Arius. Ia adalah gembala sidang besar di Baucalis,Alexandria, murid besar Lucian dari aliran Antiolus.[8] Anak Allah tidak sehakekat dengan Allah Bapa. Ia adalah makhluk yang dapat berubah dan karena itu dapat binasa serta berdosa. Kemulian-Nya sebagai Anak Allah dikaruniakan oleh Allah Bapa karena kesetiaan-Nya dalam melaksanakan kehendak Allah Bapa.Aliran Arianisme mendirikan gereja sendiri dan giat memberitakan injil dikalangan suku goth.[9]
Golongan Arianisme berpendapatbahwa sifat ilahi Yesus Kristus tidak sempurna atau utuh. Mereka berpendapat bahwa  Kristus merupakan manusia biasa sampai pada pembaptisan-Nya, sesudah itu baru ada pada-Nya sifat ilahi sampai Ia disalibkan. Jadi sifat ilahi hanya ada antara jangka waktu pembaptisan dan penyaliban. Arian mengajarkan bahwa Kristus tidak ada sebelumnya, Dia adalah mahluk ciptaan dan oleh-Nya semua benda diciptakan. Arius mengajarkan bahwa meski Anak disebut Allah, Dia bukanlah Allah sepenuhnya, tetapi merupakan yang tertinggi dari seluruh mahluk ciptaan. Dia seperti Allah tetapi bukan Allah.[10] Yesus Kristus adalah Allah bukan makhluk ciptaan dan bukan juga makhluk tertinggi dari semua yang diciptakan. Dia benar-benar Allah dan juga manusia. Ajaran arianisme ini disebabkan kurangnya pemahaman akan firman Tuhan, hermeneutik yang salah dan juga pengaruh filsafat.

Pandangan Liberalisme
Liberal berasal dari kata latin “Liber” artinya bebas. Secara teologis liberalisme berarti bebas dari keharusan untuk percaya kepada Alkitab adalah pernyataan Allah kepada manusia. Paham ini muncul dan berkembang pada abad 19. Salah satu penyebab terpenting dari aliran ini adalah makin populernya pandangan rationalisme dan humanisme.[11]
Tokoh-tokoh Liberalisme Yaitu Adolf Von Harnack Shailer Matthew, Harro E. Fosdick. Salah satu kekeliruan yang dihasilkan oleh aliran liberalisme adalah mengenai doktrin Kristus. Kristus tidak lagi dipandang sebagai pribadi yang ilahi tetapi Ia hanya sebagai manusia yang uni yang memberikan teladan yang baik bagi orang lain terutama kehidupan rohani.
Para teolog liberal mengemukakan pandangannya tentang Pribadi Kristus, diantaranya adalah Shleimacher menyebut Yesus sebagai manusia dengan keserderhanaan luar biasa Ritschl menyembutnya Yesus sebagai manusia yang memiliki persekutuan kasih dengan Allah Beyshlag menyebut Yesus sebagai manusia dipenuhi Allah, dan Sanday menyebutNya sebagai manusia sejati yang memiliki perasaan keilahian yang dialami dibawah sadarNya.[12]
Usaha penelitian teolog liberal untuk menjelaskan pribadi Kristus mengalami kekeliruan. Para teolog liberal berangagapan bahwa Yesus hanya mempunyai hubungan yang baik dengan Allah, sehingga ia menjadi teladan yang baik bagi manusia. Kaum liberal memandang Yesus sebagai figur yang patut diikuti  dan dihormati tetapi bukan disembah karena ia bukan Allah.kegagalan liberalisme terus disebabkan oleh karena penelitiannya hanya berfokus pada manusia. Mereka tidak dapat menerima isi Alkitab secara keseluruhan, baik isi historis dan faktanya tetapi sekedar merenungkan sebagai sarana untuk memperoleh pengertian rohani. Apa yang dianggap mustahil atau tidak masuk akal manusia tentang isi Alkitab dianggap sebagai dongeng dan mitos. Pemahaman liberal tersebut merupakan ancaman bagi dasar iman Kristen baik masa lampau maupun masa sekarang ini.

Pandangan Saksi Yehova
Munculnya aliran saksi Yehova tidak terlepas dari kemelut dan kekosongan rohani yang terjadi di Amerika Serikat sebagai akibat mewabahnya rasionalisme dan materialisme yang diakibatkan oleh datangnya masa industri sejak abad XVIII dan gejal timbulnya banyak aliran bidat terutama pada abad XIX di Amerika Serikat. Beford melihat bahwa saksi Yehova sebagai arus sekulerisasi yang melanda kehidupan masyarakat da agama di Amerika Serikat pada khususnya dan dunia pada umumnya,mereka berhasil menarik minat banyak orang[13]
Di tengah situasi dunia sekarang ini memang banyak orang yang tidak peduli lagi terhadap kebenaran bahkan orang kristen sekalipun banyak yang tergiur oleh tawaran-tawaran yang menyenangkan hati dan telinga mereka tanpa memikirkan akibatnya.Sehingga banyak orang mencari jalan keluar diluar Yesus dan oleh karena itu mereka terseret kepada tawaran dunia ini yang membawa mereka kepada kebinasaan.
Saksi Yehova mengatakan bahwa Yesus adalah pribadi yang diciptakan.Pada mulanya Allah menciptakan dua malaikat yang mempunyai kuasa yang luar biasa.Malaikat ini adalah Gabriel dan Lucifer.Lucifer karena menentang Allah menjadi iblis,sedangkan Gabriel datang di tengah-tengah manusia menjadi Yesus Kristus.Adapun pendirinya adalah Charles Tase Russel putra dari Joseph Russel.Ia dilahirkan di kota Pittsburgh,negara bagian Pennsylvania pada tahun 1852.[14]
Paham ini tidak benar karena tidak sesuai dengan ajaran Alkitab.Alkitab berkata bahwa Yesus Kristus adalah Allah. Pandangan ini seakan-akan menempatkan Kristus pada posisi yang lebih tinggi,namun pada kenyataannya Kristus hanya dianggap sebagai manusia biasa yang merupakan ciptaan.Dengan demikian Kristus digolongkan sebagai manusia yang mempunyai keterbatasan,tidak mahakuasa dan tidak mahatahu.Sehingga fakta Alkitab tentang keilahian dan kemanusiaan Yesus telah diputarbalikkan.Aliran ini sangat giat dalam mengembangkan dan menyebarkan ajarannya ke berbagai negara termasuk Indonesia.Salah satu metode yang digunakan untuk mengembangkan ajarannya adalah kunjungan ke rumah-rumah.Pihak utama yang menjadi sasaran saksi Yehova adalah orang-orang Kristen atau Katolik dengan alasan ingin meluruskan kesalahannya dalam memahami Alkitab.

Pandangan Mormonisme
Munculnya berbagai aliran dalam Gereja merupakan reaksi kemerosotan mutu.Kehidupan rohani pada saat itu, Khususnya di negara Amerika.Revolusi dan perang kemerdekaan yang berpuncak pada tahun 1770-an dan 1780an,namun berlanjut hingga tahun 1810-an telah mengakibatkan kehidupan beragama berada pada titik rendah di sepanjang sejarah bangsa itu.[15]
Dalam keadaan ini ada pihak tertentu yang ingin mengadakan pembaharuan dalam kehidupan keagamaan. Namun usaha tersebut menimbulkan penyimpangan terhadap ajaran Firman Tuhan. Mereka tidak lagi menjadikan Alkitab sebagai sumber dan dasar kebenaran dalam pembaharuan keagamaan tersebut. Kebenaran pribadi dan pengalaman hidup dianggap lebih berwibawa dan dijadikan kebenaran Allah. Alkitab digunakna sebagai pendukung dari ajarannya sehingga membuahkan ajaran yang sesat yang dilakukan oleh aliran Mormon.
Gereja ini didirikan oleh seorang Amerika yang bernama Joseph Smith pada tahun 1830. Menurut Joseph Smith bahwa pada tahun 1832 dalam usia 18 tahhun, ia mendapat kunjungan dari malaikat yang bernama Moroni. Moroni memberitahukan Joseph tentang sejumlah lempengan emas yang tersembunyi di bukit palmyra suatu perkampungan di new York. Tulisan yang ada pada lempengan tersebut diterjemahkan oleh Smith menjadi sebuah buku. Pada awal 1830 naskah itu terwujud menjadi sebuah buku yang di beri nama Kitab Mormon. Inilah kitab Suci baru, yang secara mujizat diterjemahkan dari lempengan emas”,seru Joseph setelah buku itu jadi. Inilah Wahyu baru yang memenuhi tuntutan kebutuhan masyarakat  yang sedang berubah dan yang membawa agama yang up to date.[16]
Oleh sebab itu kalangan aliran Mormon tidak lagi memandang Alkitab sebagai Allah yang sempurna dan berwibawa. Alkitab tidak lagi sebagai sumber kebenaran mutlak. Adapun yang menjadi sumber utama dalam ajarannya adalah kitab Mormon yang didukung oleh kitab-kitab lain , dan juga mereka membuat Alkitab sebagai pendukung kitab mereka. Keyakinan yang kuat dari penganut Mormon terhadap kitab Mormon tersebut menimbulkan pemahaman yang keliru tentang ajaran Alkitab terutama tentang pribadi Yesus Kristus.
Selanjutnya Joseph Smith menyatakan bahwa ia telah menemukan kitab Mormon lewat suatu wahyu dari Allah. Kitab ini menjadi kitab suci gereja ini, disamping Alkitab. Ia juga mengatakan bahwa di peroleh wahyu dari Allah bahwa poligami diperbolehkan bagi pengikut-pengikutnya. Orang-orang Mormon sangat giat. Memberitahukan ajarannya keseluruh dunia. Gereja ini memasuki Indonesia pada parohan kedua abad ke-20 dan tersebar di beberapa kota besar di Indonesia.[17]
Ajaran Mormon ini bias juga mempengaruhi iman orang-orang Kristen, jika iman kristennya belum kokoh atau belum dewasa secra rohani. Dengan pengetahuan yang dangkal tentang Kristus maka dengan mudah ajaran-ajaran sumbang masuk ke dalam gereja dan tidak heran jikalau banyak orang Kristen yang meninggalkan imannya kepada Kristus. Alkitab adalah firman tuhan yang tanpa salah dan Yesus itu Tuhan.
Pandangan ini juga mengatakan bahwa Yesus adalah saudara Lucifer yang dilahirkan karna ada hubungan antara Allah dan Maria Yesus dikana menikah dengan Marta dan Maria, sehingga dapat melihat keturunannya sebelum disalibkan. Jika Allah tidak menikah minimal Dia mempunyai hubungan istimewa dengan Marta, Maria dan Maria lainnya. Allah lebih besar dari Kristus, Kristus lebih besar dari Roh Kudus dan Joseph Smith adalah keturunan dari Tuhan Yesus.[18]
Yesus itu adalah Tuhan dan Juruselamat manusia dan dosa tidak ada di dalamnya dirinya. Dalam Matius 1:18-25 dijelaskan bahwa sampai Maria melahirkan, dia tidak bersetubuh dengan Yusuf Jadi tidak benar bahwa Yesus berhubungan dengan Maria maupun Marta apalagi sampai mempunyai keturunan.

Pandangan Children of God
Children of God mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah hasil hubungan seks antara Allah dan Maria. Sewaktu dalam dunia Yesus juga pernah mengadakan hubungan seks dengan beberapa wanita. Pendiri bidat ini adalah David Berg, anak dari pasangan Brant dan Virginia Berg.[19] Ajaran Berg ini lebih menekankan kebebasandi bidang seks. Melalui pengajaran hidup bersama dan kebebasan seks yang dikembangkan Berg, lebih menarik orang untuk masuk menjadi anggotanya. Inilah yang membuat alliran ini diminati oleh orang sehingga dapat berkembang. Perbuatan amoral tidak dilarang, bahkan kegiatan tersebut dianggap sebagai bagian dari ibadah kepada Tuhan. Dasar pemikirannya diwarnai kebebasan seks maka kebebasan seks adalah suatu keharusan. Sebagai wujud ketaaatan pada Allah, dan kebebasan seks adalah kesenangan Allah.
Pandangan Children of God menjadikan Yesus sebagai pribadi yang keberadaanNya tidak kekal. Sifat ilahi Yesus tidak dapat dipercaya karena Ia dianggap sebagai manusia biasa pada umumnya dan tidak luput dari perbuatan dosa. Sifat keilahian dan kemanusiaan Yesus yang tidak berdosa merek anggap sebagai cerita bohong. Ajaran ini sangat bertentangan dengan kebenaran Alkitab. Alkitab berkata bahwa Yesus tidak berbuat dosa dan tipu tidak adaa didalam mulutNya (1 Ptr.2:22). Jadi tidak mungkin Yesus melakukan hubungan seks dengan siapapun, karena Yesus adalah Allah.

Pandangan Nestorianisme
Ajaran ini dikemukakan oleh Nestorius, bekas rektor biara Anthiokia dan uskup konstantinopel. Ia dilantik menjadi uskup pada tanggal 10 April 428. Paham ini mengajarkan bahwa Yesus tidak memiliki dua sifat di dalam satu oknum, tetapi dua sifat dan dua oknum didalam Yesus Kristus. Mereka memisahkan kedua sifat Yesus, dan mengatakan bahwa Yesus seakan-akan sebuah rumah kudus bagi Firman Allah. Sehingga Firman itu tinggal di dalam Yesus dan dapat berubah.
Wujud konkrit yang dilakukan oleh Firman dalam bentuk melakukan mujizat kesembuhan, membangkitkan orang mati. Wujud konkrit yang dilakukan oleh manusia Yesus dalam bentuk kesengsaraan, kesedihan, dan mati. Penyembahan dilakukan kepada alamat Yesus Kristus, bukan karena Dia Allah, tetapi karena di dalam Dia, Allah berada.[20]
Ajaran Nestorianisme ini sangat bertentangan dengan Alkitab, dimana mereka tidak mengakui bahwa Yesus itu Allah. Sebab mereka memisahkan kedua sifat, Yesus adalah Allah sejati dan manusia sejati yang ada dalam satu pribadi dan tidak dapat dipisahkan. Dia harus menjelma menjadi manusia karena manusia butuh penebus dosa supaya manusia itu dapat keselamatan kekal.
Nestorianisme juga sangat menolak untuk memakai gelar theotokos untuk Maria. Menurut mereka sebutan ini menghina Tuhan karena Tuhan yang tak terbatas itu tidak mungkin dilahirkan oleh yang terbatas seperti Maria. Ajaran ini berlawanan dengan gereja resmi. Sehingga ajarannya dianggap sesat dalam sinode Roma pada tahun 430 dalam konsili Efesus pada tahun 431.
Gereja ini berpusat di Persia yaitu Seleukia-Ktestifon. Gereja ini sejak abad ke-6 aktif memberitakan injil dan mendirikan jemaatnya di Arabia, India, Tiongkok dan Indonesia.[21] Yesus lahir dari perawan Maria tanpa ada hubungan biologis dengan suaminya Yusuf sampai Yesus lahir (Mat.1:25). Yesus di kandung dari Roh Kudus lewat perawan Maria ini merupakan suatu keajaiban atau ketidakterbasan Allah melakukan segala hal yang tidak dapat dipikirkan.

Pandangan Docetisme
Golongan ini berpendapat bahwa tubuh Yesus tidak riil, tubuh Yesus hanya suatu anggapan saja. Mungkin saja sebagai suatu hantu atau serupa dengan riil yaitu mempunyai daging, tulang dan darah, tetapi kwalitasnya dan unsur-unsurnya tidak sama dengan manusia.[22] Yesus itu mempunyai tubuh yang riil atau nyata seperti tubuh manusia biasa, mempunyai darah dan daging, semua anggota tubuhnya seperti manusia biasa. Dengan kata lain Ia benar-benar manusia dan mempunyai sifat-sifat seperti manusia biasa pada umumnya.
Golongan ini berpendapat bahwa Kristus tidak menjelma melainkan memakai tubuh maya saja, sehingga pura-pura saja Ia mati di kayu salib. Basilides berkata “bukan Kristus yang menderita sengsara, melainkan simon, seorang yang terpaksa menanggung salib Kristus sebagai ganti Yesus dan orang itulah yang disalibkan akkibat kehilafan dan kekeliruan, sebaab rupa Simon telah diubah oleh Kristus. Supaya orang-orang mengira bahwa Yesus.[23] Yesus benar-benar disalibkan dan Alkitab buktikan itu, dan ketika Yesus disalibkan maka bait suci terbelah dua dan semuaorang mengaku bahwa yesus benar-benar Anak Allah. Yesus juga menampakkan diri-Nya kepada murid-murid-Nya dan Alkitab mengatakan bahwa Yesuslah yang benar-benar disalibkan bukan Simon.

Pandangan Unification Church
Unification Church mengatakan bahwa Yesus tidak dilahirkan oleh seorang perawan. Ia adalah putera Maria dan Zakaria. Unification Church didirikan oleh Yong Myung Moon, pada 6 Januari 1920 di pyungan Buk-do, Korea.[24] Paham ini tidak sesuai dengan apa yang tertulis di dalam Alkitab, sebab dalam Matius 1:18 dikatakan” kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut.
Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri.” Dari ayat ini maka sangat jelas bahwa Yesus lahir dari perawan Maria dan Maria tidak melakukan hubungan dengan Zakaria. Zakaria adalah suami Elizabeth ayahnya yohanes pembaptis. Dalam Mat 1:25 juga dikatakan bahwa Maria tidak bersetubuh dengan Zakaria, baik Maria maupun Zakaria tentunya patut dirajam menurut hukun taurat (Im.20:10). Jadi sangat jelas Yesus lahir dari perawan Maria.

Pandangan Urantia Foundation
Urantia Foundation berpendapat, bahwa Yesus dikandung melalui hubungan alami antara Yusuf dan Maria. Ia tidak dilahirkan oleh seorang perawan secara ajaib. Yesus adalah bayi Yahudi yang dikandung dan dilahirkan ke dunia sebagaimana kelahiran bayi-bayi lain. Keistimewaan Yesus, bahwa Ia inkarnasi dari Mikael. Ia tidak menggenapi nubuat Perjanjian Lama tentang Mesias, Ia juga merasa diri-Nya Mesias. Yesus bukan keturunan Daud. Secara keseluruhan silsilah itu tidak asli dan mungkin tidak sesuai dengan kenyataannya. Urantia Foundation didirikan oleh William Sadler Jr, Warren H. Kulieke, Alven Kulieke, dr. Meredith Sprunger, John Hales, Martin W. Myere, Patricia Sadler, Mundelius.[25]
Penyangkalan bahwa Maria masih perawan ketika ia mengandung Yesus. Urantia Foundation mengubah nubuat dari Yesaya 7:14 “Sebab Tuhan sendirilah yang akan memberikan kepadamu suatu pertanda sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan ia Immanuel.” Kata ibrani untuk “Perawan” dalam ayat ini adalah “alma” mengacu pada gadis muda yang belum pernah  disentuh laki-laki.
Dalam bahasa Yunani menggunakan kata Partheos untuk menerjemahkan kata alma dalam Yesaya 7:14. Partheos artinya sungguh-sungguh seorang perawan. Injil Matius 1:25 mengatakan bahwa Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria sampai ia melahirkan Yesus. Yesus adalah Mesias (Mat. 16:15-17) “lalu Yesus bertanya kepada mereka: tetapi apa katamu, siapakah Aku ini.” Maka jawab Simon Petrus:”Engkau adalah Mesias, Anak Allah yang hidup” kata Yesus kepadanya: Berbahagialah engkau Simon bin Yunus sebab bukan manusia yang mengatakan itu kepadamu, melainkan Bapa-Ku yang di sorga.”kata Ibrani “Mesias” dapat dipertukarkan dengan kata Yunani “Kristus”. Yesus adalah keturunan Daud , bahkan sudah dinubuatkan dalam Perjanjian Lama (2 Sam. 7:12-16: Yes. 11:1) dan digenapi dalam silsilah Yesus (Mat. 1:11). Jadi keraguan Urantia Foundation tentang silsilah Yesus tidak dapat diterima, karena orang Yahudi sangat berhati-hati dalam menjaga silsilah mereka.

Pandangan Christadelphians
Christadelphians ini mengatakan bahwa sifat manusiawi Yesus yang sepenuhnya mencakup adanya hasrat penuh dosa sebagaimana umumnya terdapat pada semua manusia. Namun, karena Ia memiliki hakikat dan watak Bapa dalam diri-Nya, Ia mampu hidup tanpa berbuat dosa dan menjadi teladan cara hidup yang seharusnya kita miliki. Dengan wafat tanpa dosa, Yesus menebus diri-Nya dari sifat-Nya sendiri yang penuh dosa. Christodelphians ini dipimpin oleh John Thomas pada tahun 1844-1871 di Amerika Serikat.[26]
Pada dasarnya Kristus tidak memiliki sifat dosa atau potensi untuk berbuat dosa tidak ada seperti halnya kita. Kita terlahir dengan kecenderungan untuk berbuat dosa, karena memang lahir dari benih dosa. Sedangkan kelahiran Yesus tidak melalui hubungan biologis seperti halnya kita, Dia dikandung oleh Roh Kudus dan sampai Ia lahir Yusuf tidak bersetubuh dengan Maria (Mat. 1:18-35).Yesus bukan saja tidak berdosa, namun Ia juga tidak memiliki dosa dan hal ini dijelaskan pada 1 Ptr 2:22.

Pandangan Church of Jesus Christ of Latter-Day Saints
Church of Jesus Christ of Latter-Day Saints berpendapat bahwa Yesus yang ditunjukan dalam kekekalan yang lampau untuk menyelamatkan umat manusia adalah saudara Lucifer. Yesus dikandung secara ajaib oleh Roh Kudus atau dilahirkan dari seorang perawan. Ia diperanakan melalui hubungan seksual antara Maria dengan Allah. Yesus adalah poligami yang mengawini setidak-tidaknya Maria, Maria saudara perempuan Lazarus dan Marta.
Yesus juga memiliki anak-anak melalui perkawinannya yang berulang kali.Ada perkawinan di Kana, dan dari membaca secara seksama, dijumpai bahwa tidak ada orang lain, selain Yesus menikah pada peristiwa tersebut. Church of Jesus Christ of Latter-Day Saints dipimin oleh Joseph Smith JR, Brigham Young, John Taylor, Wilford Woodruff, Lorenzo Snow.[27]
Yesus tidak mungkin saudara Rohani Lucifer karena Yesus adalah pencipta Lucifer yaitu malaikat yang jatuh dalam dosa (Yoh. 1:1-3).Yesus diperanakan secara ajaib oleh Roh Kudus. Maria adalah seorang perawan saat itu dan tetap perawan hingga Yesus lahir ( Mat. 1:18-25). Yesus tidak pernah menikah apalagi Poligami. Alkitab tidak mencatat bahwa Yesus itu menikah. Yoh 2:2 menyebutkan bahwa Yesus diundang ke pesta perkawinan di Kana. Dari ayat ini sangat jelas bahwa Yesus tidak menikah, Dia hanya diundang untuk menghadiri pesta tersebut. Dan tidak ada pengantin yang diundang untuk menghadiri pesta pernikahanya sendiri.
Persahabatan Yesus dengan Maria, karena Yesus mengampuni dosanya dan Maria menyembah Allah. Kita lihat di sini adalah doktrin yang tidak bersumber dari Alkitab, namun bersumber dari gelapnya pikiran para pimpinan Church of Jesus Christ of Latter-Day Saints. Dari berbagai pengajaran tentang aliran kepercayaan yang telah penulis uraikan sebelumnya kelihatannya benar tetap pada hakekatnya salah,apabila ditinaju dari perspektif Alkitab. Oleh sebab itu, melalui ajaran berbagai pandanagan yang telah dipaparkan oleh penulis pada bab ini, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:
Pertama, Secara Universal pandangan-pandangan tersebut memiliki tujuan yang sama yakni menggeser Yesus Kristus dari kedudukan-Nya sebagai pribadi Ilahi dan juga manusia sejati yang berkuasaa di bumi dan disurga.Keilahian dan kemanusiaan Yesus Kristus dianggap sebagai suatu yang sangat penting dan bermkana di dalam hidup manusia. Bahkan keilahian dan kemanusiaan Yesus Kristus dianggap sebagai suatu cerita yang tidak dapat dimengerti oleh pikiran manusia.Oleh sebab itu sifat ke-Illahian dan kemanusiaan Yesus Kristus tidak dapat mereka terima kebenarannya.
Memang jika kita memikirkan Allah, kita tidak akan dapat jawaban sebab manusia tidak akan dapat memikirkan Allah dan jika manusia dapat memikirkan Allah,maka Dia bukan Allah. Sebab seorang ciptaan tidak akan bias memikirkan penciptanya, karena ciptaan lebih rendah daripada pencipta. Yesus Kristus tidak dapat disebut dalam bab ini ada yang mengakui kemanusiaan Yesus Kristus sebagai teladan manusia namun Ia juga berpotensi untuk berbuat dosa. Memang dalam Kekristenan Yesus Kristus adalah manusia yang menjadi teladan dalam kehidupan Kristen tetapi Dia juga adalah Allah. Segala sesuatu yang merupakan karya Yesus Kristus dalam penciptaan, pemeliharaan dan penyelamatan manusia telah dianggap sebagai kebohongan.
Kedua, Pengertian yang keliru tentang pribadi Yesus Kristus timbul oleh karena adanya pemahaman yang salah terhadap Alkitab. Alkitab tidak lagi dijadikan sumber kebenaran yang sejati. Isi Alkitab yang tidak masuk akal dianggap sebagai peristiwa zaman dahulu yang tidak seusai dengan zaman sekarang ini. Dengan demikian ajaran Kekristenan diusahakan untuk disesuaikan dengan keadaan zaman ini.
Ketiga, penyesatan ini tidak lepas dari usaha dan pekerjaan Iblis yang ingin menyangkal kebenaran Alkitab tentang kilahian Yesus Kristus dan kemanusiaan Yesus Kritus. Firman Tuhan berkata bahwa setiap roh yang tidak mengakui mengakui Yesus Kristus sebagai Allah, maka roh itu tidak berasal dari Allah melainkan berasal dari Iblis. Sebab Iblis tidak senang melihat manusia itu mengikut Yesus, ia ingin manusia menjadi pengikutnya. I Yoh 4:3 berkata “ roh itu adalah roh anti Kristus dan tentang dia telah kamu dengar bahwa dia akan datang dan sekarang ini sudah ada di dalam dunia”. Iblis itu ingin selalu berusaha menyelewengkan kebenaran Alkitab supaya manusia menjadi pengikutnya dan tidak percaya kepada Alkitab sebagai Firman Allah.


Metode Penelitian
            Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian Kualitatif. Penulis menggunakan pendekatan metode kualitatif. Kekhasan dari metodologi ini adalah cocok untuk diterapkan dalam penelitian teologi karena proses penelitiannya bersifat seni dan lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap Alkitab. Cara tersebut memungkinkan ditemukannya kebenaran yang objektif karena dibentengi dengan fakta-fakta sebagai bukti tentang adanya sesuatu dan mengapa adanya demikian atau apa sebab adanya demikian. Nawawi dalam tulisannya menerangkan bahwa untuk menjamin ditemukannya kebenaran ilmiah, metode penelitian memberikan cara-cara kerja yang sangat cermat dan syarat-syarat yang sangat ketat.[28]
            Dengan demikian metode penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memberikan peluang sebesar-besarnya bagi penemuan kebenaran yang objektif, tetapi juga untuk menjaga agar pengetahuan dan pengembangannya memiliki nilai ilmiah yang tinggi. Penelitian ini mempergunakan cara kerja dengan prosedur yang teliti, jelas, sistematis dan dapat dipertanggung jawabkan, sebagai proses yang memberi kemungkinan tertinggi bagi tercapainya pengetahuan yang benar. Dengan kata lain penelitian ini harus mempergunakan cara kerja ilmiah sebagai jaminan untuk mencapai pengetahuan yang memiliki persesuaian dengan objeknya.
            Oleh sebab itu, penelitian ini akan difokuskan dengan meneliti data-data secara induktif, yaitu berdasarkan Alkitab. Subagyo menjelaskan bahwa penelitian teologi biblika mencakup teologi eksegesis dan kajian Alkitab. Teologi eksegesis berupaya untuk memahami teks, sedangkan kajian Alkitab berupaya menyelidiki Alkitab dan bagian-bagiannya sebagai teks.[29]
            Teknik pengumpulan data adalah cara yang penulis gunakan dalam mencari bukti-bukti tentang pemahaman atau pandangan-pandangan dari berbagai tokoh dan para pakar teolog Kristen serta dari berbagai aliran yang membahas tentang ajaran predestinasi Allah. Langkah itu termasuk juga melakukan eksperimen sesuai dengan rencana dalam usulan penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan berbagai buku-buku atau literatur-literatur yang berhubungan atau pun buku-buku yang membahas langsung tentang ajaran tersebut. Sehingga dengan demikian penulis dapat memenuhi syarat-syarat dalam penelitian ini.












Hasil Penelitian
Analisa Sintesis Matius 12:1
Ayat ini diawali dengan kata “pada waktu itu” merupakan penanda waktu yang dipakai juga dalam Mat.11:25. Dalam hal ini sepertinya Matius tidak bermaksud menunjukkan suatu waktu yang ketat, dan ada terjemahan yang menyusunnya dalam bentuk yang wajar menjadi ”pada suatu hari sabat”[30]. Terjemahan seperti ini banyak diikuti oleh penerjemah, biasanya mereka menyusunnya menjadi “suatu waktu pada hari Sabat”. Bagi Matius tidak terlalu penting untuk menunjukkan persis kapan peristiwa tersebut terjadi, namun yang terpenting bagi Matius adalah peristiwa tersebut terjadi pada suatu hari istirahat (hari besar) orang-orang Yahudi yakni hari Sabat. Dimana Yesus berjalan akan tetapi berdasarkan penelitian penulis ini lebih baik diterjemahkan menjadi “Yesus dan murid-muridNya berjalan” untuk menjelaskan bahwa bukan hanya Yesus yang berjalan, tetapi dia bersama-sama dengan murid-muridNya. Jalan yang mereka lewati Barclay M. Newman and Philip C. Stine menjelaskan bahwa mereka tidak berjalan menembus ladang, akan tetapi mereka berjalan melalui jalan setapak[31]. Stefan Leks juga mengatakan “diladang-ladang di Palestina, sering di jumpai jalan pintas”[32]. Dan Meyer Benoit dikutip oleh Van Bruggen mengatakan tidaklah tepat anggapan bahwa seakan-akan kebetulan saja pada hari sabat mereka kepergok melakukan kesalahan umum, yakni “perbuatan terlarang berupa membuat jalan di tengah-tengah ladang gandum”[33].
Ungkapan “berjalan di ladang gandum”, J. D. M. Darrett memberi penjelasan: dia menduga,Yesus sedang dalam perjalan menuju kota lain. Apabila orang berpergian pada hari sabat,orang terpaksa mengambil jalan putar menyesuri desa-desa itu. Sekiranya dalam perjalanan itu orang masuk kedalam sebuah kota atau desa, mereka tidak boleh lagi meninggalkan daerah wajib istirahat di sekitar kota atau desa itu sebelum hari sabat berakhir. Jadi,orang terpaksa mengitari “daerah sabat” disekitar kota atau desa itu, dan baru dapat    memasuki daerah  bila sudah sampai di tempat tujuan. Tempat itulah yang dijadikan “tempat berteduh” atau “tempat istirahat”, yang tidak ditinggalkan lagi sampai hari sabat berlalu[34].

            Berdasarkan penjelasan tersebut di atas itulah yang menjadi alasan  Yesus dan murid-muridnya tidak melalui rute yang umum yakni dengan melintasi kota dan desa-desa, tetapi mereka memilih melalui jalan setapak di padang dan ladang supaya mereka tidak terjebak di suatu kota atau desa.
            Dalam perjalanan ini sangat wajar jika murid-murid Yesus “merasa lapar” karena mereka bertambah jauh berjalan untuk mencapai tempat tujuan sebab mereka mengelilingi kota atau desa-desa, mereka tidak melalui jalan yang biasa dilewati orang pada umumnya. Oleh karena lapar murid-murid memetik bulir gandum dan memakannya. Waktu murid-murid Yesus, memetik dan memakannya, dalam hal ini orang Farisi tidak mempersalahkan mereka karena memetik bulir gandum yang adalah kepunyaan orang lain. Atau dengan kata lain orang-orang Farisi tidak menuduh mereka mencuri. Karena telah tertulis dalam Ul.23:25 “Apabila engkau melalui ladang sesamamu yang belum dituai, engkau boleh memetik bulir-bulirnya dengan tanganmu, tetapi sabit tidak boleh kau-ayunkan kepada gandum sesamamu itu. Dan juga sebenarnya tidak  ada hukum yang melarang orang makan pada hari Sabat, jika nyawa seseorang terancam oleh karena kelaparan maka dia diizinkan untuk untuk menuai dan makan pada hari sabat. Akan tetapi, yang dipermasalahkan orang Farisi ialah karena murid-murid memetik bulir-bulir gandum pada hari Sabat hal ini dianggap orang Farisi sebagai “menuai pada hari Sabat”, yang adalah terlarang. Sebab ahli-ahli Taurat telah menetapkan tiga puluh Sembilan macam pekerjaaan yang terlarang pada hari sabat[35].
            Dalam hal ini, orang Farisi tidak menegur muri-murid Yesus, tetapi mereka langsung menegur Yesus sebagaimana yang tertera dalam ayat dua. Sebab, menurut orang-orang Farisi Dialah yang bertanggung jawab atas perbutan murid-muridNya karena membiarkan mereka.

Ayat 2
Ayat ini diawali dengan kalimat: melihat itu, orang-orang farisi berkata kepadaNya dalam hal ini tidak ada penjelasan tentang apa yang dilihat oleh otang Farisi. Pernyataan ini tidak dapat dipisahkan dari ayat sebelumnya. Maksudnya melihat itu adalah tidak terlepas dari perbuatan atau tindakan murid-murid pada ayat satu ketika mereka memetik bulir gandum dan memakannya. Pada ayat satu penulis telah menjelaskan bahwa yang dipermasalahkan oleh orang-orang Farisi adalah bukan karena murid-murid mengambil yang bukan milik mereka. Akan tetapi, yang dipermasalahkan oleh orang Farisi adalah mereka menganggap bahwa murid-murid melakukan penuaian pada hari Sabat. Sehingga menurut orang-orang Farisi murid-murid telah melanggar peraturan yang telah ditetapkan oleh ahli-ahli Taurat.
            Oleh karena itu orang-orang Farisi berkata kepadaNya, lihatlah. Ungkapan lihatlah pertama kali digunakan dalam Matius 2:9, dalam ayat ini fungsinya untuk menarik perhatian terhadap apa yang sedang dilakukan oleh murid-murid Yesus[36]. Dan dilanjutkan dengan perkataan murid-muridMu melakukan sesuatu yang tidak diperbolehkan pada hari sabat. Orang Farisi tidak menegur murid-murid Yesus, tetapi mereka langsung berkata kepada Yesus. Karena menurut orang-orang Farisi Dialah yang bertangggung jawab atas perbuatan murid-muridNya tersebut.
            Menanggapi tuduhan ini, Yesus tidak memberikan alasan secara langsung mengapa murid-muridNya melakukan hal itu. Dan Yesus juga tidak menuduh orang Farisi mengikat orang pada “ajaran manusia”. Yesus  mengakui bahwa murid-muridNya telah melakukan apa yang tidak pantas dilakukan pada hari Sabat. Pernyataan ini tersirat pada pengakuanNya, dalam contoh yang diberikanNya, yaitu perbuatan Daud, yang terlarang. Hukum Tuhan menentukan bahwa roti sajian hanya boleh dimakan oleh para imam semata. Tuduhan orang Farisi diakui tepat dari sudut formal. Untuk menanggapi tuduhan orang Farisi Yesus memberi jawaban dengan peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau. Dan jawaban yang diberikan Yesus dapat dikelompokkan dalam tiga bagian yakni: ayat 3-4 tindakan Daud dan pengikutnya, ayat 5 tugas imam dalam mempersembahkan korban, ayat 6-8 pernyataan Yesus menunjuk pada diriNya. Namun demikian menurut Jakob Van Bruggen menyatakan:
Ketentuan umum tidak  berlaku pada keadaan luar biasa. Apakah artinya luar biasa? Yesus terlebih dahulu memberi contoh dari kehidupan Daud. Kitab Suci sendiri menunjukkan bahwa pada kesempatan tertentu hukum Tuhan tidak diterapkan pada Daud. Sama seperti murid-muridNya, Daud dan para pengiringnya merasa lapar. Peristiwa tentang Daud juga berlangsung pada hari sabat, sebab pada hari itu roti sajian diganti, sehingga imam besar dapat mengatakan ia punya roti sajian (Im.24:8; I Sam.21:4,6)[37]

            Dalam peristiwa tersebut Daud tidak berpergian dengan urusan sendiri, tetapi ia sedang menjalankan tugas negara (Daud menyelamatkan diri). Dalam I Sam. 21, para imam melakukan perbuatan yang  istimewa karena Daud mempunyai tugas istimewa pula. Demikian juga Yesus menyamakan diriNya dengan Daud dan menjelaskan bahwa pada hari ini Dia dalam perjalanan dinas bagi sang Raja (Allah)[38]. J. J. de Heer mengatakan juga: bahwa secara tersembunyi Yesus mempertalikan diriNya dengan Daud. Yesus adalah anak Daud, Sang Mesias. Jadi, yang diperbolehkan kepada Daud, diperbolehkan juga kapada anak Daud itu[39].

Ayat 3-4
Ayat ini diawali dengan kalimat tetapi jawab Yesus kepada mereka dan BIS menerjemahkan “jawab Yesus” ini merupakan jawaban Yesus atas pernyataan orang Farisi pada ayat sebelumnya. Dalam bahasa Yunani dipakai kata ganti orang kedua tunggal o` (Ia, Dia) untuk Yesus. Untuk menanggapi tuduhan orang Farisi tersebut, Yesus tidak langsung memberi alasan mengapa murid-muridNya melakukan hal tersebut, tetapi Ia kembali bertanya kepada mereka tidakkah kamu baca. Menurut Barclay M. Newman and Philip C. Stine mengatakan: pertanyaaan ini merupakan pertanyaan retoris yang menuntut jawaban “ya”[40]. Yang dimaksud oleh Yesus tidakkah kamu baca adalah mengenai peristiwa tentang Daud dan mereka yang mengikutinya lapar. Yang dimaksud dengan mereka yang mengikutinya adalah menuju pada pengikut-pengikut Daud. BIS menerjemahkan dengan “orang-orangnya”.
            Kalimat tanya pada ayat keempat bagaimana ia masuk ke dalam Rumah Allah merupakan lanjutan dari ayat tiga tentang tindakan Daud. Perlu diketahui bahwa Rumah Allah di sini adalah bukan Bait Suci yang di bangun oleh Salomo di Yerusalem. Tetapi Rumah Allah di sini yang dimaksud adalah “tempat kehadiran Allah” atau “kemah (tenda) dimana Allah hadir”[41]. Pertanyaan selanjutnya bagaimana mereka makan roti sajian yang tidak boleh dimakan. Kalimat pertanyaan yang menyatakan “Bagaimana ia masuk… dan makan” mempunyai arti harafiah yang menunjuk bahwa hanya Daud saja yang masuk dan makan. Hal ini sesuai dengan bagian paralel dengan kisah ini dalam  Mrk.2:26 maupun Luk.6:4.
            Namun beberapa naskah Yunani yang lain mengatakan mereka makan seperti yang diterjemahkan TB, juga teks PB Yunani UBS mengikuti bentuk jamak (mereka). Dalam hal ini Barclay M. Newman and Philip C. Stine menjelaskan bahwa terjemahan yang tepat adalah “dia (Daud) masuk ke… dan dia bersama orang-orangnya makan…”[42]. Kalimat ini menunjukkan dengan jelas bahwa Daud harus keluar dahulu sebelum dia dan orang-orangnya makan roti, urutan peristiwanya demikian “ Daud masuk ke dalam Rumah Allah  dan memperoleh roti yang dipersembahkan kepada Allah, kemudian dia membawanya keluar dan dia serta orang-orangnya memakan roti tersebut.
            Jadi, mereka tidak makan sama-sama di Bait Allah, sebab pengikut-pengikut Daud tidak bersama-sama dengan dia saat itu. Roti yang dimaksud di sini berbentuk dua belas potongan roti yang diletakkan diatas meja persembahan di Rumah Allah setiap hari sabat[43]. Roti ini dipersembahkan kepada Allah, lalu pada hari Sabat berikutnya roti ini menjadi hak para imam, yang harus memakannya di tempat kudus. Peraturan mengenai hal ini bisa ditemukan di dalam Imamat 24:5-9.
            Roti sajian tersebut tidak diperbolehkan dimakan oleh siapapun termasuk Daud dan juga pengikut-pengikutnya dan yang dapat memakan roti ini adalah hanya imam-imam saja. Akan tetapi, dalam keadaan darurat (kelaparan) Daud dan imam berani menyimpang dari suatu kebiasaan yang suci menurut hukum Yahudi[44].

Ayat 5
Kemudian dalam ayat ini, Yesus kembali mengajukan pertanyaan retoris kepada orang-orang Farisi tentang imam-imam yang bekerja dalam Bait Allah pada hari sabat. Pertanyaan retoris yang diajukan Yesus adalah atau tidakkah kamu baca. Kata atau di sini berfungsi untuk menggabungkan jawaban Yesus terdahulu dengan pertanyaan yang sekarang diajukanNya.Yang menunjuk pada pertanyaan tidakkah kamu baca dalam Kitab Taurat. Kitab Turat yang dimaksud di sini adalah bagian pertama dari Kitab Suci orang Yahudi[45]. Dimana pada hari sabat, imam-imam melanggar hukum Taurat di dalam Bait Allah.
            Melanggar hukum sabat diterjemahkan oleh BIS menjadi “melangggar peraturan”. Kata kerja yang digunakan dalam bahasa aslinya hanya digunakan sekali lagi di seluruh PB, yaitu di dalam Kis. 24:6 (LAI: mencemarkan, BIS: menajiskan)[46]. Pelanggaran imam-imam yang dimaksud di sini adalah tentang pekerjaan yang mereka pada hari Sabat. Dimana pada hari Sabat mereka (imam) mempersembahkan korban harian dan mengganti roti yang dipersembahkan kepada Allah dengan roti yang baru (Bac. Bil.28:9-10), namun mereka tidak bersalah.
            Jadi, yang mau ditunjukkan Yesus kepada orang-orang Farisi di sini adalah bahwa pada saat para imam mengerjakan tugas-tugas mereka di Bait Allah pada hari Sabat, sebenarnya mereka melanggar peraturan Sabat. Akan tetapi Kitab Taurat menunjukkan bahwa mereka tidak dianggap bersalah karenanya.

Ayat 6
Ayat ini diawali dengan Aku berkata kepadamu, susunan kalimat yang serupa terdapat di dalam Mat.5:20. Kalimat ini berfungsi untuk menggabungkan ayat ini dengan ayat sebelumnya dan untuk menekankan kata-kata yang mengikutinnya. Pernyataan di sini ada yang melebihi Bait Allah, penekanannya terletak pada “Bait Allah” [47].
            J. J. de Heer mengatakan bahwa: “Memang Bait Allah lebih penting dari Sabat”[48]. Akan tetapi, dalam pernyataan yang dilontarkan oleh Yesus kepada orang Farisi ada lagi yang melebihi Bait Allah, agak sulit untuk menjelaskan apa  yang melebihi Bait Allah tersebut. Karena tidak ada terjemahan yang mencoba untuk menterjemahkannya. Namun, dengan demikian penulis menyimpulkan bahwa: yang melebihi bait Allah adalah Yesus itu sendiri sesuai dengan pernyataan pada Ayat delapan “Anak manusia adalah Tuhan atas hari Sabat”, Anak manusia di sini menunjuk pada pada diri Yesus. Prof. E. Schwrizer di kutip oleh J.J.de Heer berpendapat bahwa: “sesuatu yang melebihi Bait Allah tersebut adalah kerajaan Allah yang mulai terwujud dengan kedatangan Yesus Kristus[49]. Dan juga Barclay M. Newman and Philip C. Stine menegaskan bahwa: yang dimaksud melebihi Bait Allah adalah Yesus sendiri, yang kekuasaannya melebihi Bait Allah maupan hari Sabat[50].

Ayat 7
Dalam ayat ini Yesus menyebutkan suatu hal lagi yang melebihi Sabat, yakni belas kasihan. TB mengawali terjemahannya dalam ayat ini dengan jika kamu mengerti arti Firman ini, sedangkan BIS menerjemahkannnya dengan Di dalam Alkitab tertulis. Dalam hal ini BIS menunjukkan bahwa kata-kata yang diucapkan Yesus ini dikutip dari Alkitab yakni Hosea 6:6. Suatu bagian telah dikutp Matius sebelumnya yakni dalam Mat.9:13. Dalam ayat ini J.J. de Heer mengatakan bahwa “belas kasihan dan bukan persembahan” adalah suatu gaya bahasa Ibrani yang berarti belas kasihan lebih dari persembahan.[51]
            Dalam hal ini Yesus menyatakan kembali kepada orang Farisi bahwa hukum kasih adalah hukum yang tertinggi. Dalam Mrk.2:27 Yesus mengatakan bahwa “Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk  hari Sabat”. Jakob Van Bruggen mengatakan bahwa “Yesus tidak berbicara mengenai sifat hari Sabat, tetapi mengenai pengadaannya[52].
            Ungkapan mengerti maksud Firman ini bukan hanya sekedar menyadari tentang suatu Firman yang dimaksud. Menyatakan bahwa orang-orang Farisi tahu kalau Firman yang diucapkan Yesus ini kutipan dari Kitab Suci, tetapi mereka tidak mengerti maksudnya. Jika orang-orang Farisi mengerti arti Firman itu yakni tentang kasih, tentu mereka tidak akan mempermasahkan tindakan murid-murid Yesus tersebut. Sebab kasih menutupi banyak dosa I Pet. 4:8. Jadi, karena mereka tidak mengerti hal itu makanya mereka menyatakan tindakan murid-murid tersebut suatu kesalahan.

Ayat 8
Ayat delapan ini, diawali dengan kata ‘karena’ merupakan penghubung yang mengindikasikan bahwa ini adalah suatu peralihan logis dari jawaban Yesus sebelumnya dengan pernyataan yang sekarang. Dimana pada ayat sebelumnya Yesus telah menanggapi tuduhan orang-orang Farisi dengan menuju pada peristiwa yang di masa lampau mengenai peristiwa mengenai Daud dan pengikutnya lapar dan para imam yang melakukan tugas mereka dalam Bait Suci. Kemudian dialihkan dengan ayat delapan dimana Yesus tidak lagi berbicara mengenai peristiwa yang terjadi masa lampau yakni tentang Daud dan para imam yang mekukan tugas mereka. Akan tetapi, memberikan suatu pernyataan bahwa ‘Anak Manusia adalah pemilik hari Sabat’.
            Yesus menerangkan bahwa Anak Manusia adalah pemilik hari Sabat dalam ayat delapan karena orang-orang Farisi menuduh bahwa tindakan para murid memetik bulir gandum melanggar peraturan Sabat. Dalam hal ini orang-orang Farisi meminta pertanggungjawaban kepada Yesus dengan menarik perhatian-Nya terhadap yang sedang dilakukan murid-murid-Nya dengan memakai kata seru lihatlah! Karena menurut orang-orang Farisi Dialah yang bertanggung jawab atas perbuatan murid-murid-Nya tersebut.
            Jadi, berdasarkan tuduhan orang-orang Farisi tersebut Yesus menyatakan bahwa tidak ada hak orang-orang Farisi untuk menyatakan bahwa tindakan para murid tersebut adalah salah. Karena mereka tidak berkuasa atas hari Sabat. Adapun yang berkuasa atas hari Sabat, dan inilah yang Yesus nyatakan pada pernyataan-Nya.
            Kemudian Yesus melanjutkan pernyataan-Nya yaitu karena ‘Anak Manusia’, konsep Anak Manusia yang dipakai oleh Yesus dalam pernyataan-Nya berbicara tentang diri-Nya sendiri dengan menggunakan sebutan orang ketiga. Beberapa versi terjemahan (KJV, NAS, NIB, TB, BIS) kata yang dipakai untuk adalah Son of Man artinya Anak Manusia.
            Istilah Anak Manusia dalam Perjanjian Lama, nama ‘anak manusia’ dapat ditemukan dalam Mzm. 8:5; Dan. 7:13, dan sering kali muncul dalan nubuatan nabi Yehezkiel.[53] Istilah Anak Manusia yang dipakai dalam Perjanjian baru berasal dari kitab Daniel, dalam kitab ini hanya merupakan sebutan yang deskriptif, karena dalam bentuk nubuatan dan belum menjadi sebuah gelar. Namun, dalam Pejanjian Baru istilah ini merupakan suatu penunjukkan diri Yesus yang sangat umum.
            Hal yang menunjukkan bahwa Yesus berbicara tentang diriNya sendiri adalah kenyataan di salah satu Injil dipakai “Anak manusia” dalam bentuk orang ketiga, sedangkan Kitab Injil lainnya memakai bentuk orang pertama “Aku”[54]. Contohnya ialah pernyataan Yesus dalam Mat.16:13, “kata orang, siapakah Anak manusia itu”? Ayat-ayat paralel di dalam Mrk.8:27 dan Luk.9:18 memakai bentuk orang pertama “Aku”. Dalam Injil Mat.16 itu sendiri, dua ayat berikutnnya Matius menegaskan bahwa Yesuslah yang dimaksud dengan “Anak Manusia” dengan menambahkan pertanyaan “tetapi apa katamu, siapakah Aku ini?”.
            Dan beberapa penafsir lainnya menyatakan bahwa istilah ‘Anak Manusia’ yang dipakai oleh Yesus dalam pernyataan-Nya pada ayat ini berbicara tentang diri-Nya sendiri. David Pan Purnamo menyatakan “Gelar Anak Manusia muncul 82 kali dalam PB, dan hampir semua keluar dari mulut Tuhan Yesus untuk menyebut diri-Nya.[55] Dan Louis Berkhof menjelaskan bahwa: “Yesus sendiri memakai nama ‘Anak Manusia’ ini untuk menunjuk diri-Nya  lebih 40 kali dalam kesempatan-kesempatan yang berbeda, sedangkan orang lain tidak mempergunakannya.”[56] Dan juga Donald Guthrie mengatakan bahwa: “Semua sebutan-sebutan  tentang Anak Manusia dalam Injil Sinoptik semuanya menunjuk pada diri Yesus sendiri[57]. Satu-satunya pengecualian dalam Injil Yohanes 12:34, dan dimana-mana itu dipakai dalam kutipan kalimat Yesus. Dan dalam seluruh PB, hanya Stefanus dan Yohanes yang memakainya, Kis.7:56; Why. 14:14.
            Vos dalam bukunya The Self Disclosure Of Jesus dikutip oleh Louis Berkhof membagi ayat-ayat yang memakai nama ini dalam empat kelompok,[58] yakni: menunjukkan eskatologi kedatangan Anak Manusia, misalnya: dalam Mat.16:27,28; Mrk. 8:38; 13:26 dan ayat-ayat parelelnya. Berbicara secara spesifik tentang penderitaan Tuhan Yesus, kematian dan (kadang-kadang) kebangkitan-Nya, misalnya: Mat. 17:22; 20:18,19,28; 12:40 dan ayat-ayat paralelnya. Ayat-ayat dalam Injil Yohanes dinama sisi manusia surgawi yang istimewa serta pra-eksistensi Yesus sangat ditekankan, misalnya Yoh.1:51; 3:13,14;  6:27,53,63; 8: 28 dsb. Dan ayat-ayat lainnnya merefleksikan natur manusiawi, misalnya: Mrk. 2:27,28; Yoh. 5:27; 6:27,51,62.
Jadi, dari uraian tersebut di atas, sangat jelas bahwa istilah ‘Anak Manusia’ yang Yesus pakai dalam pernyataan-Nya tersebut menunujuk pada diri-Nya sendri. Dalam pernyataan Yesus Anak Manusia adalah pemilik pada ayat ini, kata “pemilik” merupakan penegasan pernyataan bahwa Anak Manusia adalah berkuasa. Beberapa terjemahan  versi bahasa Inggris (KJV, NAS, NIB, NIV, TB) kata yang pakai untuk ku,rioj adalah Lord artinya: pemilik, tuan, dan Tuhan. Sedangkan BIS menterjemahkannnya berkuasa. Walupun dalam hal ini ada perbedaan terjemahan penulis menyimpulkan arti dari kata  ku,rioj adalah pemilik atau Tuhan, karena Dia adalah pemilik maka, Ia berkuasa.
            Kata kurios dalam terjemahan septuaginta dipakai untuk menyebut nama Tuhan. Perjanjian Baru mengikuti terjemahan septuaginta ini, yang menggantikan Adonai dengan kata ini dan menyetarankanya dengan Kurios, yang diturunkan dari kata Kuros yang berarti kuasa.[59] Louis berkhof kemudian menjelaskan bahwa nama ini menunjuk Allah sebagai yang Mahakuasa, Tuhan, pemilik, penguasa yang memiliki kuasa resmi dan juga otoritas, dan juga kata ini dipakai untuk menunjuk Kristus.[60]
Louis Berkhof menyetarakan nama Kurios dengan: pertama, sebagai nama yang setara dengan Yehovah; kedua sebagai nama pengganti Adonai; dan yang ketiga, sebagai terjemahan dari gelar penghormatan yang dinaikkan manusia kepada Allah (terutama nama Adon), Yos. 3:11; Mzm. 95:7.[61] Dan dalam Perjanjian Baru dapat ditemukan tiga penerapan nama ini menuju pada diri Yesus yakni: sebagai sapaan yang hormat dan amat menghargai, Mat. 8:2; 20:33. Sebagai pernyataan kepemilikan dan otoritas, tanpa bermaksud menunjukan apa-apa tentang sifat Ilahi Kristus serta otoritas-Nya, Mat. 21:3; 24:42. Dengan pengertian otoritas tertinggi, menyatakan sifat yang sangat di muliakan, dan kenyatan secara praktis setara dengan nama Allah, Mrk. 12:36,37; Luk. 2:11; 3:4; Kis. 2:26; I Kor. 12:3; Flp. 2:11.[62] Jadi, berdasarkan penjelasan tersebut di atas dalam pernyataan tersebut Yesus menegaskan bahwa Anak manusia mempunyai otoritas karena Dia adalah pemilik. Dan pula, “Anak Manusia dalam hal ini bukan hanya sekedar pemilik biasa karena nama Kurios dalam PB adalah pengganti nama Adonai dalam PL. Atau dengan kata lain nama Kurios dalam PB setara dengan nama Adonai dalam PL. Kata Adonai diturunkan dari dun (din), atau adan yang keduanya berarti menghakimi, memerintah dan dengan demikian menunjuk kepada Allah sebagai penguasa yang kuat, kepada siapa semua harus berhadapan, dan kepada-Nya manusia adalah hamba.[63] Pada zaman PL Adonai adalah nama yang biasa dipakai orang Israel untuk menyebut Allah. Jadi, Kurios dalam PB setara dengan nama Adonai dalam PL yang adalah dipakai untuk sebutan nama Allah, maka Kurios dalam hal ini untuk Yesus yang adalah Allah. Di dalam pernyataan tersebut menyatakan bahwa Anak Manusia adalah pemilik, hal yang dimaksud Anak Manusia sebagai pemiliknya adalah hari Sabat.
            Beberapa versi terjamahan (KJV, TB, BIS) kata dipakai untuk  sabba,tou adalah Sabbath day artinya hari Sabat. Sedangkan terjemahan (NAS, NIB,NIV) menterjemahkan kata ini Sabbath artinya: perhentian. Dari terjemahan tersebut tidak ada perbedaan yang menonjol, akan tetapi mempunyai tujuan yang sama. Namun, terjemahan KJV, TB, BIS, dalam hal ini lebih spesifik.
            Setelah Sang Khalik mengungkapkan perkenaan-Nya atas segala sesusatu yang Ia ciptakan, termasuk manusia, puncak dari penciptaan, Dia menyatakan bahwa karnya-Nya sudah selesai. Maka, pada hari ketujuh Dia berhenti dan tidak melakukan penciptaan lagi akan tetapi, Ia menguduskan hari tersebut.
            Allah menetapkan suatu hari Sabat dengan tujuan untuk mengingatkan umat-Nya bahwa Dialah pencipta, sehingga dengan demikian umat-Nya memuji Dia sebagai ucapan syukur (bdg. Kel. 20:8-11). Hari ketujuh dipisahkan untuk dihaormati dan dikuduskan sepanjang tahun sebagai pengingat bahwa Allah telah menetapkan suatu masa istirahat, penyegaran dan perhentian menyeluruh dari semua kegiatan.[64] Menguduskan hari Sabat berarti memisahkan berbeda dengan hari yang lain dengan berhenti bekerja supaya dapat istirahat, melayani Allah, dan memusatkan perhatian pada hal-hal yang menyangkut keabadian, kehidupan rohani dan kehormatan Allah.[65] Hill & Walton menjelaskan bahwa,

Hari Sabat adalah suatu tanda kovenan antara Yahweh dan Israel yang menunjukkan hubungan khusus Israel dengan  Allah dan bersaksi bahwa kekudusan Israel berakar dari Allah yang kudus, bukan dalam hukum dan upacara (Kel. 31:12-17; dbg. Im. 26:2). Pada zaman Yesus, manfaat dan praktis dan kemanusiaan hari Sabat sudah dikaburkan bahkan hilang oleh legalisme Yudaisme (bdg. Mat. 12:1-4; Mrk. 7:1-13).[66]

            Menguduskan hari Sabat Hill & Walton menjelaskan tujuannya adalah menghormati Allah[67], Allah berhak menerima hormat dari Israel sebagai peringatan akan karya-Nya dalam penciptaan (Kel. 20:11) dan sebagai ucapan syukur karena Allah telah melapaskan mereka dari tanah Mesir (Ul. 5:15).
            Dari uraian tersebut di atas sangat jelas bahwa Anak Manusia dalam pernyataan Yesus tersebut menunjuk pada diri-Nya sendiri. Dan Anak Manusia tersebut berkuasa atas hari Sabat karena Dialah pemilik hari tersebut. Dan tujuan Allah menetapkan hari Sabat adalah agar umat-Nya mengingat bahwa Dialah pencipta, sehingga dengan demikian umat-Nya memuji Dia, karena bersyukur. Jadi, tidak ada peraturan yang dapat mengikat Dia untuk menyatakan bahwa Dia telah melanggar peraturan hari Sabat. Akan tetapi, sebaliknya Dialah yang berhak untuk menentukan peraturan tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada hari Sabat dengan kata lain Dialah yang mengendalikan hukum mengenai hari Sabat, karena Dilah pemilik hari tersebut.


Kesimpulan
Anak Manusia (Yesus) adalah Tuhan atas hari Sabat, karena Yesus adalah Tuhan Dialah yang berkuasa atas ciptaannya termasuk  dalam menentukan peraturan hari Sabat. Tuhan memberi peraturan untuk kebaikan uamatNya/ciptaanNya dan bukan untuk mencelakakannya. Tuhan menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah. Dan Allah memiliki sifat-sifat dan salah satunya adalah kasih. Dan oleh karena manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, maka manusia harus mencerminkan sifat sang penciptanya Itu.
            Melalui studi eksegesis Matius 12:1-8 penulis menyimpulkan bahwa inti dari peraturan adalah mengutamakan hidup, orang-orang Farisi yang terlalu fokus terhadap ritual agama/sabat dengan mengesampingkan kebutuhan lahiriah/jasmani (hidup manusia); Yesus membandingkan diriNya dengan Daud dan imam-imam yang tidak diangggap bersalah atas tindakan mereka, dan Yesus memproklamasikan diri bahwa Dia adalah pemilik hari tersebut.
            Anak Manusia (Yesus) adalah Tuhan atas hari Sabat, karena Yesus adalah Tuhan Dialah yang berkuasa atas ciptaannya termasuk  dalam menentukan peraturan hari Sabat. Tuhan memberi peraturan untuk kebaikan uamatNya/ciptaanNya dan bukan untuk mencelakakannya. Tuhan menciptakan manusia menurut gambar dan rupa Allah. Dan Allah memiliki sifat-sifat dan salah satunya adalah kasih. Dan oleh karena manusia diciptakan menurut gambar dan rupa Allah, maka manusia harus mencerminkan sifat sang penciptanya Itu.  Melalui artikel ini penulis dapat menyimpulkan bahwa Yesuslah yang berkuasa atas hari Sabat karena Dia adalah Tuhan. Dan Dia juga tidak meniadakan peraturan hari Sabat yang telah Allah tetapkan, akan tetapi yang Ia kecam hanyalah penyalahgunaan orang-orang Farisi. Dengan demikian melalui karya ilmiah ini, semoga setiap umat Tuhan memahami maksud dan tujuan Allah menetapkan hari Sabat.

Saran
Banyak ajaran yang sumbang menyebar dan mengajarkan bahwa orang Kristen wajib beribadah pada hari Sabtu, dan menyerukan harus kembali ke Alkitab. Hal yang sangat penting untuk diketahui ialah bahwa Sabat orang Yahudi telah digenapkan Kristus di atas salib ketia Ia “menghapuskan surat hutang, yang oleh ketentuan-ketentun hukum mendakwa dan mengancam kita” (Kolose 2:14, 16, 17). Orang Kristen jangan lagi dihukum mengenai makanan dan minuman atau mengenai hari raya, bulan baru ataupun hari Sabat, sebab semuanya itu hanyalah bayangan dari apa yang harus datang, sedang wujudnya ialah Kristus.


Secara historis, hari Minggu adalah hari di mana biasanya orang-orang Kristen berkumpul di Gereja, dan kebiasaan ini dapat ditelusuri kembali sampai abad pertama. Dalam 2 Koinryus 9:12, paulus menyebut persembahan ini sebagai “pelayanan”, pengumpulan ini pastilah berhubungan dengan ibadah Minggu dari Jemaat Kristen. Melalui karya ilmiah ini, semoga setiap umat Tuhan memahami maksud dan tujuan Allah menetapkan hari Sabat. Oleh sebab itu melalui artikel ini kiranya memberikan kontribusi bagi pengembangan ilmu teologi dogmatika berdasarkan Alkitab. Memberikan kontribusi bagi orang percaya pada umumnya dan hamba Tuhan pada khususnya.






DAFTAR PUSTAKA

Bacchiocchi, S. From Sabbath to Sunday: A Historical Investigation of the Rise of Sunday Observance in Early Christianity, 1977.
Barth, C. Thelogia Perjanjian lama 1,  Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1981.     
Bergant, Dianne & Karris, Robert J.  Tafsir Alkitab Perjanjian Baru, Yogyakarta: Kanisinus, 2002.
Beckwith, R. T dan Stott, W. This is the Day, 1978.
Berkhof, Louis. Teologi Sitematika I,  Surabaya: Momentum, 2010.
Berkhof, Louis. Teologi Sistematika III, Surabaya: Momentum, 2008.
Berkhof, Louis. Teologi Sitematikan IV, Surabaya: Momentum, 2009.
Browning, W. R. F. Kamus Alkitab, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2009.
Bruce, F. F.  Tafsiran Alkitab Masa Kini 3, Jakarta: YKBK, 2008.
Bruggen, Jakob Van.  Markus Injil Menurut Petrus, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2006.
Chapman, Adina. Pengantar Perjanjian Baru, Bandung: Yayasan Kalam Hidup, 2004.
Douglas, J.D. Ensiklopedi Alkitab Masa Kini II, Jakarta: YKBK, 1999.
Drane, John.  Memahami Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2005.
Drawes, B. F. Kunci Bahasa Yunani Perjanjian Baru, Jakarta: BPK, 2008.
Duyverman, M. E. Pembimbing Kedalam Perjanjian Baru, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.
Gara, Niko. Menafsir Alkitab secara Praktis  Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1987.
Gering, Howard M. Analisa Alkitab, Jakarta: Yayasan Pekabaran Injil “Imanuel”, 1994.
Guthrie, Donald. Teologi Perjanjian Baru I Allah, Manusia, Kristus., Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1993.
Heer, J. J. De. Tafsiaran Alkitab Injil Matius, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003.
Hill, Andrew E. &  Walton, John H.  Survei Perjanjian Lama, Malang: Gandum Mas, 2008.
Hoekema, Anthony A.  Manusia Ciptaan Menurut gambar Allah, Surabaya: Momentum, 2008.
Lee, F. N. The Covenantal Sabbath, 1972.
Leks, Stefan. Tafsir Injil Markus, Jakarta: Kanisius, 2000.
Marxsen, Willi. Pengantar Perjanjian Baru Pendekatan Terhadap Masalah-masalah Kritis,
Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000.
Mcelrath, W dan  Mathias, Billy. Ensiklopedia Alkitab Praktis, Bandung: Lembaga Literatur
Baptis.
Mounce, William D.  Basics Of Biblical Greek Grammer, Michigan: Zondervan, 1999.
Murray, J. Principles of Conduct, 1957.
Nazir, M. Metode penelitian, Jakarta: Gahlia, 1945.
Newman,  Barclay M. and Stine, Philip C.  Pedoman Penerjemahan Alkitab Injil Matius/A
Translator’s Handbook On The Gospel Of Matthew, Jakarta: LAI dalam kerjasama
dengan Yayasan Kurnia Bakti Budaya Indonesia, 1998.
Nggadas, Deky H. Y.  Bahasa Yunani sebuah Pengantar 1, Jakarta: Kalangan Sendiri, 2008.
Nixon, R. E./Nasution, Harris P.  Tafsiran Alkitab Masa Kini 3 Matius-Wahyu Berdasarkan
Fakta-fakta Ilmiaah dan Alkitabiah, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1983.
Orr, J. The Sabbath Scripturally and Practically Considered, 1886.
Stamp, Donald C. Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, Malang: Gandum Mas, 2000.
Pfeiffer, Charles F. dan Everett F. Harrison, Everett F., Tafsiran Alkitab Wycliffe Volume 1 Kejadian-Ester, Malang: Gandum Mas, 2007.
Post,Walter M.  Tafsiran Injil Markus, Bandung: Kalam Hidup, 1974.
Purnomo, David Pan. Kristus-Nama di Atas Segala Nama, Jakarta: Ekklesia Training Center,
2000.
Rajasa, Sutan.  Kamus Istilah Populer, Surabaya: Karya Utama, 2002.
Rordorff, W. Sunday, 1968.
Sihombing, Bernike. Mari Belajar Bahasa Yunani, 2005.
Snaith, N. H. The Jwish New Year Festival, 1947.
Soedarmo, R. Kamaus Istilah Teologi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1996.
Susanto, Hasan. Perjanjian Baru Intelinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru (PBIK) I, Jakarta: LAI, 2004.
Susanto, Hasan. Perjanjian Baru Intelinear Yunani-Indonesia dan Konkordansi Perjanjian Baru (PBIK) II, Jakarta: LAI, 2004.
Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2008.
Tim Penyusun. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua, Jakarta: Balai Pustaka, 1991.
Tim Redaksi. Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, 2005.
Tong, Stephen. Peta & Teladan Allah, Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1995.
Tulluan, Ola. Introduksi Perjanjian Baru, Malang: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil
Indonesia, 1999.
Wahono, S. Wismoaday. Di Sini Kutemukan, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1986.
Wenham, J.W. Bahasa Yunani Koine, Malang: Seminari Alkitab Asia Tenggara, 1977.


KONTRIBUTOR JURNAL
VOICE OF THE COVENANT
Vol. 1. No. 1, Oktober 2017
                                                                                              
Destra Ginting, M.Th, adalah Kaprodi Teologi di STT Covenant Indonesia. Memperoleh gelar Sarjana Teologi dari STT Agapes, Jakarta pada tahun 2013. Gelar M. Th diperoleh dari tempat yang sama pada tahun 2016. Suami dari Christine Simanjuntak, S.Th, dan ayah dari Iren Ginting dan Isto Ginting. Saat ini berdomisili di Cilengsi, Jawa Barat bersama keluarga.       







[1]Herlianto, Da Vin Ci Code (Jakarta: Mitra Pustaka, 2005)
[2]Bambang Noorsena, Injil Barnabas (Yogyakarta : Andy Ofset, 1990)

[3]Rodholphe K., The gospel of Yudas (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2006), 80.
[4]Xavler Leon-Dufour, Ensiklopedi PB (Jakarta: Kanisius,2002),241.
[5]F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 78.

[6]Paulus Daun, Bidat Kristen dari Masa ke Masa, 65

[7]The Van den End, Harta dalam Bejana, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 37.
[8]Paulus Daun, Bidat Kristen, 93.

[9]F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 20.

[10]Kevin J Cornner, Pedoman Praktis Tentang Iman Kristen (Malang: Gandum Mas 2004), 360.
[11]Paulus Daun, Bidat Kristen, 193

[12]Louis Berkhof, Teologi Sistematika, Pen., Yudha Thianto (Jakarta: Lembaga Reformed Injili Indonesia, 1999), 32.
[13]Jan S. Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam dan Sekitar Gereja, 340.
[14]Daun, Bidat Kristen,100.

[15]Aritonang, Berbagai Aliran Di dalam dan Di Sekitar Gereja, 350.
[16]Aritonang, Berbagai Aliran Di Dalam dan Di Sekitar Gereja, 351.
[17]F.D. Wellem, Kamus Sejarahn Gereja, 170.

[18]Daun, Bidat Kristen, 149.
[19]Daun, Bidat Kristen, 193.
[20]Daun, Bidat Kristen,221.

[21]F.D. Wellem, Kamus Sejarah Gereja, 178.
[22]L. Anthony, Diktat Kristologi, 1991/1992,1.

[23]Dietrich Kuhl, Sejarah Gereja Mula-mula Jilid 1 (Jawa Timur: Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia,1998),79.

[24]H. Wayne House, Gerakan Keagamaan (Malang:Gandum Mas,2006), 269.

[25]House, Gerakan Keagamaan, 308.
[26]House, Gerakan Keagamaan, 47.
[27]House, Gerakan, 74.
[28]Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1998), 25.
[29]Subagyo, Pengantar Riset, 125.

[30] Barclay M. Newman and Philip C. Stine, Pedoman penerjemahan Alkitab Injil Matius/A Translator’s Handbook On The Gospel Of Matthew, (Jakarata: LAI dalam kerjasama dengan Yayasan Kurnia Bakti Budaya Indonesia, 1998), hlm. 336
[31] Ibid: hlm. 336
[32] Stefan Leks, Tafsir Injil Markus, (Jakarta: Kanisius, 2000), hlm. 136
[33] Jakob Van Bruggen, Markus: Menurut Injil Petrus, (Jakarta: Litindo/BPK Gunung Mulia, 2006), hlm. 112
[34] Ibid: hlm. 111
[35]Tiga puluh sembilan macam pekerjaan yang terlarang dapat di baca dalam misyna pada pasal”sabat”.  J. J. de Heer, Tafsiran Injil Matius, (Jakarta: Gunung Mulia, 1996), hlm. 226
[36] Barcly M. Newman and Philip C. Stine, Op. Cit., hlm. 338
[37] Jakob Van Bruggen, Op. Cit., hlm. 113
[38] Ibid: hlm. 114
[39] J. J. de Heer, Op. Cit., hlm. 226
[40] Barclay M. Newman and Philip C. Stine, Op. Cit., hlm. 339
[41] Ibid: hlm. 339
[42] Ibid: hlm. 340
[43] Ibid: hlm. 341
[44] J.J. de Heer, Op. Cit., hlm. 226
[45]Barclay M. Newman and Philip C. stine, Op. Cit., hlm. 342
[46] Ibid: hlm. 342
[47] Ibid: hlm. 343
[48] J. J. de Heer, Op. Cit., hlm. 227
[49] Ibid: hlm. 227
[50] Barclay M. Newman and Philip C. Stine, Op. Cit., hlm. 343
[51] J.J. de Heer, Op. Cit., hlm. 126
[52] Jakob Van Bruggen, Op. Cit., hlm. 113
[53] Louis Berkhof, Teologi Sistemaika Vol. 3 Doktrin Kristus, (Surabaya: Momentum, 2009),  25.
[54]  Barclay M. Newman and Philip C. Stine, Op. Cit., hlm. 222
[55] David Pan Purnomo, Kristus-Nama di atas Segala Nama, (Jakarta: Ekklesia Training Center, 2000), hlm. 15.
[56] Louis Berkhof, Op. Cit., hlm. 26.
[57] Donald Guthrie, Teologi Perjanjian Baru I (Jakarta: BPK, 1993), hlm. 315.
[58] Louis Berkhof, Op. Cit., hlm. 26.
[59] Louis Berkhof, Teologi Sitematika Vol. 1 Doktrin Allah, (Surabaya: Momentum, 2010), hlm. 75.
[60] Ibid.
[61] Louis Berkhof, Op. Cit., hlm. 26
[62] Ibid.
[63] Louis Berkhof, Vol. 1, Op. Cit., hlm. 70
[64] Charles F. Pfefeer & Everett F. Harrison, Tafsiran Alkitab Wycliffe Vol. 1 Kejadian- Ester, (Malang: Gandum Mas, 2007), hlm. 30
[65] Donald C. Stamp, Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan (Malang: Gandum Mas, 2002), hlm. 129
[66] Andrew E. Hill & John H. Walton, Survei Perjanjian Lama, (Malang: Gandum Mas, 2008), hlm. 201
[67] Ibid: hlm. 234

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERAN KOMPETENSI GURU PAK DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA/I DI SD KWITANG 2 PSKD JAKARTA PUSAT

HUBUNGAN GURU PAK PROFESIONAL DENGAN PRESTASI SISWA