PERAN GEMBALA DALAM KONSELING KRISTEN KEPADA JEMAAT DI GATYI BOGOR


PERAN GEMBALA DALAM KONSELING KRISTEN KEPADA
JEMAAT DI GATYI BOGOR
Dr. Ir. Johan MP. Pasaribu


ABSTRAK

Artikel ini ingin mengkaji tentang peran gembala dalam konseling Kristen kepada jemaat. Kehidupan kekristenan tidak terlepas dari persoalan, kesulitan dan penderitaan hal ini  dapat menyebabkan krisis dalam kehidupan orang-orang percaya yang seringkali mengakibatkan stress dan kegoncangan mental. Dalam hal ini, diperlukan peran gembala sebagai konselor dalam pelayanan pastoral. Metode penelitian yang dilakukan bersifat kualitatif. Penelitian yang dilakukan di GATYI Jemaat Pengudusan Bogor dengan cakupan wawancara terbuka untuk menelaah dan memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku baik individu gembala, aktivis Gereja, dan jemaat. Penulis juga melakukan pengamatan langsung ke GATYI jemaat Pengudusan sehingga mendapatkan data secara komperehensif. Temuan dalam penelitian ini adalah usaha membuka ruang konseling yang dilakukan oleh gembala GATYI Bogor sudah maksimal, namun jemaat masih kurang memahami arti penting dari konseling. Banyak di antara jemaat yang ketika menghadapi kesulitan hidup mengambil keputusan yang di luar dari kebenaran Firman Tuhan. Oleh sebab itu tugas dari gembala sebagai konselor di GATYI Bogor masih harus ditingkatkan secara spesifik. Jemaat harus diajar agar mengambil keputusan yang sesuai dengan Firman Tuhan (Alkitab).
                 
Kata-kata Kunci: Gembala, Konseling Kristen, Pastoral, Konselor.









PENDAHULUAN

Kehidupan orang Kristen tidak terlepas dari persoalan, kesulitan dan penderitaan. Ketika hal ini menimpa orang Kristen seringkali mengakibatkan stress dan kegoncangan mental. Sehingga tidak heran ada banyak sekali anggota jemaat yang meninggalkan gereja. Realita seperti ini merupakan tantangan hidup orang Kristen dari dahulu hingga saat ini. Gereja dalam hal ini gembala dan hamba-hamba Tuhan lainnya tidak boleh pasrah dengan keadaan yang ada. Gereja selaku tempat pemulihan, memiliki peranan yang besar sekali dalam pelayanan pembimbingan mereka. Oleh sebab itu, peranan Konseling Kristen dalam pelayanan pastoral di dalam gereja sangat penting, dengan harapan dapat memberi kontribusi yang cukup berarti bagi anggota jemaat dalam menghadapi persoalan, mengatasi krisis, mengubah kebiasaan dan sikap hidup yang merugikan, meningkatkan gairah hidup di tengah-tengah dunia ini.
            Gembala berperan penting dalam konseling Kristen. Ia berpran melakukan suatu proses pembimbingan yang dinamis dengan tuntunan Roh Kudus untuk menyampaikan nasehat, petunjuk, peringatan, teguran, dorongan dan ajaran dari perspektif Kristen (Alkitab), yang di dalamnya terdapat upaya menyampaikan pertimbangan yang memberikan kemampuan kepada konseli untuk membuat keputusan (sendiri) yang bijaksana, serta membawa perubahan, peneguhan,dan pertumbuhan rohani. Konseling dilakukan dalam tuntunan Roh Kudus dan terang Firman Allah, yang melibatkan seseorang konselor Kristen dalam upaya menolong konseli agar menikmati pemulihan, perubahan, dan pertumbuhan di dalam Kristus.
            Proses konseling merupakan hubungan timbal balik antara konselor dan konseli, dimana konselor harus dapat mengerti dan mengetahui masalah yang terjadi pada konseli yang sedang membutuhkan pertolongan dan bimbingan dari konselor tersebut. Gembala sebagai seorang konselor harus bisa menerima konseli dengan apa yang ada pada dirinya sehingga konselor dapat membimbing konseli kepada suatu pengambilan keputusan sendiri tanpa membawa beban baru. Konseling Kristen berfungsi memberikan bimbingan kepada konseli, menuntun kepada kebenaran Firman Allah, dan menyelesaikan masalahnya sesuai dengan Firman Allah yang dipimpin oleh Roh kudus.
            Pastoral konseling yang dilakukan adalah hubungan timbal balik antara hamba Tuhan (pendeta, pengijil, dan sebagainya) sebagai konselor dan konselinya (klien atau orang yang meminta bimbingan) dimana konselor mencoba membimbing konselinya kedalam suasana percakapan konseling yang ideal. Dengan demikian konseli mampu melihat tujuan hidupnya dalam relasi dan tanggungjawabnya pada Tuhan dan mencoba mencapai tujuan itu dengan takaran, kekuatan, dan kemampuan seperti yang sudah diberikan Tuhan kepadanya. Oleh sebab itu, gembala sebagai konseler Kristen sangat dibutuhkan oleh gereja karena banyak dari anggota gereja yang memiliki masalah dan membutuhkan bimbingan dari konselor dan gembala. Karena sampai saat ini peranan konseling Kristen sangat dibutuhkan bagi banyak anggota jemaat gereja. Anggota jemaat dalam gereja banyak menghadapi masalah, baik masalah dalam keluarga maupun masalah dari luar (lingkungan) dimana mereka tinggal.
            Oleh sebab itu jemaat perlu diberikan arahan serta bimbingan bila mereka datang minta tolong untuk dibimbing ke arah pemecahan masalah sehingga mereka mendapatkan solusi yang baik. Peranan konseling dalam gereja juga merupakan salah satu sarana yang tepat untuk membantu setiap anggota jemaat yang tidak dapat memecahkan masalahnya sendiri, sehingga konselor harus memberikan waktu dan tenaganya dalam membantu memberikan saran-saran kepada aggota jemaat yang membutuhkan pelayanan konseling.


BAHASAN

Kajian Teori
Definisi Konseling
            Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “peranan” berarti bagian yang dimainkan oleh seorang pemain atau tindakan yang dilakukan oleh seseorang dalam suatu peristiwa.1 Kata “pelayanan” berarti “kegiatan”, aktifitas, kesibukan. 2 Secara etimologi, menurut Magdalena Tomatala, bahwa kata konseling berasal dari kata benda “ Counsel ”, yang diangkat dari kata latin “Consilium” yang dari kata dasar “Consilere” yang berarti “Consult” yaitu mencari pandangan atau nasehat orang lain, yang berfungsi sebagi penutun untuk pertimbagan dan pembuat keputusan. Dari sudut lain, Magdalena Tomatala juga menjelaskan bahwa :
Kata kerja to counsel, conseling (konseling) berarti memberi nasehat, petunjuk, peringatan, teguran, dorongan ajaran untuk mengajar daan penyerahan diri (sub mission) dalam upaya mengatasi masalah dan menangani perilaku negatif dari seseorang individu.3
Dari pengertian di atas, konseling dapat dijabarkan sebagai suatu penyampaian nasehat, petunjuk, peringatan, teguran, dorongan, dan ajaran untuk memberikan pertimbangan guna membuat keputusan yang bijaksana sebagai upaya mengatasi masalah serta menangani atau menyelaraskan perilaku.4 Gary R. Collins mengartikan konseling adalah hubungan timbal balik antara dua individu, yaitu konselor yang berusaha menolong atau membimbing dan konseli yang membutuhkan pengertian untuk mengatasi persoalan yang dihadapinya.5 Usaha pertolongan dan bimbingan dari konselor kepada konseli adalah suatu hal yang penting, untuk membantu konseli keluar dari persoalannya. Jika konseli yang datang dengan permasalahannya tidak mendapatkan bantuan atau jalan keluar maka konseli itu tidak akan merasa puas dan nyaman.  Surya berpendapat bahwa:
Konseling adalah suatu situasi pertemuan tatap muka dimana seorang dari dua orang yang terlibat dalam situasi itu yang karena latihan dan keterampilannya atau karena mendapatkan kepercayaan dari orang ke dua; berusaha menolong yang kedua itu menghadapi, menjelaskan, memecahkan dan menanggung masalah pnyesuaian diri. 6

Dari kutipan di atas penulis mengartikan bahwa adalah proses pertemuan tatap muka antara dua orang yang sedang berada dalam satu situasi untuk membicarakan masalahnya. Kata konseling sudah menjadi istilah mengenai kegiatan, yang mendukung berbagai macam prosedur yang meliputi usaha-usaha seperti memberi nasehat, memberi dorongan, menyampaikan informasi, dan menganalisa suatu fakta atau masalah. Dalam Alkitab ada banyak kisah yang dapat dijadikan contoh konseling seperti dalam Perjanjian Baru yakni Yoh 4:1–42; I Tes 2:11, dimana Paulus mengingatkan orang-orang Kristen di Tesalonika bahwa ia telah bekerja dengan setiap orang secara individu dalam usahanya untuk membimbing mereka kepada kedewasaan rohani.
            Dari beberapa definisi mengenai konseling di atas maka penulis menyimpulkan bahwa konseling adalah upaya yang dilakukan oleh seorang konselor untuk, membebaskan, menolong, membimbing, mengarahkan, dan menyelamatkan atau menasehati, konseli yang sedang berada dalam ikatan permasalahan itu yang membuat dirinya sedang tidak berdaya. Supaya pribadi yang bersangkutan mengetahui permasalahan yang menghimpitnya dan mampu mengatasi permasalahan itu tanpa harus bergantung pada orang lain atau dengan kata lain konseling adalah pemberdayaan konseli untuk membangkitkan potensi dirinya agar mampu bergumul dan mengatasi masalah yang sedang menghimpit dirinya. Konseling dapat berfungsi dengan baik jika terbinanya kerja sama diantara konselor dan konseli. Disamping itu konseli banyak dilakukan dimana-mana, baik secara resmi sesuai dengan jabatannya dan lembaga badan yang menyelenggarakan, maupun secara tidak resmi bahkan seringkali secara tidak disadari seseorang, karena keinginannya membantu orang lain sebenarnya telah melakukan sesuatu yang identik dengan melakukan atau memberikan konseling. Singgih D. Gunarsa, berpendapat bahwa konseling adalah “suatu hubungan yang bebas dan berstruktur membiarkan klien memperoleh pengertian sendiri yang membimbing untuk menentukan langkah-langkah positif kearah orientasinya yang baru. Dari kutipan di atas penulis mengartikan bahwa konseling adalah suatu proses interaktif atau komunikasi yang di lakukan dengan suasana santai namun terarah untuk menemukan suatu keputusan yang positif. Tujuan membantu konseli untuk menolong diri sendiri dicapai dengan cara menciptakan suasana saling memahami antara konselor dan konseli, supaya tercipta komunikasi yang baik dan lancar antara keduanya.8 Komunikasi adalah unsur penting dalam pertemuan konseling. Demikian pentingnya komunikasi hingga ahli konselor Ariyatmi mengatakan bahwa,
Komunikasi merupakan kunci proses pertolongan, jika konselor berhasil menciptakan kualitas komunikasi (dalam hubungannya dengan konseli yang tepat/menggantungkan, seperti konseli merasa diterima dan bebas dari acaman maka separuh dari proses terapi telah dilakukan dalam suasana itu konseli akan berani mengadakan eksplorasi kedalam dirinya. Ia akan berani memperoleh kekayaan untuk menlong diri sendiri.9

            Menolong konseli dengan mengerti dan memahami masalah yang sedang dialaminya, konselor mendengarkan setiap kata yang diucapkan konseli, kemudian konselor membimbing pemikirannya ke arah pemecahan masalah. Kekuatan konseling terdapat di dalam hubungan (relationship) yang penuh  kehangatan, ketulusan hati dan saling mempercayai.10 Relationship atau hubungan ini merupakan keterampilan yang pokok dalam konseling. Dalam hubungan ini seseorang dapat membuat pilihan dan keputusan yang sangat penting dalam hidupnya.
Pentingnya hubungan dalam pelayanan konseling ini adalah membantu seseorang menghadapi masalah dan membantu konseli agar dapat membuat pilihan, atau satu keputusan sendiri yang sangat penting dalam hidupya. Konseling adalah suatu pecakapan atau hubungan timbal balik antara konselor dan konseli, konselor berperan sebagai orang yang membantu dalam memahami konseli berempati dengan masalah yang dihadapi konsli. Dalam proses konseling percakapan sangat penting, karena dalam situasi itulah konseli memiliki banyak waktu, untuk semua menceritakan persoalannya kepada konslor yang siap untuk mendengar dan membantu konseli dalam menghadapi masalahnya. Menurut Junana Wijaya, dalam bukunya yang berjudul “Psikologi Bimbingan” mengatakan bahwa:
Dalam konseling, konselor berupaya memberikan bantuan kepada konseli (bukan mengambil tanggung jawab konseli), agar dia lebih sadar akan dirinya dan masalah yang di hadapi, serta mampu membuat keputusan yang tepat untuk keluar dari masalah itu.11
Fungsi dari konseling adalah berupaya memberikan bantuan kepada konseli, tetapi konselor, sama sekali tidak memiliki hak dalam mengambil keputusan bagi konselinya, tetapi memberikan pilihan yaitu keputusan mana yang harus diambilnya dalam menghadapi masalahnya sendiri. Konseling dan bimbingan memiliki tujuan yang sama yaitu, untuk memberikan bantuan kepada konseli dalam mengambil keputusan terhadap permasalahan yang dihadapinya. Grow mengemukakan pendapat tentang konseling atau bimbingan yaitu
Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan oleh orang yang berwewenang dan terlatih baik pada perseorangan untuk mengatur kegiatannya sendiri,  mengembangkan pandangannya sendiri, mengambil keputusannya sendiri,dan menanggung bebannya sendiri.”12

Konseling atau bimbingan berfungsi untuk membantu seseorang dalam menentukan pilihan dan memecahkan masalah yang dihadapi oleh orang yang ditolong tersebut. Proses menolong dalam konseling, menghendaki adanya usaha bersama dan keterlibatan bersama, yaitu konseli dan konselor harus bersama memahami persoalan dan mencari jalan keluar dari persoalan itu. Untuk itu konseli harus memberikan kepercayaan kepada konselor seluruh fakta, perasaan, sikap, dan segala isi hati sehubungan dengan masalahnya. Konselor tidak hanya hanya cukup menjadi pemberi pandangan yang baik tetapi juga harus mau menempatkan diri di tempat konseli  supaya ia dapat memahami apa yang sedang digumuli konseli pada saat itu. Jadi konselor tidak hanya bertindak sebagai penonton namun ia memberi saran, pendapat, dorongan ataupun sanggahan atas dasar pemahaman yang diperoleh dari penghayatan itu. Dalam proses konseling seluruh kepribadian konselor terlibat, yaitu aspek kejiwaan, kerohanian, diperlukan dan dipertimbangkan serta digunakan dalam menentukan sifat, arah dan tujuan maupun pendekatan dalam konseling yang sedang diadakan.



Dasar Alkitabiah Mengenai Konseling
            Alkitab menjelaskan ayat-ayat penguatan melalui kebenaran Firman Tuhan pertolongan terhadap anggota jemaat dengan membimbing kepada kebenaran Firman Tuhan agar anggota jemaat tetap berpegang pada kebenaran Firman Tuhan itu sendiri (Kolose 3 : 16; Roma 15 : 14; KPR 20 : 31). Sampai pada abad keduapuluh baik gereja Khatolik Roma maupun gereja-gereja Protestan terus memberikan pelayanan pribadi kepada mereka yang membutuhkan, contohnya seperti yang terjadi pada gereja-gereja di Amerika terutama sesudah Perang Dunia Kedua “Konseling” dijalankan secara besar-besaran. Puluhan ribu orang yang menderita dan putus asa ditolong dalam pelayanan konseling pastoral atau pastoral counseling.
            Alkitab sebagai tolak ukur pelayanan konseling Kristen yang benar. Roh Kudus yang menerangi, memberi perubahan, menghibur, serta meneguhkan konseli menjadi teguh serta menuntun kepada hidup berkemenangan di dalam Tuhan Yesus Kristus melalui FirmanNya (Yohanes 6 : 63;  Roma 8 : 2, 11). Sejak umat Tuhan dalam Perjanjian Lama (II Samuel 12 : 1-25 ), konseling Kristen telah ada sebagai kegiatan alami dalam kehidupan spritual bersama. Perjanjian Baru memberikan mandat kepada pengikut Kristus agar hidup“ saling menasehati” (Roma 15 : 14), seperti dikatakan dalam kitab Ibrani “nasehatilah seorang akan yang lain (Ibr 1 : 13); hiburkanlah seorang akan yang lain dan saling membangunlah kamu (I Tes. 4:  18; 5:11) dan hendaklah kamu saling mengaku dosa dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh” ( Yakobus 5 : 16)13
            Rasul Paulus menulis “Kita yang kuat, wajib menanggung kelemahan orang tidak kuat dan jangan kita mencari  kesenangan sendiri” (Roma 15 : 1) dan kalaupun seorang kedapatan melakukan suatu pelanggaran, maka yang rohani, harus memimpin orang itu kejalan yang benar dalam roh lemah lembut sambil menjaga diri sendiri, supaya kamu jangan  kena percobaan. Bertolong-tolonglah menanggung bebanmu, demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus “ (Galatia 6 : 1 – 2 ).
            Satu gagasan ini berlaku untuk semua anggota gereja, bukan hanya bagi para konselor, aktivis gereja atau kalangan yang terkait saja di dalamnya. Konseling yang baik bagi umat Kristen adalah konseling yang didasari atas Firman Tuhan. Panggilan ini merupakan suatu mandat mulia, agar setiap umat Tuhan melaksanakan hal tersebut dengan ditandai bahwa yang bersangkutan telah hidup sebagai pelaku Firman Tuhan (Kolose 3 : 16). Paul Meler dan kawan-kawan menjelaskan tentang konseling Kristen yaitu:
Konseling Kristen menggunakan berbagai pendekatan terapetik, seperti halnya psikologi dan psikiater sekuler. Meskipun orang Kristen memiliki kesatuan dasar karena kesatuan mereka di dalam Kristus dan penerimaan mereka akan Alkitab sebagai standar absolut, konselor Kristen berbeda satu dengan yang lain dalam hal kepribadian, pelatihan yang mereka terima, pengalaman mereka, latar belakang tempat mereka melakukan praktek dan jenis konseli yang datang kepada mereka untuk minta tolong. Intinya proses konseling bisa dipahami sebagai pelayanan tiga bagian. Pada dasarnya, konselor melakukan fungsi mendengar konseli, membtu konseli, mendapatkan pandangan, membantu konseli menyusun rencana tindakan yang spesifik.14

Konseling Kristen dapat berfungsi sebagai pendekatan terhadap anggota jemaat yang sedang mengalami masalah pelik dalam kehidupan mereka. Alkitab adalah standar utama untuk membantu konseli dalam menyelesaikan masalah. Konseling yang didasari oleh Firman Allah bersifat rohani, berbeda dengan konselimg yang dilakukan oleh konseling-konseling sekuler. Larry Crabb, dalam bukunya yang berjudul prinsip dasar Alkitabiah, mengatakan bahwa:
Waktunya tepat bagi orang-orang yang memandang Allah dengan sungguh-sungguh untuk mengembangkan pendekatan Alkitab dan keperluan serta kesanggupan Kristus untuk menyembuhkan kepahitan, perasaan bersalah, kekhawatiran, kebencian, amarah, mengasihi diri sendiri, iri hati dan hawa nafsu yang merusak kehidupan rohani (seringkali jasmani) manusia.15

            Pelayanan konseling sudah ada dan telah di praktekan oleh umat Tuhan didalam sejarah suci yang tertulis dalam Alkitab. (2 Samuel 12 : 1 – 25 ; Yoh 4 :1–42). Alkitab secara utuh menggambarkan bahwa konseling dipraktekkan oleh umat Allah, baik pada masa Perjanjian Lama maupun pada masa Perjanjian Baru. Untuk memperjelas apa yang dikatakan Alkitab, maka penulis memberikan gambaran tentang praktek konseling dalam Perjanjian Lama yang dilakukan sesuai dengan pola-pola Alkitabiah. Banyak peristiwa konseling yang dicatat dalam Perjanjian Lama diantaranya dalam kitab Samuel itu sendiri ada beberapa contoh pendekatan yang dapat diterapkan dalam konseling Kristen masa kini. Contoh kasus Hana, I Samuel 1 dapat disebut sebagai kasus stress berat yang menjurus pada deprsi. Penyebab pertama dari kondisi Hana ialah bahwa dirinya direndahkan dimana ia tidak bisa melahirkan karena kandungannya yang tertutup, ia sangat gusar (ayat 6), masalah ini telah dirasakannya bertahun-tahun ( ayat 7). Setelah membaca dengan seksama I Samuel 1, akan lebih dipahami tentang kasus Hana dan bagaimana peran Imam Eli sebagai konselor. Iman Eli telah membantu walaupun tidak secara resmi, Imam Eli adalah konselor yang menangani masalah seorang (Hana).16
            Sebagai tanda bahwa Hana telah dipulihkan dari luka hati yang paling dalam, ia pun kembali memiliki iman yang kuat kepada Allah. Hal ini dapat dibuktikan dalam I Samuel 2:1–10 melalui doa dan puji-pujian Hana kepada Allah sebagai ucapan syukur Hana kepada yang telah menyembuhkan dan memulihkan sukacita yang hilang. Dalam kasus ini Imam Eli telah bertindak sebagai konselor, membantu Hana ke arah kesadaran diri dari rasa sakitnya, yang secara tidak langsung dilakukan oleh Imam Eli. Dalam II Samuel 11 : 1–27, dapat dibaca dengan seksama tentang bagaimana raja Daud telah dipilih dan urapi Tuhan untuk menjadi Raja yang bijaksana bagi bangsa Israel, tetapi perbuatan yang dilakukan oleh Daud adalah dosa di mata Tuhan. Kasus Daud yang digambarkan dalam II Samuel pasal 11–12 adalah tentang perzinahan dan pembunuhan kejam terhadap Uria dan isterinya, hal itu telah direcanakan oleh Daud sebelumnya (Ayat 14-17 ). Dari kasus di atas Natan berperan sebagai konselor, dengan menggunakan pendekatan konseling secara tidak langsung (bersifat non–deduktif persuasif).  Non–deduktif persuasif artinya bahwa pendekatan yang dilakukan secara khusus ke umum dimana Tuhan sendiri secara langsung mengutus Natan datang kepada Daud  untuk menguji dan memperingatkan Daud tentang kebenaran Firman Tuhan yang sesungguhnya (ayat 1.17) serta menghibur hati Batsyeba (ayat 24) dan untuk menjadi nabi bagi bangsa Israel (ayat 25). Pendekatan persuasif ini digunakan oleh Natan untuk menyentuh “hati nurani” Daud sebagai konseli. Natan memberikan gambaran bahwa ada kasus dimana “seorang kaya merampas dan menindas seorang miskin”, hal ini menyebabkan hati nurani Daud tesentuh oleh rasa keadilan terhadap si miskin (I Sam. 12 : 1–6). Maksud dari perkataan Natan itu ialah “Mengapakah engkau melakukan hal-hal yang tidak dikehendaki oleh Tuhan ?”, apabila semua yang dilakukan Tuhan itu belum cukup, maka Tuhan akan menambahkan lagi segala kekuranganmu, baik harta kekayaan maupun isteri dan sebagainya bila engkau kekurangan (ayat 7-10).
            Konseling ini mencapai tahap pertobatan dan pemulihan, disebabkan oleh adanya keterbukaan terhadap kebenaran. Dengan demikian Daud mengalami pemulihan dari Allah sampai pada kehidupan kondisi yang normal dengan memakai konseling yang begitu sederhana sehingga pada tahap pertobatan. Disinilah awal peran Natan sebagai konselor.
            Kasus Musa dalam memberikan nasehat (konseling) dan keputusan yang berguna sebagai penuntun bagi umat Israel dalam perjalanan di padang gurun, dan penyertaan Tuhan melalui FirmanNya kepada Musa (Keluaran 33). Dalam Perjanjian Lama Yesus disebut “ Penasehat yang ajaib ”(Yesaya 9 : 5) Yesus banyak mengajarkan tentang Firman Allah kepada orang-orang yang belum mengenal kasih Kristus. Beberapa contoh konseling seperti di atas dapat dilakukan dimanapun juga, tanpa pendekatan secara khusus dengan tempat yang sangat pribadi atau di ruangan tertentu yang telah disiapkan, misalnya di gereja (ruang khusus untuk konseling). Konselor Kristen harus didasari dengan kebenaran Firman Tuhan yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi konselinya. Satu hal yang dibutuhkan konseli bukan hanya nasehat belaka akan tetapi Firman Allah yang sesuai dengan kebutuhannya. Firman Allah akan menyelesaikan pekerjaan seperti yang dikehendaki–Nya (Yes. 55 : 11).17 Proses konseling Kristen yang didasari kebenaran Firman Allah dan dipimpin oleh Roh Kudus sampai pada tahap konseling yang mengalami perubahan terhadap konseli. Kitab Yeremia mengatakan gembala Israel yaitu Imam, Nabi dan orang bijaksana (Yeremia23 : 14, 22), dan tujuan orang-orang bijak adalah memberikan nasehat-nasehat praktis, yang berhubungan dengan kehidupan sehari-hari yang tidak kurang penting sebagai cara mendidik anak-anak.
            Dalam Perjanjian Baru Gereja diibaratkan sebagai tubuh Kristus, persekutuan orang percaya. Mereka berbakti, berdoa menyebarkan Injil, mengajar dan hidup saling tolong menolong bahkan Tuhan Yesus mengatakan bahwa tanda orang-orang yang percaya dan menjadi murid-Nya adalah jikalau mereka saling mengasihi (Yohanes 13 : 35). Bimbingan Alkitab berpusat pada hubungan kasih yang meliputi kemurahan maupun kebenaran. Hal yang utama dalam konseling adalah hubungan antara Allah dan orang yang dibimbing. Karena itu dalam situasi pembimbingan, Allah harus menjadi yang paling utama sebagai Dia yang menciptakan manusia dan hanya Dia yang dapat mengubah seseorang menjadi serupa dengan Yesus. Allah adalah pembimbing Agung, dan kehadiranNya harus dinyatakan sepajang percakapan. 23
Memberikan bimbingan merupakan ciri pemimpin gereja saat ini. Roma12:8, menyebutkan tentang karunia menasehati, untuk menolong memberi penghiburan mendukung, memberi semangat. Walaupun ada orang yang memiliki karunia khusus dalam menasehati, tetapi setiap orang Kristen memiliki tanggungjawab untuk menolong sesamanya sehinggga seorang gembala (pendeta) tidak harus secara langsung menangani semua masalah yang dihadapi oleh jemaatnya. Jemaat dituntut untuk saling mengasihi dan saling membangun.

Gary R, Collins, dalam bukunya dan ada beberapa ahli theologia berpendapat bahwa konseling adalah salah satu karunia khusus yang diberikan Tuhan kepada orang-orang percaya untuk membangun gereja dan menguatkan tiap individu, Roma12:8, Paulus mengenai karunia menasehati, yang dalam bahasa Yunani, dipakai kata “Paraklesis”yang berarti “datang untuk menolong”; bahkan dalam arti yang lebih luas lagi ialah memberi penghibur, mendukung, memberi semangat dan menasehati, dan semuanya itu terdapat dalam konseling.18
Dalam kitab I Tesalonika 5:11, 14, sebagai anak-anak Tuhan harus saling menasehati  seorang akan orang lain, menghibur mereka yang tawar hati, dan sabarlah terhadap semua orang. Dalam Galatia 6:1,2,10, orang-orang Kristen seharusnya dikenal sebagai orang yang penuh kasih, rendah hati, lemah lembut, penuh kemurahan, kesabaran,dan sedia mengampuni (Kolose 3:2-14). Sebagai seorang Kristen yang mempunya tugas untuk pergi, menghibur, dan melayani orang lain dengan kasih, dan berbuat baik kepada semua orang, tetapi terutama kepada yang seiman (Glatia 6:10).
Pada Injil Yohanes pasal 4 yang dapat dibaca sebagai contoh kasus konseling dalam kitab Perjanjian Baru tentang percakapan antara Yesus dan perempuan Samaria. Dalam percakapan Yesus dan perempuan Samaria ini menunjukkan pengabdianNya kepada tujuan BapaNya di Sorga serta keinginan-Nya yang mendalam untuk menuntun orang kepada hidup yang kekal. Keinginan utama Yesus adalah menyelamatkan jiwa yang terhilang.19 Peranan Yesus Kristus sebagai konselor, telah berhasil membawa wanita itu kepada jalan yang benar, dan mengenal kebenaran Firman Tuhan, sehingga  ia mengakui kesalahan yang telah ia perbuat dengan jujur. Perempuan Samaria yang tadinya tidak mengenal Allah menjadi tahu bahwa yang sebenarnya Mesias, yang ditunggu itulah yang membawa keselamatan bagi semua umat di muka bumi ini (ayat 21–26).
Sesuai penyataan tersebut, Yesus menjadi konselor yang membawa seseorang kepada kebenaran akan Firman Tuhan dan sampai pada pengambilan keputusan dalam menjalani kehidupannya dan sampai pula pada Anugerah keselamatan. Larry Crabb, dalam bukunya yang berjudul Prinsip Dasar Konseling Alkitabiah mengatakan bahwa :
Perjanjian Baru penuh dengan perintah-perintah yang jelas mengatakan bahwa jangan berzinah, jangan berdusta, tanggunglah beban satu sama lain, mengucap syukurlah dalam segala sesuatu, jangan menggosip, dan lain-lain. Dalam ucapan perpisahannya dengan para penatua jemaat di Efesus, Paulus memberikan nasehat konseling kepada jemaat di Efesus dengan air mata.”20

Dari kutipan di atas penulis berpendapat bahwa, Larry Crabb juga meyetujui bahwa Paulus dengan sungguh-sungguh memberikan nasehat untuk tidak melakukan dosa di hadapan Allah dan memberi perintah agar orang-orang di Efesus melakukan tindakan dengan benar, kemudian menyesuaikan diri dengan pola Kristus. Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus menuliskan dan memberikan pesan bahwa :
Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasehati dan ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga dengan kuasa–Nya, yang bekerja kuat dalam Aku (Kolose 1: 28–29).”21

            Sesuai pelayanan dan pergumulan Paulus bahwa, setiap orang yang diajarkan dan dinasehati dalam pmpinan serta kebenaran Firman Allah maka setiap klien yang dikonseling dipimpin kepada kesempurnaan Kristus (Kolose 1:28). Konseling Kristen berbeda dengan konseling sekuler, dimana konseling sekuler tidak mendapatkan sesuatu jalan keluar yang berdasarkan kebenaran Firman Allah dan tidak mencapai pada kesempurnaan Allah dan bahkan solusi yang didapat tidak tepat pada sasaran yang benar sesuai dengan Alkitab dan tuntunan Roh Kudus. Sedangkan konseling Kristen atau seorang konselor Kristen itu melengkapi dirinya dengan kuasa supranatural yaitu Firman Tuhan dan Roh Kudus untuk memulihkan manusia secara utuh yaitu roh, jiwa dan tubuh. Stephen Tanuwijaya menyatakan bahwa konseling adalah suatu proses yang bertujuan bukan hanya memecahkan persoalan saja tetapi juga kematangan orng yang dikonseling sehingga lebih mampu menghadapi persoalan-persoalan yang akan ditemuinya nanti.”22


Metode Penelitian
Jenis metode penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif  kualitatif, dimana data-data yang dikumpulkan adalah berupa kata-kata dan gambar. Data tersebut berasal dari wawancara kepada Wakil Gembala GATYI Jemaat Pengudusan Bogor, Majelis, Koordinator Sekolah Minggu, Koordinator Pemeliharaan, Anggota Pemeliharaan dan Pemain Musikt yang merupakan sumber informasi. Penelitian kualitatif adalah membuat deskripsi objektif tentang fenomena terbatas dan menentukan apakah fenomena dapat dikontrol melalui beberapa intervensi. Sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamatinya. Dalam penelitian kualitatif ini, peneliti sendiri atau dengan bantuan orang lain merupakan alat pengumpul data utama. Penulis juga melakukan penelitian pustaka untuk memperoleh sumber teori yang relevan dengan pokok permasalahan yang penulis teliti.
Penelitian kualitatif menyusun desain yang secara  terus-menerus disesuaikan dengan kenyataan di lapangan. Jadi, tidak menggunakan desain yang telah disusun secara ketat dan kaku sehingga tidak dapat diubah lagi. Hal itu disebabkan oleh beberapa hal. Pertama, tidak dapat dibayangkan sebelumnya tentang kenyataan-kenyataan jamak di lapangan. Kedua, tidak dapat diramalkan sebelumnya apa yang akan berubah karena hal itu akan terjadi dalam interaksi antara peneliti dengan kenyataan. Ketiga, bermacam-macam sistem nilai yang terkait berhubungan dengan cara yang tidak dapat diramalkan. Dengan demikian, desain khususnya masalah yang telah ditetapkan terlebih dahulu apabila peneliti ke lapangan dapat saja diubah.
Demikian juga peneliti mendapatkan data dari jemaat, penulis juga mendapatkan data dari hasil wawancara dengan Majelis GATYI Jemaat Pengudusan Bogor sehingga data yang diperlukan didapatkan secara komperehensif. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Penelitian kualitatif sebagai human instrumen berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai kualitas data, analisi data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas temuannya. Sumber Data dalam penelitian ini, penulis melakukan wawancara kepada delapan (8) orang aktivis Gereja di antaranya ialah Wakil Gembala, Majelis, Koordinator Sekolah Minggu, Koordinator Pemeliharaan, Anggota Pemeliharaan, dan Pemain Musik. Demikian juga yang menjadi sumber data lainnya yaitu Dokumen Data  dikumpulkan melalui berbagai sumber data yang tertulis, baik yang berhubungan dengan masalah objektif dan pendukung data lainnya. Penulis memiliki data melalui dokumen, Catatan Lapangan. Dalam memperoleh data di lapangan, maka peneliti membuat catatan di lapangan, yaitu dengan mencatat seluruh peristiwa yang benar-benar terjadi di tempat penelitian, yang lebih jelas dapat dilihat pengolahan data.







Hasil Penelitian
            Penulis melakukan pengamatan langsung ke GATYI jemaat Pengudusan sehingga mendapatkan data secara komperehensif. Temuan dalam penelitian ini adalah usaha membuka ruang konseling yang dilakukan oleh gembala GATYI Bogor sudah maksimal, namun jemaat masih kurang memahami arti penting dari konseling. Banyak di antara jemaat yang ketika menghadapi kesulitan hidup mengambil keputusan yang di luar dari kebenaran Firman Tuhan. Oleh sebab itu tugas dari gembala sebagai konselor di GATYI Bogor masih harus ditingkatkan secara spesifik. Jemaat harus diajar agar mengambil keputusan yang sesuai dengan Firman Tuhan (Alkitab).
            Setiap manusia memiliki persoalan, dan secara pribadi manusia tidak dapat hidup tanpa orang lain dan orang-orang ytesisang bermasalah seringkali tidak dapat keluar dari masalahnya dan terus diperhadapkan dengan masalah yang pelik, sehingga melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri bahkan tidak memiliki kekuatan untuk keluar dari masalah itu.
            Masalah yang tidak dapat diatasi oleh seorang konseli dapat membuat mereka bingung dan tidak tahu harus mencari bantuan kemana untuk mendapatkan solusinya. Ketiga anggota jemaat yang meninggalkan Tuhan (persekutuan) dengan Allah dapat terjadi karena masalah-masalah yang sedang dialami tidak mendapatkan perhatian dari Gembala dan gereja setempat. Sehingga anggota jemaat tidak lagi bergereja bahkan meninggalkan imannya kepada Yesus Kristus Sang penolong sejati. Dengan demikian anggota jemaatpun tidak menghasilkan perubahan hidup karena tidak dewasa rohani seperti yang diajarkan di dalam surat Paulus kepada jemaat di Kolose (Kolose 1:28).


Kesimpulan
Pelayanan konseling Kristen merupakan suatu wadah atau sarana bagi setiap anggota jemaat yang bermasalah. Pelayanan konseling Kristen tidak dapat dipisahkan dengan pelayanan gereja lainnya. Oleh sebab itu konseling Kristen harus dilakukan dalam pelayanan penggembalaan, sehingga dapat menolong anggota jemaat yang bermasalah. Peranan konseling Kristen dalam pelayanan pastoral berfungsi untuk membimbing, mengajar, melayani, mendoakan, mengasihi, menolong serta mengarahkan konseli kepada kebenaran akan Firman Allah. Pelayanan konseling merupakan proses untuk pertumbuhan dan perkembangan pribadi. Pelayanan konseling menyangkut menolong orang untuk dapat mengatasi masalah krisis dan tekanan hidup dengan memperhatikan berbagai faktor diantaranya pokok masalah, latar belakang, kerohanian, dan membawa orang tersebut melalui proses belajar untuk pemulihan dan bertumbuh dalam pengertian rohaniah.
Pelayanan konseling tidak hanya dimaksudkan untuk urusan masalah hidup saja, akan tetapi bimbingan untuk melanjutkan kehidupan yang lebih baik. Berdasarkan kesimpulan di atas, maka jelas bahwa inti atau tujuan akhir dari pelayanan konseling itu sendiri adalah penginjilan dan menjadikan semua bangsa murid Kristus (Matius 28:19-20). Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka penulis mengharapkan supaya setiap orang Kristen yang mempunyai masalah hendaklah dapat menyelesaikan masalahnya dengan dibimbing oleh konselor atau gembala dalam gereja. Hal ini dapat terlihat dari beberapa hal yang telah diterapkan yaitu konselor membantu memberikan saran kepada konseli dalam menemukan jalan keluar yang berdasarkan kebenaran Firman Tuhan dan diterangi oleh Roh kudus. Kehadiran konselor selalu memberikan pengharapan kepada setiap konseli yang tentunya pengharapan di dalam Tuhan Yesus Kristus. Gembala adalah seseorang yang memperhatikan dan peduli serta merawat dombanya, demikian juga dengan gembala dalam gereja bertanggung jawab dalam memberikan perhatian, bimbingan secara rohani terhadap setiap anggota jemaat, apabila mereka dalam kesulitan.

Saran
Penulis ingin mengajukan saran-saran kepada konselor, dan gereja GATYI. Sebagai seorang konselor Kristen hendaklah di dalam menjalankan pelayanannya dalam menolong konseli harus benar-benar bertanggungjawab dan penuh cinta kasih yang tulus ikhlas serta pengorbanan sama seperti Tuhan Yesus yang melayani tanpa pamrih. Sebagai seorang konselor harus berani menentang ketidakadilan yang berlaku dalam masyarakat dan mengusulkan pembaharuan sosial yang dapat mengatasi pengangguran, kemiskinan, dan sebagainya. Seorang konselor perlu menyadari keterbatasan diri sendiri yang tak dapat dilampaui akibat kelelahan jasmani maupun emosi. Sebagai seorang konselor Kristen, harus selalu siap melayani dengan seefektif mungkin, dimana saja dan kapan saja tanpa terikat dengan gereja dengan demikian banyak jiwa dapat diselamatkan. Seorang konselor Kristen hendaknya adalah seorang yang sudah lahir baru, hidup di dalam Kristus, berpegang sepenuhnya kepada Firman Tuhan dan memiliki hati seperti Kristus yang mudah tergerak oleh belas kasihan. Seorang konselor Kristen harus bisa menjadi teladan bagi orang-orang percaya lainnya baik dalam perkataan, tingkah laku, dalam kasih, kesetiaan dan kesucian. (I Timotius 4 : 12). Seorang konselor Kristen harus mengutamakan komunikasi dengan Tuhan lewat persekutuan doa, karena doa memiliki kuasa ( Yakobus 5 : 16).
Dalam Perjanjian Baru, gereja diibaratkan sebagai Tubuh Kristus, persekutuan orang percaya. Dimana mereka berbakti, berdoa, mengabarkan Injil, mengajar dan hidup saling tolong menolong. Jadi, karena gereja merupakan Tubuh Kristus maka, tanggung jawab gereja yang utama adalah untuk menolong, memperhatikan anggota-anggota Tubuh Kristus yang membutuhkan itu, sehingga akhirnya mereka dapat sehat dan bersatu di dalam satu keharmonisan. Dengan adanya pelayanan-pelayanan gereja seperti pelayanan pastoral konseling yang dilaksanakan oleh gereja serta sarana prasarana yang disiapkan oleh gereja, maka penulis yakin bahwa anggota jemaat yang sedang bermasalah dapat dituntun, dibimbing ke arah pertumbuhan iman dan tujuan hidup yang lebih baik.



DAFTAR PUSTAKA

Aart Martin Van Beek, Konseling Pastoral, (Semarang Satya Wacana,1992).
Aart Martin Van Beek, Pendampingan Pastoral,(Jakarta :BPK Gunung Mulia,2001).
Ariyatmi Siswohardjono,Perspektif Bimbingan Konseling dan penerapannya diberbagai Institusi (Semarang:Satya Wacana,1991).
Bons Storm, Apakah Penggembalaan Itu? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002).
Bruce Larson dan kawan-kawan,Pelayanan Penggembalaan yang Ideal,(Malang:Yayasan Penerbit Gandum Mas,1996).
Bruce Larson, Paul Anderson dan Dough Selft, Pelayanan penggembalaan yang ideal. Gandum Mas, Jakarta 1996.
Derek J. Tidball,Teologi Penggembalaan.(Malang:Gandum Mas,1995).
Dick Inverson, Memulihkan Keluarga, (Jakarta: Harves Education House, 1991).
Donald C. Stamps,  Alkitab Penuntun Hidup Berkelimpahan, (Malang:Gandum Mas,1998).
Garry R.Collins, Konseling Kristen yang Efektif,(Malang: SAAT,2002).
I Ketut Gana, Buku Pintar Occultisme Betlehem, Jakarta. Tth.
Junana Wijaya,Psikologi Bimbinga,(Bandung:PT.Eresco,1988).
Jhon F.Macarthur,Jr, Pengantar Konseling Alkitabiah,(Malang:Gandum Mas,t.th).
Larry Crabb,Prinssip Dasar Konseling Alkitabiah,(Jakarta:Yayasan Pekabaran Injil Immanuel,1991).
Magdalena Tomatala, Konselor Kompeten, (Jakarta:IFTK Jefray,2000).
Mohamad Surya, Dasar-dasar Konseling Pendidikan, (Yogyakarta:Kota Kembang,1988).
Martin dan Deidre Bobgan, Bimbingan berdasarkan Firman Allah, (Bandung:Yayasan Kalam Hidup,1985).
Oliver Mc.Mahan, Gembala Jemaat yang sukses, (Jakarta:Metonoia,2000)
Paul D. Meller, Pengantar Psikologi dan Konseling Kristen, (Yogyakarta: ANDI, 2004).
Pat Robertson, Buku Pedoman Bagi konselor Kristen, (Surabaya : Diaspora Sejahtera Ministry, t.th).
Peter Wongso, Teologi Penggembalaan,(Malang:SAAT, 1999).
Poerwo Adji Moelyono. Pengantar Metode Penelitian Ilmu Hukum dan Ilmu Sosial Malang. 1988.
Pondsius Takaliuang, Kuasa Gelap dan Kuasa Terang, (Malang: Departemen Literatur Yayasan Persekutuan perkabaran Injil Indonesia, 1987).
Suharmini Arikunto, Prosedur Penelitian, Rineta Cipta Jakarta .1996.
Singgih D.Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi,(Jakarta:BPK Gunung Mulia,1992).
Storm, M. Bons. Apakah Penggembalaan itu? Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001.
Stephen Tanuwijaya, Bimbingan Konselor Kristen.
Stephen Tong, Keluarga Bahagia, Surabaya: Momentum, 2001.
The Christian Counselors Hand Book. Pedoman bagi konselor Kristen. Surabaya : Diaspora sejahtera Ministry. Tth.
Tim Penyusun kamus,Kamus Besar Bahasa Indonesia,(Jakarta:Balai Pustaka,1988).
Tim penyusun kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1988)















KONTRIBUTOR JURNAL
VOICE OF THE COVENANT
Vol. 1. No. 1, Oktober 2017

Dr. Ir. Johan MP. Pasaribu, adalah Gembala Sidang Gereja GESINDO dan Sekum Sinode GESINDO serta Dosen di STT Hagisamos Mission Jakarta. Memperoleh gelar Tamat Sarjana S1 (Ir) “STI&K” (Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer) Jakarta tahun 1988 (BERNEGARA). Tamat Sarjana S1 (S.Th) STTAES SEMARANG tahun 2003 (AKREDITASI) Tamat Pasca Sarjana S2 (M.A) STT “TIBERIAS” tahun 2005. Tamat Pasca Sarjana S2 (M. Th) dan (M.Mis) STT “APOLLOS JAKARTA” tahun 2011 (AKREDITASI & BERNEGARA). Tamat Pasca Sarjana S3 (D.Th) STT “Rahmat Emmanuel” tahun 2014 (AKREDITASI & BERNEGARA). Suami dari Rapma Dumasari Sitompul S.H dan ayah dari Reynold Stephen Edbert Pasaribu S.Pd  dan Rexy Matius Reinhard Pasaribu. Saat ini berdomisili di Bogor, Jawa Barat bersama keluarga.






1 Tim penyusun kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka,1988),hlm.867
2 Ibid, hal 208
3 Magdalena Tomatala,Konselor kompeten(Jakarta:IFTK Jefray,2000),hlm.1
4.Ibid,hlm.1
5. Garry R.Collins, Konseling Kristen yang Efektif,(Malang: SAAT,2002),hlm.3
8 Singgih D.Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi,(Jakarta:BPK Gunung Mulia,1992),hlm.21
9Ariyatmi Siswohardjono,Perspektif Bimbingan Konseling dan penerapannya diberbagai Institusi (Semarang:Satya Wacana,1991),hlm.184
10Ibid, h.102.
11Junana Wijaya, Psikologi Bimbinga (Bandung:PT.Eresco,1988),hlm.88
12Martin dan Deidre Bobgan, Bimbingan berdasarkan Firman Allah (Bandung:Yayasan Kalam Hidup,1985), h.17.
13 Jhon F.Macarthur,Jr, Pengantar Konseling Alkitabiah,(Malang:Gandum Mas,t.th),hlm.19-21
14 Paul D. Meller,Pengantar Psikologi dan Konseling Kristen,(Yogyakarta:ANDI,2004),hlm.186
15 Larry Crabb, Prinsip Dasar Konseling Alkitabiah,(Jakarta:Yayasan Pekabaran Injil Immanuel,1991),hlm.13
16 Ibid., hlm.16
17 Ibid, hlm.18
18 Garry R. Collins, Konseling Kristen yang Efektif hlm.25-27.
19 Ibid, hlm.28-29.
20 Larry Crabb, Prinssip Dasar Konseling Alkitabiah (Jakarta:Yayasan Pekabaran Injil Immanuel,1991), h.131.
21 Ibid,hlm.133
22 Stephen Tanuwijaya, h.6.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STUDI ALKITABIAH MENGENAI KESUPRANATURALAN YESUS KRISTUS BERDASARKAN MATIUS 1:18-25

PERAN KOMPETENSI GURU PAK DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA/I DI SD KWITANG 2 PSKD JAKARTA PUSAT

LATAR BELAKANG STT HAGIASMOS MISSION JAKARTA