PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA DAN LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA


PENGARUH BIMBINGAN ORANG TUA DAN
LINGKUNGAN SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA
            Tonni Jr. Hutabarat, M.Pd.K




ABSTRAK
Artikel ini ingin mengkaji tentang pengaruh bimbingan orang tua dan lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa pada mata pelajaran pendidikan agama Kristen. Metode penelitian yang dilakukan bersifat kuantitatif. Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel. Peneliti mendapatkan data dari siswa-siswi SD 3 PSKD Pluit Jakarta Utara melalui kuisioner atau angket menggunakan sistem SPSS Versi 2.0. Penelitian ini bertujuan untuk menngukur seberapa besar pengaruh bimbingan orang tua dan lingkungan sekolah terhadap motivasi belajar siswa. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa: Variabel bimbingan orang tua  mempunyai nilai t hitung sebesar 4,268 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05. Jadi hipotesis penelitian dapat dibuktikan secara signifikan, yaitu bimbingan orang tua  berpengaruh positif signifikan terhadap motivasi  belajar siswa sebesar 14,7%. Variabel lingkungan sekolah mempunyai nilai t hitung sebesar 8,892 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05. Jadi hipotesis penelitian dapat dibuktikan secara signifikan, yaitulingkungan sekolah berpengaruh positif signifikan terhadap motivasi belajar siswa sebesar 43,8%. Dari hasil uji regresi linier berganda diperoleh nilai F hitung sebesar 39,268 dengan probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini diterima. Diterimanya hipotesis ketiga ini mengandung pengertian bahwa terdapat pengaruh positif signifikan antara Bimbingan orang  tua dan lingkungan sekolah belajar secara bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa.

Kata-kata Kunci: Bimbingan orang tua, Lingkungan Sekolah, Motivasi Belajar.







PENDAHULUAN

Dalam perkembangan pendidikan anak, orang tua memiliki peranan yang sangat penting, salah satunya adalah membimbing. Di rumah, anak-anak selalu dalam pengawasan dan penjagaan orang tua.[1] Namun, tidak jarang ditemukan orang tua banyak menghabiskan waktu, sibuk bekerja semata-mata hanya untuk kepentingan anak. Ditinjau dari sisi psikologi, kebutuhan anak bukan hanya sebatas kebutuhan materi semata, anak juga membutuhkan kasih sayang dan perhatian dari orang terdekatnya, khususnya orangtua. Realitanya, banyak anak yang kurang mendapatkan kebutuhan afeksi (kasih sayang), disebabkan orang tua sibuk mencari uang demi untuk memperbaiki perekonomian keluarga.
Ngalim Purwanto, menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat kita bedakan menjadi dua golongan yaitu faktor yang ada pada organisme itu sendiri atau disebut sebagai faktor individu dan faktor yang ada diluar induvidu atau yang disebut dengan faktor sosial. Yang termasuk kedalam faktor individual adalah faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. Sedang yang termasuk faktor sosial adalah faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru, dan cara mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia dan motivasi sosial.[2]
Dari beberapa factor tersebut diatas, keluarga dalam hal ini orang tua dapat menempati kedudukan yang primer dan fundamental dalam memberikan motivasi kepada anak melalui bimbingan. Sebagaimana dituliskan dalam kitab Ulangan 6:6-7: “Apa yang kuperintahkan kepadamu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk dirumahmu apabila engkau sedang berjalan, apabila engkau berbaring apabila engkau bangun” dan dalam kitab Amsal juga dituliskan ”Didiklah anakmu maka ia akan memberikan ketentraman kepadamu dan mendatangkan sukacita padamu  (Ams.29:17). Dalam hal ini orang tua harus membimbing, mengajar serta mendidik anak-anaknya agar kelak mereka tidak menyusahkan tetapi justru memberikan ketentraman dan mendatangkan sukacita bagi kedua orang tuannya.
Dengan demikian terlihat betapa besarnya tanggung jawab orang tua terhadap anaknya. Karena menentukan pencapaian prestasi belajar siswa. Oleh karena itu, motivasi belajar siswa tidak baik atau dapat dikatakan tinggi akan dapat menolong siswa meraih prestasi yang tinggi pula. Namun kenyataannya, tingkat motivasi belajar siswa disekolah berbeda-beda diantara siswa. Hal ini mungkin dikarenakan pengaruh bimbingan orang tua dan lingkungan sekolah yang berbeda-beda pula.
Sekolah adalah lembaga pendidikan yang penting sesudah keluarga. Apa yang sudah ditanamkan dalam keluarga dilanjutkan pada lingkungan sekolah. Sekolah merupakan suatu lembaga yang memberikan pengajaran kepada  siswa. Orang tua tidak mungkin memberikan pengetahuan kepada anak-anak mereka, karena pendidikan orang tua sendiri yang masih kurang. Alasan lain orang tua  menyekolahkan anaknya disuatu lembaga pendidikan adalah adanya berbagai  kesibukan orang tua untuk menghidupi keluarga dengan cara bekerja, orang tua tidak lagi memiliki waktu yang cukup untuk memberikan pengetahuan dan pengalaman kepada anaknya.
Lingkungan sekolah yang nyaman dan bersih dapat mendukung tumbuh kembang anak secara optimal, anak-anak menjadi lebih sehat dan dapat berpikir secara jernih, sehingga dapat menjadi anak- anak yang cerdas dan kelak menjadi sumber daya manusia yang berkualitas. Lingkungan sekolah merupakan salah satu tempat atau wahana yang paling umum digunakan sebagai media pembelajaran dalam proses belajar mengajar di Indonesia.
Karena, bila lingkungan sehat maka semua mahkluk hidup yang ada disekeliling kita akan dapat bernafas dengan baik. Karena bila ruangan kelas bersih, pastilah udara akan sejuk. Dan oleh karena itu otak dapat menjalankan fungsi dan kegunaannya dengan sempurna. Sekolah tak lepas dari masyarakat, sekolah didirikan oleh masyarakat untuk mendidik anak menjadi warga negara yang berguna dalam masyarakat. Oleh karena itu, setiap guru harus mengenal masyarakat dan lingkungannya dan menggunakannya secara fungsional dalam pengajarannya. Sekolah yang sehat dan kondusif akan sangat memungkinkan para siswa mampu mengembangkan rasa harga dirinya.
Lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah merupakan faktor  yang ikut mempengaruhi motivasi belajar siswa. Dalam lingkungan keluarga, siswa  menjadi anggota keluarga, dimana siswa akan berinteraksi dengan anggota keluarga yang lain seperti orang tua, karena orangtualah yang membiayai  pendidikan, menyediakan fasilitas untuk belajar, serta memberikan  dukungan, bimbingan dan perhatian baik secara fisik maupun psikologis. 
 Begitu pula pada lingkungan sekolah, dimana siswa selalu berinteraksi atau berkomunikasi dengan guru selama kegiatan belajar mengajar, menggunakan fasilitas belajar yang  disediakan sekolah serta membutuhkan sarana dan prasarana sekolah yang memadai untuk proses belajar. Dengan demikian, kurangnya dukungan dari lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah menyebabkan motivasi belajar siswa rendah. Oleh karena itu faktor lingkungan keluarga dan lingkungan  sekolah  menjadi  hal penting dalam pencapaian prestasi belajar yang maksimal.
Pada saat ini sering kali kita melihat dan menemukan  banyak siswa yang membolos pelajaran tertentu, dan hal ini adalah wujud kurangnya sebuah motivasi belajar. Bahkan dengan tetap memakai pakaian seragam sekolah masih terdapat banyak siswa yang masih berkeliaran di tempat-tempat umum. Pada saat ditanya dengan terkadang mereka hanya menjawab bosan dengan mata pelajarannya. Maka dari itu sebuah kebosanan di dalam belajar adalah salah satu indikasi perwujudan rendahnya motivasi pada diri siswa. Dan hal Ini cukup jelas sekali akan dapat merugikan siswa. Dan oleh karena itu juga para orang tua dan guru sangat perlu mengkaji beberapa siswa sering kali bolos pelajaran. Dan para guru maupun orang perlu mencari sebuah solusi terbaik supaya para siswa tidak lagi melakukan tindakan bolos serta bosan belajar.
Hal yang paling utama dan terpenting untuk seorang pelajar ialah adanya sebuah motivasi. Motivasi itu sendiri ialah sebuah dorongan untuk dapat melakukan sebuah kegiatan belajar  dengan sepenuh hati. Untuk para pelajar sebuah motivasi ini dapat di katakana sebagai kendaraan dan siswa adalah bensinnya. Tidak akan pernah ada artinya apabila sebagus apapun kendaraannya tanpa adanya sebuah bahan bakarnya. Dan begitu pula halnya dengan sebuah motivasi  Motivasi adalah dorongan untuk melakukan suatu kegiatan dengan baik. Dengan demikian, dengan adanya sebuah motivasi belajar maka para siswa di harapkan untuk dapat menggerakkan keinginan mereka belajar secara maksimal.
Sebagaimana yang terjadi di SMK PSKD III Pluit Jakarta Utara, penulis menemukan permasalahan, dimana kurangnya motivasi belajar siswa dikarenakan kurangnya bimbingan orang tua dan pengaruh  lingkungan sekolah. Peserta  didik  di  SMK PSKD III Pluit Jakarta Utara datang dari keluarga yang kurang mampu. Hampir bisa dikatakan seluruh siswa datang dari keluarga kurang mampu.









BAHASAN

Kajian Teori
Bimbingan Orangtua
Secara etimologi, kata  “bimbingan”  berasal dari kata Guidace yang berasal dari kata kerja to guide yang memiliki arti menunjukkan, membimbing, menuntun ataupun membantu.[3] Menurut Rochman Natawidjaja dalam Soejipto dan Reflis Kosasi, bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesenambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat. Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagiaan hidupnya serta dapat memberikan sumbangan yang berarti.[4] Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli  kepada seseorang atau beberapa orang individu. Hal sesuai dengan pemikiran Prayitno yang memberikan pengertian bimbingan sebagai berikut: Bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli  kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri; dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangka; berdasarkan norma-norma yang berlaku.[5] Bimbingan adalah usaha pemberian bantuan, diberikan kepada orang-orang dari berbagai usia, yang ditangani oleh orang yang ahli dan diselenggarakan berdasarkan prinsip demokrasi, merupakan bagian dari pendidikan secara keseluruhan.[6]
Menurut Crow dan Crow, yang dikutip oleh Djumhur dan Moh.Surya “guidance” diartikan sebagai "bantuan yang diberikan oleh seorang laki-laki atau perempuan yang memiliki kepribadian yang baik dan pendidikan yang memadai dan terlatih dengan baik kepada individu-individu setiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan hidupnya sendiri, membuat keputusan sendiri, dan menanggung bebannya sendiri."[7] Bimbingan merupakan suatu proses pemberian bantuan yang terus-menerus dari seorang pembimbing yang telah dipersiapkan kepada individu yang membutuhkan dalam rangka mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinnya secara optimal dengan berbagai macam media dan teknik bimbingan dalam suasana asuhan yang normatif agar tercapai kemandirian sehingga individu tersebut dapat bermanfaat baik bagi dirinya maupun lingkungannya.[8] Bimbingan merupakan proses pemberian bantuan kepada seseorang atau kelompok orang secara terus menerus dan sistematik oleh guru pembimbing agar individu atau kelompok individu menjadi pribadi yang mandiri”.[9]
Dari beberapan penjelasan para ahli di atas, penulis dapat simpulkan bahwa bimbingan orang tua adalah segala bantuan/dukungan yang diberikan kepada anak baik secara moril maupun materil. Dukungan moril dalam hal ini adalah dapat berupa perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan psikis yang meliputi; nasehat, afeksi (kasih sayang), keteladanan, penanaman rasa percaya diri dan bimbingan serta pengarahan itu sendiri.  Sedangkan dukungan materil/ekonomi adalah dapat berupa penyediaan fasilitas belajar, penyediaan biaya studi sertan pemberian apresiasi kepada anak,sehingga melalui dukungan tersebut anak semakin termotivasi dalam belajar, lalu mereka akan mendapat nilai dan prestasi yang baik di sekolah. Dari penjelasan diatas maka penulis menyimpulkan bahwa bimbingan orangtua adalah segala bantuan dan dukungan yang diberikan oleh ayah dan ibu kandung kepada anak-anaknya baik secara moril maupun materil, sehingga melalui bantuan dan dukungan tersebut anak semakin termotivasi dalam belajar, lalu mereka akan mendapat nilai dan prestasi yang baik di sekolah. Sasaran dari bimbingan  itu sendiri adalah mengembangkan potensi yang ada pada setiap individu secara optimal, dengan harapan agar ia menjadi orang yang berguna bagi dirinya sendiri, lingkungan, dan masyarakat pada umumnya. Jadi tujuannya adalah supaya yang dibimbing itu mampu memperoleh pengetahuan yang akan menjadikan dirinya berguna baik bagi dirinya, keluargannya, dan masyakat pada umummnya.
Peran orang tua dalam membimbing anak adalah sebagai pendidik utama, termasuk membimbing anak dalam menghadapi dunia persekolahan. Karena proses pembelajaran berlangsung lewat persekolahan, maka bimbinggan konkret dari orang tua adalah mempersiapkan anak untuk masuk perguruan tinggi dan beberapa anak disiapkan menghadapi dunia kerja, dan kepada mereka dituntut kedewasaan dan kemandirian. [10] Orang tua adalah figur dalam proses pembentukan kepribadian anak, sehingga diharapkan akan memberi arah, memantau, mengawasi dan membimbing perkembangan anaknya ke arah yang lebih baik.
Orang tua adalah bagian dari keluarga, yang merupakan tempat  pendidikan  dasar  utama  untuk   anak,  juga  merupakan  tempat  anak  dididik  pertama  kali  menerima  pendidikan  dan  bimbingan  dari orang tua atau dari anggota keluarga lainnya. Di dalam keluarga inilah tempat  meletakkan dasar-dasar kepribadian anak didik pada usia yang  masih  muda,  karena pada usia ini anak lebih peka  terhadap  pengaruh  dari  pendidikannya.  Maka  orang  tua  mempunyai  peran  yang  sangat besar dalam pembentukan kejiwaan anak serta mempengaruhi kehidupan sang anak. Kelahiran dan  kehadiran seorang anak dalam keluarga secara alamiah memberikan adanya   tanggung jawab dari pihak orang tua. Tanggung jawab ini didasarkan atas  motivasi cinta kasih, yang  pada hakikatnya juga dijiwai ini oleh tanggung  jawab moral. Salah satu pokok yang dibahas berulang-ulang oleh Alkitab ialah tentang pentingnya mendidik dan membimbing anak melalui pengajaran dan teladan. Secara jelas Kitab Ulangan menekankan bahwa anak-anak harus diajari jalan-jalan Allah: "Apa yang kuperintahkan kepada-Mu pada hari ini haruslah engkau perhatikan, haruslah engkau mengajarkannya berulang-ulang kepada anak-anakmu dan membicarakannya apabila engkau duduk di rumahmu, apabila engkau sedang dalam perjalanan, apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun." (Ul.6:6-7). Kitab Amsal adalah ringkasan dari kebijakan umat Allah. Masalah keluarga dan mengasuh anak dalam iman adalah pokok yang mendapat tekanan kuat di dalamnya. "Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya, maka pada masa tuanya pun ia tidak akan menyimpang daripada jalan itu." (Ams. 22:6).
Paulus berbicara tentang keharusan membina dan mendisiplin anak- anak kita secara terus-menerus: "Sebab aku teringat akan imanmu yang tulus ikhlas, yaitu iman yang pertama-tama hidup di dalam nenekmu Lois dan di dalam ibumu Eunike dan yang aku yakin hidup juga di dalam dirimu."  (2. Tim. 1:5). Alkitab mengajarkan bahwa orangtua bertanggung jawab untuk membina, membimbing dan mendisiplin anak-anak mereka, supaya mereka boleh dibawa untuk mengenal Alkitab dan menghormati Tuhan. Orang tua adalah mitra Allah dan pendidikan. Mereka diharapkan untuk terus menerus menggelorakan pengajaran tentang penyelamatan, penebusan, dan pemeliharaan Allah yang ajaib bagi umat-Nya didalam keluarga. [11]




Lingkungan Sosial Sekolah
Menurut Sartain, lingkungan sosial/masyarakat ( social environment ) adalah semua orang atau manusia lain yang mempengaruhi kita. Pengaruh secara langsung seperti dalam pergaulan sehari-hari dengan orang lain, dengan keluarga kita, teman-teman kita, kawan sekolah, atau sepekerjaan. Sedangkan pengaruh yang tidak langsung dapat melalui radio  dan televise , dengan membaca buku-buku, majalah-majalah, surat kabar, dan sebagainya dengan cara yang lain.[12] Menurut Dwi Prasetia Danarjati, lingkungan sosial merupakan lingkungan masyarakat dimana terdapat interaksi individu antara satu dengan individu lain. Keadaan masyarakat pun memberikan pengaruh terhadap perkembangan individu. [13] Menurut Ngalim Purwanto, lingkungan sosial adalah semua orang lain yang mempengaruhi seseorang termasuk cara pergaulannya, adat istiadatnya, agama, dan kepercayaannya.[14]
Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh para ahli, maka dapat disimpulkan bahwa lingkungan sosial adalah suatu lingkungan yang terdapat interaksi antara manusia atau individu dengan individu lainnya yang dapat mempengaruhi suatu individu dengan cara dipengaruhi secara langsung oleh keluarga, teman sebaya atau sepermainan, sepekerjaan, sekolah atau pendidikan, maupun masyarakat.  Sedangkan yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi individu yaitu dengan melalui Lingkungan sosial dibedakan antara: lingkungan pendidikan formal yakni sekolah, teman sepermainan/sebaya, dan guru, lingkungan pekerjaan yakni seperti jenis pekerjaan (pegawai negeri, anggota ABRI atau wiraswasta), dan lingkungan tetangga seperti lokasi permukiman.[15]
Menurut Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, yang termasuk ke dalam lingkungan sosial yaitu sikap atau tingkah laku antar manusia, tingkah laku ayah, ibu, anggota keluarga lain, tetangga dan teman.[16] Menurut Dwi Prasetia Danarjati, lingkungan sosial dapat dibedakan menjadidua, yaitu lingkungan sosial primer adalah lingkungan sosial dimana terdapat hubungan yang erat antara anggota satu dengan anggota lain, anggota satu saling kenal mengenal dengan baik dengan anggota lainnya. Contohnya lingkungan ini yaitu keluarga, teman sebaya, guru. Dan lingkungan sosial sekunder yaitu lingkungan sosial yang hubungan anggota satu dengan anggota lain agak longgar. Pada umumnya anggota satu dengan lain kurang atau tidak saling mengenal. Contohnya lingkungan ini seperti masyarakat tempat tinggal maupun sekitarnya.[17]
Berdasarkan pendapat para ahli diatas mengenai karakteristik lingkungan sosial, maka dapat disimpulkan bahwa macam-macam lingkungan sosial yaitu lingkungan dimana seorang/individu berinteraksi dengan orang lain seperti dengan lingkungan keluarga, teman sebaya/sepermainan, sekolah, sepekerjaan, masyarakat. Selain itu juga terdapat lingkungan sosial lainnya seperti berupa karya manusia seperti benda-benda karya manusia, karya seni, karya elektronik, program televise, radio, karya tulis/buku-buku, majalah dan budaya manusia lainnya termasuk pendidikan dan agama yang semuanya akan mempengaruhi tingkah laku dan perkembangan manusia

Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata Inggris motivation yang berarti dorongan, pengasalan, dan motivasi. Kata “motif” dapat diartikan sebagai daya upaya yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu. Motif juga dapat dikatakan sebagai daya penggerak dari dalam dan di dalam subjek untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi mencapai suatu tujuan. Bahkan motif dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Berawal dari kata “motif” itu, maka motivasi dapat diartikan sebagai daya penggerak yang telah menjadi aktif. Motif menjadi aktif pada saat-saat tertentu, terutama bila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan/mendesak.[18] Motif-motif ini hanya aktif pada saat-saat tertentu saja, yaitu apabila kebutuhan untuk mencapai tujuan sangat dirasakan mendesak. Apabila suatu kebutuhan dirasakan mendesak untuk dipenuhi, maka motif atau daya penggerak menjadi aktif. Motif atau daya penggerak yang telah menjadi aktif inilah yang  disebut  dengan motivasi.
Menurut Alisuf Sabri “Motivasi adalah segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong orang untuk memenuhi suatu kebutuhan. Dan sesuatu yang dijadikan motivasi itu merupakan suatu keputusan yang telah ditetapkan individu sebagai suatu kebutuhan atau tujuan yang nyata ingin dicapai”.[19] Sejajar dengan apa yang di katakan oleh Thursan Hakim “motivasi sebagai suatu dorongan kehendak yang menyebabkan seseorang melakukan sesuatu  perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu”.[20] Motivasi adalah dorongan penggerak untuk mencapai tujuan tertentu, baik disadari ataupun tidak disadari. Motivasi dapat timbul dari dalam diri individu atau datang dari lingkungan. Motivasi yang terbaik adalah motivasi yang datang dari dalam diri sendiri. [21]
Menurut McDonald yang dikutip oleh Suyanto, motivasi adalah perubahan energi pada diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Dari pengertian yang dikemukakan McDonald, terkandung tiga elemen/ciri pokok dalam motivasi itu, yakni 1) motivasi mengawali terjadinnya perubahan energi, 2) motivasi ditandai dengan adanya perasaan dan, 3) motivasi diransang karena adannya tujuan. [22]
Dari beberapa pengertian motivasi  di atas maka  penulis mencoba membuat seuatu kesimpulan bahwa motivasi adalah suatu dorongan terhadap diri kita agar kita melakukan sesuatu hal. Dorongan yang kita dapat itu bersumber dari mana saja, entah itu dari diri kita sendiri ataupun dari orang lain. Dorongan yang kita sebut motivasi itu juga yang menjadi suatu sumber tenaga  dalam mengerjakan suatu hal agar seseorang mencapai suatu tujuan yang diinginkan.
Menurut Hamzah, belajar adalah suatu pengalaman yang diperoleh berkat adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Belajar menunjukkan suatu proses perubahan prilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik atau pengalaman tertentu”[23] Dari pengertian salah satu ahli diatas maka, belajar adalah suatu proses atau semua aktivitas mental atau psikis yang dilakukan oleh seseorang sehingga menimbulkan perubahan tingkah laku yang berbeda antara sebelum dan sesudah belajar. Belajar adalah proses memperoleh pengetahuan bukan hanya melalui sekolah tetapi melalui lingkungan dan interak sisosial.  “Motivasi dan belajar merupakan dua hal yang saling mempengaruhi. Belajar adalah perubahan tingkah laku secara relatif permanen dan secara potensial terjadi sebagai hasil dari praktik atau penguatan (reinforced practice) yang dilandasi tujuan untuk mencapai tujuan tertentu”.[24]
Motivasi belajar adalah merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan bersemangat untuk belajar. Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan memiliki banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar.[25] Jadi yang dimaksud dengan motivasi belajar  adalah suatu dorongan yang timbul dalam diri  dan dari luar diri seorang pelajar sehingga dengan doronga-dorongan itu ia  dapat memperolah nilai atau prestasi dengan baik. Sepadan dengan apa yang dikatakan Sardiman bawah motivasi itu timbul karena dua faktor yaitu faktor intrinsik, berupa harsat dan keinginan berhasil dan dorongan kebutuhan belajar, harapan akan cita-cita. Sedangkan faktor ekstrinsiknya adalah adanya penghargaan, lingkungan belajar yang kondusif, dan kegiatan belajar yang menarik. Tetapi harus diingat, kedua faktor tersebut disebabkan oleh rangsangan tertentu, sehingga seseorang berkeinginan untuk melakukan aktivitas belajar yang lebih giat dan semangat.[26]
Ada dua dimensi dari pada motivasi belajar, di mana setiap dimensi tersebut memiliki beberapa indikator yaitu: dimensi motivasi belajar  intrinsik (yang berasal dari dalam diri siswa) yaitu motif-motif yang aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu itu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu. Adapun yang menjadi indikator-indikator dari motivasi belajar intrinsik  itu adalah: cita-cita, minat dan, kondisi siswa. Dimensi motivasi belajar ekstrinsik (dari luar individu) yaitu motif-motif yang aktif dan berfungsi karena adanya dorongan atau rangsangan dari luar. Adapun yang menjadi indicator-indikator dari motivasi belajar ekstrinsik itu adalah: ganjaran (award) atau hadiah (reward), hukuman (punishment) dan  kegiatan belajar yang menarik.  

Motivasi Intrinsik
Motivasi intrinsik adalah motif-motif yang aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar karena dalam diri setiap individu sudah ada dorongan untuk melakukan sesuatu.[27]  Motivasi intrinsik adalah motivasi yang muncul dalam diri sesorang dengan sendirinya dan motivasi ini biasannya lebih tahan lama dan terinternalisasi dengan baik. [28] Sepadan dengan yang diungkapkan oleh Sri, motivasi intrinsic adalah bentuk dongon belajar yang datangnya dari dlam diri seseorang dan tidak perlu rangsangan dari luar. [29]
Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut di atas dapat dikatakan bahwa motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri atau dengan kata lain motivasi instrinsik tudak memerlukan rangsangan dari luar tetapi berasal dari diri siswa.  Motivasi intrinsik ini sangat mutlak dimiliki oleh setiap pelajar karena hal ini sangat berperan besar untuk menentukan keberhasilan dalam belajar.
Dapat dijelaskan bahwa siswa yang memiliki motivasi intrinsik akan memiliki tujuan orang yang terdidik, berpengetahuan, dan ahli dalam bidang studi tertentu. Satu-satunya jalan untuk menuju ke tujuan yang ingin dicapai ialah belajar, tanpa belajar tidak mungkin mendapat pengetahuan, tidak mungkin menjadi ahli. Dan perlu ditegaskan, bukan berarti bahwa motivasi ekstrinsik tidak baik dan tidak penting.  Dalam kegiatan belajar mengajar tetap penting, sebab kemungkinan besar keadaan siswa berubah-ubah, dan juga mungkin komponen-komponen lain dalam proses belajar mengajar ada yang kurang menarik bagi siswa, sehingga diperlukan motivasi ekstrinsik.
Siswa yang termotivasi secara instrinsik dapat terlihat dari kegiatannya yang tekun dalam mengerjakan tugas-tugas belajar karena bituh dan ingin mencapai tujuan belajar yang sebenarnya. Dengan kata lain, motivasi instrinsik dilihat dari segi tujuan kegiatan yang dilakukan adalah ingin mencapai tujuan yang terkandung di dalam perbuatan itu sendiri. Siswa yang memiliki motivasi instrinsik menunjukkan keterlibatan dan aktivitas yang tinggi dalam belajar. Motivasi dalam diri merupakan keinginan dasar yang mendorong individu mencapai berbagai pemenuhan segala kebutuhan diri sendiri. Untuk memenuhi kebutuhan dasar siswa, guru memanfaatkan dorongan keingintahuan siswa yang bersifat alamiah dengan jalan menyajikan materi yang cocok dan bermakna bagi siswa. Menurut Usman  motivasi instrinsik timbul sebagai akibat dari dalam diri individu sendiri tanpa ada paksaan dorongan dari orang lain tetapi atas kemauan sendiri.
Pada dasarnya siswa belajar didorong oleh keinginan sendiri maka siswa secara mandiri dapat menentukan tujuan yang dapat dicapainya dan aktivitas-aktivitasnya yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan belajar. seseorang mempunyai motivasi instrinsik karena didorong rasa ingin tahu, mencapai tujuan menambah pengetahuan. Dengan kata lain, motivasi instrinsik bersumber pada kebutuhan yang berisikan keharusan untuk menjadi orang yang terdidik dan berpengetahuan. Motivasi instrinsik muncul dari kesadaran diri sendiri, bukan karena ingin mendapat pujian atau ganjaran.

Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ekstrinsik adalah kebalikan dari motivasi instrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah motif- motif yang aktif dan berfungsi karenaadanya perangsang dari luar, yaitu suatu aktivitas belajar dimulai danditeruskan, berdasarkan kebutuhan dan dorongan yang tidak secaramutlak berkaitan dengan aktifitas belajar sendiri. Misalnya, siswa rajinbelajar untuk memperoleh hadiah yang dijanjikan kepadanya, atau anaktekun belajar untuk menghindari hukuman yang diancamkan kepadanya Motivasi belajar dikatakan ekstrinsik bila anak didikmenempatkan tujuan belajarnya di luar faktor- faktor situasi belajar (resides in some factors outside the learning situation). Anak didikbelajar karena hendak mencapai tujuan yang terletak di luar hal yangdipelajarinya.
Motivasi ekstrinsik bukan berarti motivasi yang tidak diperlukandan tidak baik dalam pendidikan. Motivasi ekstrinsik diperlukan agaranak didik termotivasi untukbelajar. Guru yang berhasil mengajara dalah guru yang pandai membangkitkan minat anak didik dalam belajar, dengan memanfaatkan motivasi ekstrinsik dalam berbagai bentuknya. Motivasi ekstrinsik sering digunakan karena bahan pelajaran kurang menarik perhatian anak didik atau karena sikap tertentu pada guru atau orang tua. Yang tergolong bentuk motivasi belajar ekstrinsik antara lain: belajar demi memenuhi kewajiban, belajar demi menghindari hukuman yang diancamkan, belajar demi memperoleh hadiah material yang dijanjikan, belajar demi meningkatkan gengsi social, belajar demi memperoleh pujian dari orang lain, misalnya guru danorang tua, belajar demi tuntutan jabatan yang ingin dipegang atau demi memenuhi  persyaratan kenaikan jenjang.

Metode Penelitian
Metode penelitian adalah cara untuk mencapai tujuan dalam suatu penelitian. Dalam setiap penelitian dikenal sejumlah metode, yakni: Penelitian survei, ex post facto, eksperimen, naturalistik, policy research, action research, evaluasi, dan sejarah.[30]  Mengacu pada sejumlah metode penelitian tersebut, maka dalam penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian survei, yaitu penelitian yang digunakan pada populasi skala besar maupun kecil, tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, pengaruh dan hubungan-hubungan antar variabel.[31]
Adapun tujuan survei menurut Sasmoko adalah untuk mengumpulkan informasi tentang variabel dan bukan informasi tentang individu.[32] Dengan kegunaan adalah bukan saja untuk melukiskan kondisi yang ada, melainkan juga membandingkan kondisi-kondisi tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya atau untuk menilai keefektifan program. Survei juga dapat digunakan untuk menyelidiki hubungan atau untuk menguji hipotesis.[33]
Dalam penelitian survei ini, pengambilan sampel dari suatu populasi menggunakan kuesioner sebagai alat untuk mengumpulkan data.[34] Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya.[35] Jadi instrumen untuk pengumpulan data dari penelitian survei ini menggunakan kuesioner atau angket. Selanjutnya peneliti juga menggunakan metode penelitian kepustakaan (library research) dan metode deskriptif. Metode penelitian kepustakaan artinya mengadakan penelitian terhadap literatur yang ada dengan menganalisis masalah secara teratur.[36] Sedangkan metode deskriptif adalah menggambarkan secara sistematis masalah yang diselidiki dan menganalisis fenomena yang terjadi sesuai dengan masalah yang diteliti.[37] Menurut S. Nasution penelitian deskriptif adalah mengadakan deskripsi untuk memberi gambaran yang jelas tentang situasi-situasi sosial, kebanyakan penelitian sosial bersifat deskriptif.[38]
Jadi penelitian dengan metode deskriptif adalah membuat gambaran secara sistematis dan akurat mengenai fakta serta hubungan antara fenomena yang diselidiki melalui studi kepustakaan dan pengumpulan data langsung dari objek penelitian yaitu siswa-siswi di SMK PSKD III Pluit Jakarta Utara melalui kuesioner atau angket. Selain itu untuk lebih mematangkan data dari hasil kepustakaan dan penelitian di SMK PSKD III Pluit Jakarta Utara, juga dilakukan konsultasi intensif dengan dosen pembimbing.
Adapun data yang dikumpulkan melalui kuesioner dalam penelitian ini meliputi dua variabel yaitu variabel bebas (independent/predictor variable) dan variabel terikat (dependent/criteria variable). Variabel bebasnya adalah Pengaruh Bimbingan Orang Tua siswa SMK PSKD III Pluit Jakarta Utara (X1),  Pengaruh Lingkungan Sekolah (X2), Sedangkan variabel terikatnya adalah Motivasi Belajar Siswa di SMK PSKD III Pluit Jakarta Utara (Y).  Dalam hal ini penelitian bertujuan  untuk menguji hipotesis yang menyatakan  pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.





Hasil Penelitian
a.    Uji Hipotesis 1 : Pengaruh Bimbingan Orang Tua (X1) terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y)
Besarnya koefisien korelasi (ry1) antara variabel Bimbingan Orang Tua (X1) terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y) sebesar 0,394 dengan memiliki hubungan positif. Besarnya koefisien determinasi varians sebesar 0,147 (lampiran 20) yang berarti bahwa variabel Bimbingan Orang Tua   (X1) memberikan kontribusi terhadap Motivasi Belajar Siswa  (Y) sebesar 14,7 %. Berdasarkan pengujian signifikansi dengan uji t diperoleh koefisien sebesar 4,268 dengan P- value sebesar 0,000 (Lampiran 20) yang berarti signifikan pada taraf signifikansi a < 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Bimbingan Orang Tua (X1) terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y). Untuk dapat memprediksi besarnya kontribusi variabel Bimbingan Orang Tua (X1) terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y) diperoleh persamaan regresi Y= 45,119 + 0,321X1  dengan koefisien F hitung sebesar 18,218 dan P-value sebesar 0,000 (lampiran 20). Hasil ini menunjukkan bahwa persamaan model regresi tersebut signifikan atau berarti sehingga dapat digunakan untuk prediksi. Persamaan regresi Y= 45,119 + 0,321X1  memiliki makna bahwa apabila variabel Bimbingan Orang Tua (X1) meningkat satu unit maka rata-rata skor Motivasi Belajar Siswa (Y) akan meningkat sebesar 0,321 pada konstanta 45,119.

b.    Uji Hipotesa 2: Pengaruh Lingkungan Sekolah (X2) terhadap terbentuknya Variabel Motivasi Belajar Siswa  (Y)
Besarnya koefisien korelasi (ry2) antara Variabel Lingkungan Sekolah (X2) terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y) sebesar 0,666 dengan memiliki hubungan positif. Besarnya koefisien determinasi varians sebesar 0,438 (lampiran 21) yang berarti bahwa variabel Motivasi Orang Tua (X2) memberikan kontribusi terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y) sebesar 43,8%. Berdasarkan pengujian signifikansi dengan uji t diperoleh koefisien sebesar 8,892 dengan P- value sebesar 0,000 (Lampiran 21) yang berarti sangat signifikan pada taraf signifikansi a < 0,05 %. Jadi disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara variabel Lingkungan Sekolah (X2) terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y). Untuk dapat memprediksi besarnya kontribusi Variabel Lingkungan Sekolah (X2) terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y) diperoleh persamaan regresi Y= 39,130+0,413 X2  dengan koefisien F hitung sebesar 79,061 dan P-value sebesar 0,000 (Lampiran 21). Hasil ini menunjukkan bahwa persamaan regresi tersebut signifikan atau sangat berarti sehingga dapat digunakan untuk prediksi. Persamaan regresi Y=39,130+0,413X2  memiliki makna bahwa apabila variabel Lingkungan Sekolah (X2) meningkat satu unit maka rata-rata skor Motivasi Belajar Siswa (Y) akan meningkat sebesar 0,413 pada konstanta 39,130.


c.    Uji Hipotesa 3: Pengaruh Bimbingan Orang Tua (X1) dan Motivasi Orang Tua (X2) Secara Simultan terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y)
Besarnya koefisien korelasi (ryx1,x2) antara Bimbingan Orang Tua   (X1) dan Lingkungan Sekolah (X2) secara simultan terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y) sebesar 0,667 dengan memiliki hubungan positif. Besarnya koefisien determinasi varians sebesar 0,434 yang berarti pengaruh Bimbingan Orang Tua (X1) dan Motivasi Orang Tua (X2) secara simultan terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y) sebesar 43,4 % (lampiran 22). Berdasarkan pengujian signifikansi dengan uji t diperoleh koefisien P- value < 0,05 yang berarti sangat signifikan pada a < 0,05. Jadi disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Bimbingan Orang Tua (X1) dan Motivasi Orang Tua (X2) secara simultan terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y). Untuk dapat memprediksi besarnya kontribusi Bimbingan Orang Tua (X1) dan Lingkungan Sekolah (X2) terhadap Motivasi Belajar Siswa (Y) diperoleh persamaan regresi Y=36,659+0,029X1+0,401X2  dengan koefisien F hitung sebesar 39,268 dan P-value sebesar 0,000 (Lampiran 22). Hasil ini menunjukkan bahwa persamaan regresi tersebut signifikan atau berarti sehingga dapat digunakan untuk prediksi. Persamaan regresi Y=36,659+0,029X1+0,401X2  memiliki makna bahwa apabila Bimbingan Orang Tua (X1) meningkat satu unit maka rata-rata skor Motivasi Belajar Siswa (Y) akan meningkat sebesar 0,029; apabila Lingkungan Sekolah (X2) meningkat satu unit maka rata-rata skor Motivasi Belajar Siswa (Y) akan meningkat sebesar 0,401 pada konstanta 36,659.
Selanjutnya dalam uji partial, peneliti menemukan keberadaan variabel Lingkungan Sekolah merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Sebab dalam pengujian partial, bilamana faktor variabel Lingkungan Sekolah dikontrol atau tidak disertakan secara bersama-sama dengan Bimbingan Orang tua, maka hubungan antara Bimbingan Orang Tua dan Motivasi Belajar Siswa Tidak Signifikan (lampiran 21). Sebaliknya meskipun Bimbingan Orang Tua dikontrol, hubungan antara Lingkungan Sekolah dan Motivasi Belajar Siswa tetap menunjukkan hasil signifikan.
Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa: (1) Variabel bimbingan orang tua  mempunyai nilai t hitung sebesar 4,268 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05. Jadi hipotesis penelitian dapat dibuktikan secara signifikan, yaitu bimbingan orang tua  berpengaruh positif signifikan terhadap motivasi  belajar siswa sebesar 14,7%. (2) Variabel lingkungan sekolah mempunyai nilai t hitung sebesar 8,892 dengan nilai probabilitas sebesar 0,000 < 0,05. Jadi hipotesis penelitian dapat dibuktikan secara signifikan, yaitulingkungan sekolah berpengaruh positif signifikan terhadap motivasi belajar siswa sebesar 43,8%. (3) Dari hasil uji regresi linier berganda diperoleh nilai F hitung sebesar 39,268 dengan probabilitas sebesar 0,000 < 0,05 maka hipotesis ketiga dalam penelitian ini diterima. Diterimanya hipotesis ketiga ini mengandung pengertian bahwa terdapat pengaruh positif signifikan antara Bimbingan orang  tua dan lingkungan sekolah belajar secara bersama-sama terhadap motivasi belajar siswa.


Kesimpulan
Dari hasil analisis dan evaluasi berdasarkan pengolahan data menggunakan Statistic Program Social Science (SPSS), maka kesimpulan dari penelitian ini antara lain:
Hipotesa 1
Berdasarkan hipotesa yang diajukan, yaitu patut diduga terdapat pengaruh secara signifikan antara Bimbingan Orang Tua terhadap Motivasi Belajar Siswa dapat diterima atau terbukti di lapangan.
Hipotesa 2
Berdasarkan hipotesa yang diajukan, yaitu patut diduga terdapat pengaruh secara signifikan antara Lingkungan Sekolah terhadap Motivasi Belajar Siswa dapat diterima atau terbukti di lapangan.
Hipotesa 3
Berdasarkan hipotesa yang diajukan, yaitu patut diduga terdapat pengaruh secara signifikan antara Bimbingan Orang Tua dan Lingkungan Sekolah Secara Simultan terhadap Motivasi Belajar Siswa  dapat diterima atau terbukti di lapangan.

Saran
Berdasarkan pembahasan dan kesimpulan dari hasil penelitian tersebut diatas menunjukkan bahwa pengaruh bimbingan orang tua dan lingkungan sekolah secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap motivasi belajar siswa di SMK PSKD III Pluit. Oleh karena itu ada beberapa yang peneliti sarankan dalam rangka peningkatan motivasi belajar siswa yaitu:

Bagi Orang tua
Sebagai guru yang pertama hendaklah jeli dan peka terhadap setiap perkembangan, persolan dan kesulitan yang dihadapi oleh siswa dan harus diatasi melalui bimbingan dan arahan yang tepat.

Bagi Sekolah
Sekolah merupakan tempat di mana berlangsungnya proses belajar mengajar. Oleh karena itu sekolah harus memperhatikan lingkungan sekolah dengan baik, sarana dan prasarana yang memadai yang dapat menunjang proses belajar dengan optimal serta memberikan hadiah bagi siswa yang beprestasi dan hendaknya sekolah memberikan sanksi kepada siswa yang sering melanggar peraturan yang ada di sekolah, sehingga siswa dapat termotivasi dalam belajar.

Bagi siswa
Bagi siswa disarankan dapat meningkatkan motivasi belajar dengan mengikuti dan memperhatikan bimbingan orang tua untuk dapat mencapai hasil belajar yang optimal.


















DAFTAR PUSTAKA

Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia Edisi Studi, Jakarta LAI, 2010.
A, Hellen. Bimbingan dan Konselin (Jakarta: Ciputat Perss, 2002).
Ahmadi, Abu & Uhbiyati, Nur.  Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003).
A.M, Sadirman. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006).
Asep Jihad, Suyanto. Menjadi Guru Profesional; Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru  di Era Global  (Jakarta: Erlangga, 2013).
Bilo, Dyulius Thomas. Bahan Ajar Pengajaran Tuhan Yesus Guru Agung ( Jakarta: STT SETIA).
Daliyono. Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005).
Danarjati, Dwi Prasetia. Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013).
Djumhur dan Surya, Moh. Bimbingan Dan penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV Ilmu).
Drost, J.I.G.M. Perilaku Anak Usia Dini,Kasus Dan Pemecahannya (Yogyakarta: Kanisius, 2003).
Fred B. Dan Lee, Howard B. Foundation of Behavioral Research (Forth Worth: Harcout Collage Publisher, 2000).
GP, Harianto. Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab dan Dunia Pendidikan Masa Kini (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2012).
Habsari, Sri. Bimbingan & konseling SMA Kelas  XII (Jakarta: PT Grasindo, 2005).
Hakim, Thursan. Belajar Secara Efektif (Jakarta: Niaga Swadaya).
Iska, Zikri Neni. Bimbingan dan Konseling Pengantar Pengembangan Diri dan Pemecahan Masalah Peserta Didik/Klien (Jakarta: Kizi Brother’s, 2008).
Nazir, Moh. Metodologi Penelitian (Jakarta: Gramedia, 1998).
Nasution, S. Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 1987).
Purwanto, M. Ngalim. Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2004).
Prayitno dan Amti, Erman. Dasar-dasar dan Bimbingan Konseling (Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1999).
Sukardi, Dewa Ketut. Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah (Jakarta; Rineka Cipta,  2000).
Purwanto, Ngalim. Administrasi dan supervise Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2009).
Raflis Kosasi, Soetjipto. Profesi  Keguruan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007).
Soekanto, Soerjono. Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja, dan Anak-Anak (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009).
Sunaryo. Psikologi Untuk Keperawatan (Jakarta: EGC, 2004).
Soeherman, Bonnei & Sugianto, Untung. Motivasi Tiga Belas (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010).
Sugiyono. Statistika Untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 1999).
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofia. Metode Penelitian Survai (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1989).
Sumanto. Metode Penelitian (Yogyakarta: Andi, 1990).
Uno, Hamzah B. Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008).



KONTRIBUTOR JURNAL
VOICE OF THE COVENANT
Vol. 1. No. 1, Oktober 2017

Tonni Jr. Hutabarat, M.Pd.K, adalah Ketua Program Studi PAK (Pendidikan Agama Kristen) di STT Covenant Indonesia. Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Kristen dari STT IKAT, Jakarta pada tahun 2008. Gelar M. Pd.K diperoleh dari STT SETIA pada tahun 2015. Suami dari Asrina Gulo, S.Pd.K dan Ibu dari MJ.  Saat ini berdomisili di Dadap, Tangerang bersama keluarga. 







[1]Harianto GP, Pendidikan Agama Kristen dalam Alkitab dan Dunia Pendidikan Masa Kini (Yogyakarta: Yayasan Andi, 2012), 1
[2]M.Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan (Bandung: Remaja Rosda Karya,2004),102
[3]Hellen. A, Bimbingan dan Konselin (Jakarta: Ciputat Perss,2002), 13
[4]Soetjipto,Raflis Kosasi, Profesi  Keguruan (Jakarta: PT Rineka Cipta,2007), 62
[5] Prayitno dan Erman Amti, Dasar-dasar dan Bimbingan Konseling ( Jakarta: PT.Rineka Cipta, 1999), 62
[6] Zikri Neni Iska, Bimbingan dan Konseling Pengantar Pengembangan Diri dan Pemecahan Masalah Peserta Didik/Klien (Jakarta: Kizi Brother’s, 2008), 3
[7] Djumhur dan Moh. Surya, Bimbingan Dan penyuluhan di Sekolah, (Bandung: CV Ilmu), 25.
[8]Hellen, Opcit, 9.
[9]Dewa Ketut Sukardi, Pengantar Pelaksanaan Program Bimbingan dan Konseling di Sekolah  (Jakarta; Rineka Cipta,  2000),  20
[10]J.I.G.M. Drost, S.J. dkk. Perilaku Anak Usia Dini,Kasus Dan Pemecahannya (Yogyakarta: Kanisius, 2003), 63
[11] Dyulius Thomas Bilo, Bahan Ajar Pengajaran Tuhan Yesus Guru Agung ( Jakarta: STT SETIA), 4.
[12] Daliyono,Psikologi Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2005). 133
[13] Dwi Prasetia Danarjati,dkk, Pengantar Psikologi Umum (Yogyakarta: Graha Ilmu,2013).73
[14] Ngalim Purwanto, Administrasi dan supervise Pendidikan (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,2009).197
[15]Soerjono Soekanto, Sosiologi Keluarga Tentang Ikhwal Keluarga, Remaja, dan Anak-Anak (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2009). 25
[16] Abu Ahmadi & Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003),  65
[17] Dwi Prasetia Danarjati, Loc. Cit
[18] Sadirman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar,(Jakarta:Raja Grafindo Persada,2006),73.
[19] Alisuf Sabri, Pengantar Psikologi Umum dan Perkembangan ,128.
[20] Thursan Hakim, Belajar Secara Efektif (Jakarta: Niaga Swadaya), 26.
[21]  Sunaryo, Psikologi Untuk Keperawatan (Jakarta: EGC,2004),7
[22] Suyanto,Asep Jihad, Menjadi Guru Profesional; Strategi Meningkatkan Kualifikasi dan Kualitas Guru  di Era Global  (Jakarta: Erlangga ,2013),60
[23] Hamzah B.Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya (Jakarta: PT Bumi Aksara,2008),22
[24]  Ibid, 23.
[25]  Sadirman ,75.
[26]  Ibid, 23
[27]  Ibid, 89
[28] Bonnei Soeherman & Untung Sugianto , Motivasi Tiga Belas (Jakarta: PT Elex Media Komputindo,2010), 28
[29] Sri Habsari, Bimbingan & konseling SMA Kelas  XII (Jakarta: PT Grasindo, 2005), 74
[30]Sugiyono, Statistika Untuk Penelitian (Bandung: Alfabeta, 1999), 7.
[31]Fred B. Dan Howard B. Lee, Foundation of Behavioral Research (Forth Worth: Harcout Collage Publisher, 2000), 599.
[32]Sasmoko, 147.
[33]Ibid., 152.
[34]Masri Singarimbun dan Sofia Effendi, Metode Penelitian Survai (Jakarta: Pustaka LP3ES, 1989), 3.
[35]Sasmoko, 80.
[36]Sumanto, Metode Penelitian (Yogyakarta: Andi, 1990), 6.
[37]Moh. Nazir, Metodologi Penelitian (Jakarta: Gramedia, 1998), 111-112.
[38]S. Nasution, Metode Research (Jakarta: Bumi Aksara, 1987), 41.

Komentar

  1. 1xbet casino free spins bonuses
    If you 남원 출장샵 are new to 1xbet you should know that casino free 김포 출장샵 spins bonuses 1xbet korean offer a lot of rewards. 화성 출장마사지 They are 대전광역 출장안마 a nice welcome bonus given that players are given a chance to

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

STUDI ALKITABIAH MENGENAI KESUPRANATURALAN YESUS KRISTUS BERDASARKAN MATIUS 1:18-25

PERAN KOMPETENSI GURU PAK DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA/I DI SD KWITANG 2 PSKD JAKARTA PUSAT

LATAR BELAKANG STT HAGIASMOS MISSION JAKARTA