PENGARUH MODEL PAKEM TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA PAK DI SD KWITANG 2 PSKD JAKARTA PUSAT
SISWA PAK DI SD KWITANG 2 PSKD
JAKARTA PUSAT
Jessica Laura Sidabutar, M.Pd.
ABSTRAK
Artikel
ini ingin mengkaji tentang pengaruh model PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan) terhadap minat belajar siswa pada pelajaran
pendidikan agama Kristen. Metode penelitian yang dilakukan bersifat kuantitatif.
Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode penelitian
kuantitatif. Pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui
perhitungan ilmiah berasal dari sampel. Peneliti mendapatkan data dari
siswa-siswi SD 2 PSKD Jakarta Pusat melalui kuisioner atau angket menggunakan
sistem SPSS Versi 2.0. Penelitian ini bertujuan untuk menngukur seberapa besar
pengaruh model PAKEM bagi minat belajar siswa. Hasil belajar yang baik tentu
merupakan bagian dari suatu upaya yang terstruktur harus dilakukan baik oleh
guru dan siswa. Hasil belajar yang baik tidak muncul begitu saja. Berdasarkan
hasil penelitian yang penulis lakukan maka penulis menemukan ada pengaruh yang
signifikan model PAKEM dan minat belajar terhadap hasil belajar PAK siswa di SD
2 PSKD Kwitang Jakarta Pusat tahun ajaran 2017/2018.
Setelah
melakukan penelitian sesuai dengan metodologi yang baku, maka didapat hasil
perhitungan korelasi antara kedua variabel adalah sebesar 0.284 dan masuk pada
kategori positif. Berdasarkan uji regresi didapat hasil regresi antara kedua
variabel sebesar 0,490 atau 49% yang berarti bahwa model PAKEM memberi
kontribusi sebesar 49% terhadap peningkatan hasil belajar PAK.
Dengan
demikian penerapan model PAKEM dapat menumbuhkan minat belajar siswa dalam
pelajaran pendidikan agama Kristen, namun demikian hal tersebut tidak bisa
dijadikan satu-satunya acuan karena masih ada faktor-faktor lain yang
mempengaruhi minat belajar siswa.
Kata-kata Kunci: Model PAKEM, Guru PAK, Minat
Belajar.
PENDAHULUAN
Pendidikan
bertujuan agar siswa mengalami perubahan sebagai hasil dari belajar. Perubahan
yang dimaksud ialah menuju kepada perubahan yang positif. Perubahan tersebut
menyangkut hal kognitif, afektif, dan psikomotorik, dimana nara didik akan
mengalami pembaruan. Pembaruan tersebut tentunya akan menjadikan nara didik
mengalami kehidupan yang lebih baik. Dan tujuan dari pendidikan tersebut dapat
terwujud apabila memenuhi faktor-faktor yang sesuai dengan standar yang telah
ditetapkan, saling terkait, dan saling mendukung satu dengan lainnya. Dalam hal
ini, Dahar berpendapat bahwa siswa kurang bermutu atau memenuhi tujuan yang
diharapkan dikarenakan metode mengajar yang kurang tepat.[1]
Dari sekian
banyak model pembelajaran yang ada dalam dunia pendidikan, maka model PAKEM
merupakan salah satu model yang sangat baik. Rusman menjelaskan bahwa PAKEM
merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. PAKEM merupakan sebuah pendekatan yang
memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan
keterampilan, sikap dan pemahamannya dengan penekanan belajar sambil bekerja.
Sementara, guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar, termasuk
pemanfaatan lingkungan supaya pembelajara lebih menarik, menyenangkan dan
efektif.
Belajar
memang merupakan suatu proses aktif dari sipembelajar dalam membangun
pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru
tentang pengetahuan. Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan
kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut
bertentangan dengan hakikat belajar.[2]
Peran
aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif,
yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan
sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu
curah perhatiannya tinggi. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses
pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai
siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki
sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif
dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya
seperti bermain biasa.
Dalam model
PAKEM, siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan
kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. Guru
menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk
menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran
menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Guru menerapkan cara mengajar yang
lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. Guru juga
mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah,
untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan
lingkungan sekolahnya.[3]
PAKEM
merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan
berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan
menyenangkan.
Pembelajaran
merupakan implementasi kurikulum di sekolah dari kurikulum yang sudah dirancang
dan menuntut aktivitas dan kreativitas guru dan siswa sesuai dengan rencana
yang telah diprogramkan secara efektif dan menyenangkan. Ini sesuai dengan yang
Pembaruan dalam pendidikan harus dimulai dari bagaimana anak belajar dan
bagaimana guru mengajar bukan dari ketentuan-ketentuan hasil. Guru harus dapat
mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika siswa belum dapat
membentuk kompetensi dasar dan standar kompetensi berdasarkan interaksi yang
terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan
suasana pembelajaran partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan
supaya kompetensi dasar dan standar kompetensi yang telah dirancang dapat
tercapai.
Guru harus
menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks. Artinya, pembelajaran
tersebut harus menunjukkan kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam suatu
lingkungan pendidikan dan gurupun harus mengerti bahwa siswa-siswa pada umumnya
memiliki taraf perkembangan yang berbeda-beda. Cara memahami materi yang
diajarkan berbeda-beda, ada yang bisa menguasai materi lebih cepat dengan
keterampilan psikomotorik (kinestetik), ada yang menguasai materi lebih cepat
dengan mendengar (auditif), dan ada juga yang menguasai materi lebih cepat dengan melihta atau membaca (visual).
Untuk itu,
guru harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai jenis-jenis belajar
(multimetode dan multimedia) dan suasana belajar yang kondusif, baik eksternal
maupun internal. Dalam model PAKEM ini, guru dituntut untuk dapat melakukan
kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui partisipatif, aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat
menciptakan membuat karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan
usahanya sendiri, bukan dari gurunya.
BAHASAN
Kajian Teori
Model PAKEM
Departemen
Pendidikan Nasional dalam Program Manajemen Berbasis Sekolah menyebutkan bahwa
PAKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan
Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus
menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Peran aktif dari siswa sangat penting
dalam rangka membentuk generasi yang kreatif, sedangkan kreatif dimaksudkan
agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi beragam
tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang
dapat memusatkan perhatiannya secara penuh saat belajar sehingga curah waktu
perhatiannya tinggi.[4]
Rusman
menjelaskan bahwa PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam
bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Ia membagi model-model pembelajaran menjadi:
model pembelajaran kontekstual, koperatif, berbasis masalah, tematik, berbasis
komputer, PAKEM, berbais Web, pembelajaran mandiri. Sedangkan menurut Nur
Hamiyah dan Moh. Jauhar, “ada beberapa model pembelajaran, yakni ceramah,
diskusi, demonstrasi, studi kasus, bermain peran (role play) dan lain sebagainya.” PAKEM adalah singkatan dari
pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. PAKEM
merupakan sebuah pendekatan yang memungkinkan peserta didik mengerjakan
kegiatan beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap dan pemahamannya
dengan penekanan belajar sambil bekerja. Sementara, guru menggunakan berbagai
sumber dan alat bantu belajar, termasuk pemanfaatan lingkungan supaya
pembelajara lebih menarik, menyenangkan dan efektif.
Menurut KBBI
aktif adalah giat
(bekerja, berusaha, dinamis atau bertenaga (sebagai lawan statis atau lembam).[5] Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran,
guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya,
mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses
aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya. Bukan proses pasif
yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. jika pembelajaran
tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka
pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari
siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi kreatif yang mampu
menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif adalah memiliki daya cipta; memiliki
kemampuan untuk menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta: pekerjaan
yang kreatif menghendaki kecerdasan dan imajinasi.[6] Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan
kegiatan belajar yang beragam, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan
siswa. Sedangkan efektif adalah ada
efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); serta dapat membawa hasil; berhasil
guna (tentang usaha, tindakan).[7] Efektif berarti proses pembelajaran tersebut bermakna
bagi siswa. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses
pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai
siswa. Setelah proses pembelajaran berlangsung. Sebab, belajar memiliki
sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif
dan menyenangkan, tetapi tidak efektif, maka pembelajarn tersebut tidak ubahnya
seperti bermain saja. Dan menyenangkan
artinya menjadikan
senang; membuat bersuka hati, membangkitkan rasa senang hati; memuaskan;
menarik (hati), merasa senang (puas dan sebagainya) akan; menyukai. Kata menyenangkan berasal dari kata senang yang
artinya puas dan lega,
betah, berbahagia (tidak ada sesuatu yang menyusahkan, tidak kurang suatu apa
dalam hidupnya), suka; gembira, mudah; serba mudah; praktis, gembira dalam
hati. [8]
Menurut
Sentot Kusairi, PAKEM adalah singkatan dari pembelajaran Aktif, Kreatif,
Efektif dan Meyenangkan. Atau bisa dikatakan sebuah metode pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, yang hal tersebut ditujukan sebagai
alternatif serta solusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah
khususnya di sekolah dasar.[9]
Menurut Sentot,
masalah trend dan berbagai isu tentang pembelajaran PAKEM di kembangkan atas
dasar tuntutan karena perubahan pradikma pembelajaran yaitu: peralihan
pendidikan dari bentuk formal (teori latihan) kerevintion, proses (activitees),
penerapan dan pemecahan masalah nyata, perubahan dari pradikma dari guru
mengajar ke siswa belajar, peralihan dari belajar perorangan ke belajar bersama
(konvertiv learning), peralihan dasar positivik (behavioristik) ke
konstruktivistik atau dari subjek centred ke clearer centred
(terbentuk/konstruksinya pengetahuan) suatu teori baru yang menyatakan bahwa
pengetahuan terbentuk di dalam pikiran sendiri berdasarkan pada pengetahuan
yang di punyainya, peralihan dari teori pemindahan pengatahuan (knowledge
transmited) ke bentuk intraktif, investigasi eksploratif, kegiatan-kegiatan
terbuka, keterampilan proses dan pemecahan masalah, peralihan dari belajar
menghafal (rote learning) ke belajar pemahaman (learning of understanding),
penyempurnaan evaluasi dengan authentic assessment seperti misalnya poftofolio,
jurnal, proyek, laporan siswa, untuk kinerja atau yang lain.[10]
Dari kedua
pendapat di atas pembelajaran yang aktif, kretif, efektif dan menyenangkan
(PAKEM) pada hakikatnya adalah suatu strategi pembelajaran terpadu yang
menggunakan strategi, metode, pendekatan dan teknik pengajaran terpadu
sedemikian rupa baik prosedur maupun tujuan pembelajaran dapat terlaksana dan
tercapai dengan baik.
Menurut
Akhmad Sudrajat, PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif,
Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan
suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan
mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si
pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya
menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. Sehingga, jika
pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif,
maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.[11]
Peran
aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif,
yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain.
Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam
sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan
sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu
curah perhatiannya tinggi.
Masih menurut
Akhmad Sudrajat, menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti
meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika
proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus
dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran
memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran
hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut
tak ubahnya seperti bermain biasa. Secara garis besar gambaran PAKEM adalah siswa
terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan
mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat, guru menggunakan berbagai
alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan
sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan
cocok bagi siswa, guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan
belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’ Guru menerapkan cara
mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok.
Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu
masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan
lingkungan sekolahnya.[12]
PAKEM
merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan
berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Guru harus
menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks. Artinya,
pembelajaran tersebut harus menunjukkan kenyataan bahwa pembelajaran
berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan dan gurupun harus mengerti bahwa
siswa-siswa pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda-beda. Cara
memahami materi yang diajarkan berbeda-beda, ada yang bisa menguasai materi
lebih cepat dengan keterampilan psikomotorik (kinestetik), ada yang menguasai
materi lebih cepat dengan mendengar (auditif), dan ada juga yang menguasai
materi lebih cepat dengan melihta atau
membaca (visual).
Untuk itu,
guru harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai jenis-jenis belajar
(multimetode dan multimedia) dan suasana belajar yang kondusif, baik eksternal
maupun internal. Dalam model PAKEM ini, guru dituntut untuk dapat melakukan
kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui partisipatif, aktif,
kreatif, efektif dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat
menciptakan membuat karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan
usahanya sendiri, bukan dari gurunya.
Minat Belajar
Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk
memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan. Seseorang yang
berminat terhadap suatu aktivitas dan memperhatikan itu secara konsisten dengan
rasa senang. Minat merupakan moment-moment dari kecenderungan
jiwa yang terarah secara intensif kepada suatu obyek yang dianggap paling
efektif (perasaan, emosional) yang didalamnya terdapat elemen-elemen efektif
(emosi) yang kuat. Minat juga berkaitan dengan kepribadian. Jadi pada minat
terdapat unsur-unsur pengenalan (kognitif), emosi (afektif), dan kemampuan
(konatif) untuk mencapai suatu objek, seseorang suatu soal atau suatu situasi
yang bersangkutan dengan diri pribadi.
Minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi
terhadap sesuatu yang timbul karena kebutuhan, yang dirasa atau tidak dirasakan
atau keinginan hal tertentu. Minat dapat diartikan kecenderungan untuk dapat
tertarik atau terdorong untuk memperhatikan seseorang sesuatu barang atau
kegiatan dalam bidang-bidang tertentu. Minat dapat menjadi sebab sesuatu
kegiatan dan sebagai hasil dari keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Karena itu
minat belajar adalah kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan
informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman.
Minat berarti sibuk, tertarik, atau terlihat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan
karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Dengan demikian, minat belajar adalah
keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan pikiran secara
penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang
pengetahuan ilmiah yang dituntutnya di sekolah.
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar.
Siswa yang berminat terhadap biologi akan mempelajari biologi dengan
sungguh-sungguh seperti rajin belajar, merasa senang mengikuti penyajian
pelajaran biologi, dan bahkan dapat menemukan kesulitan–kesulitan dalam belajar
menyelesaikan soal-soal latihan dan praktikum karena adanya daya tarik yang
diperoleh dengan mempelajari biologi. Siswa akan mudah menghafal pelajaran yang
menarik minatnya. Minat berhubungan erat dengan motivasi. Motivasi muncul
karena adanya kebutuhan, begitu juga minat, sehingga tepatlah bila minat
merupakan alat motivasi. Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai
minat. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran
yang diberikan mudah siswa mengerti.
Minat belajar adalah salah satu
faktor psikologis yang akan mempengaruhi belajar. Minat yang dapat menunjang
belajar adalah minat kepada bahan atau mata pelajaran dan kepada guru yang
mengajarnya. Apabila siswa tidak berminat kepada bahan atau mata pelajaran juga
kepada gurunya, maka siswa tidak akan mau belajar. Oleh karena itu, guru harus
memberi motivasi agar siswa mau belajar dan memperhatikan pelajaran.
Guru perlu sekali mengenal minat-minat muridnya,
karena ini penting bagi guru untuk memilih bahan pelajaran, merencanakan
pengalaman-pengalaman belajar, menuntun mereka ke arah pengetahuan, dan untuk
mendorong motivasi belajar mereka. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar
terhadap orang lain. Guru yang berminat tinggi dan antusias akan menghasilkan
murid-murid yang juga berminat tinggi dan antusias pula. Demikian murid yang antusias
akan mendorong motivasi murid-murid lainnya.
Minat belajar juga sebagai salah
satu faktor internal mempunyai peranan dalam menunjang prestasi belajar siswa, siswa yang tidak berminat
terhadap bahan pelajaran akan menunjukkan sikap yang kurang simpatik,
malas dan tidak bergairah mengikuti proses belajar mengajar. Untuk merangsang
perhatian siswa setiap guru dituntut harus mampu menciptakan suasana proses
belajar mengajar sedemikian rupa sehingga mampu menarik perhatian siswa
terhadap apa yang diberikan. Suatu keadaan yang menarik perhatian siswa
diharapkan dapat menimbulkan minat dan motivasi belajar siswa.
Minat siswa terhadap pelajaran merupakan kekuatan yang
akan mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat (sikapnya senang)
kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda
dengan siswa yang sikapnya hanya menerima kepada pelajaran. Mereka hanya
tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk bisa terus tekun karena tidak ada
pendorongnya. Minat belajar
merupakan kecenderungan seseorang yang berasal dari luar maupun dalam sanubari
yang mendorongnya untuk merasa tertarik terhadap suatu hal sehingga mengarahkan
perbuatannya kepada suatu hal tersebut dan menimbulkan perasaan senang.
Minat seseorang tidak timbul secara tiba-tiba. Minat
tersebut ada karena pengaruh dari dua faktor, yaitu faktor internal dan
eksternal. Faktor internal adalah sesuatu yang membuat siswa berminat, yang
berasal dari dalam diri sendiri. Faktor internal tersebut antara lain:
pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Perhatian
sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik, dan hal ini akan
berpengaruh pula terhadap minat belajar siswa atau peserta didik. Perhatian
dalam belajar yaitu pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas seseorang
yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek belajar. Siswa yang
aktivitas belajarnya disertai dengan perhatian yang intensif akan lebih sukses
serta prestasinya akan lebih tinggi. Orang menaruh minat pada suatu aktivitas
akan memberikan perhatian yang besar, tidak segan mengorbankan waktu dan tenaga
demi aktivitas tersebut. Keingintahuan
adalah perasaan atau sikap yang kuat untuk mengetahui sesuatu dorongan kuat
untuk mengetahui lebih banyak tentang sesuatu. Suatu perasaan yang muncul dalam
diri seseorang yang mendorong orang tersebut ingin mengetahui sesuatu.
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang
yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan.
Motivasi adalah sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya
suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut
dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian
bertindak atau melakukan sesuatu. Kebutuhan
(motif) yaitu keadaan dalam diri pribadi seorang siswa yang mendorongnya untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Kebutuhan
ini hanya dapat dirasakan sendiri oleh seorang individu. Seseorang tersebut
melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Dalam hal ini
motivasi sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar. Dan
minat merupakan potensi psikologis yang dapat dimanfaatkan untuk menggali
motivasi bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka akan melakukan
aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu.
Faktor eksternal adalah sesuatu yang membuat siswa
berminat yang datangnya dari luar diri, seperti: dorongan dari orang tua,
dorongan dari guru, tersedianya prasarana dan sarana atau fasilitas, dan
keadaan lingkungan. Demikian penjelasan mengenai Minat Belajar dan Faktor
faktor yang mempengaruhi munculnya minta, semoga bermanfaat. Minat melahirkan perhatian spontan yang
memungkinkan terciptanya konsentrasi untuk waktu yang lama dengan demikian,
minat merupakan landasan bagi konsentrasi. Minat bersifat sangat pribadi, orang
lain tidak bisa menumbuhkannya dalam diri siswa, tidak dapat memelihara dan
mengembangkan minat itu, serta tidak mungkin berminat terhadap sesuatu hal
sebagai wakil dari masing-masing siswa.
Minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan
yang erat sekali. Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu,
biasanya cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut. Sebaliknya,
bila seseorang menaruh perhatian secara kontinyu baik secara sadar maupun tidak
pada objek tertentu, biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tersebut.
Kalau seorang siswa mempunyai minat pada pelajaran tertentu dia akan
memperhatikannya. Namun sebaliknya jika siswa tidak berminat, maka perhatian
pada mata pelajaran yang sedang diajarkan biasanya dia malas untuk
mengerjakannya. Demikian juga dengan siswa yang tidak menaruh perhatian yang
pada mata pelajaran yang diajarkan, maka sukarlah diharapkan siswa tersebut
dapat belajar dengan baik. Hal ini tentu mempengaruhi hasil belajarnya.
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu
pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal
lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas.
Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan
perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Minat tidak dibawa sejak
lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari sejak
lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan
mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat baru. Jadi
minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar
selanjutnya walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki
untuk dapat mempelajari hal tersebut.
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya
adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan
untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti
menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu
mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan
kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat
untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting dan bila siswa melihat
bahwa dari hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya,
kemungkinan besar siswa akan berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya.
Dengan demikian perlu adanya usaha-usaha atau
pemikiran yang dapat memberikan solusi terhadap peningkatan minat belajar
siswa, utamanya dengan yang berkaitan dengan bidang studi biologi. Minat
sebagai aspek kewajiban bukan aspek bawaan, melainkan kondisi yang terbentuk
setelah dipengaruhi oleh lingkungan. Karena itu minat sifatnya berubah-ubah dan
sangat tergantung pada individunya.
Minat belajar dapat diingatkan
melalui latihan konsentrasi. Konsentrasi merupakan aktivitas jiwa untuk
memperhatikan suatu objek secara mendalam. Dapat dikatakan bahwa konsentrasi
itu muncul jika seseorang menaruh minat pada suatu objek, demikian pula
sebaliknya merupakan kondisi psikologis yang sangat dibutuhkan dalam proses
belajar mengajar di sekolah. Kondisi tersebut amat penting sehingga konsentrasi
yang baik akan melahirkan sikap pemusatan perhatian yang tinggi terhadap objek
yang sedang dipelajari.
Minat sebagai salah satu aspek psikologis dipengaruhi
oleh beberapa faktor, baik yang sifatnya dari dalam (internal) maupun dari luar
(eksternal). Dilihat dari dalam diri siswa, minat dipengaruhi oleh cita-cita,
kepuasan, kebutuhan, bakat dan kebiasaan. Sedangkan bila dilihat dari faktor
luarnya minat sifatnya tidak menetap melainkan dapat berubah sesuai dengan
kondisi lingkungan. Faktor luar tersebut dapat berupa kelengkapan sarana dan
prasarana, pergaulan dengan orang tua dan persepsi masyarakat terhadap suatu
objek serta latar belakang sosial budaya.
Faktor-faktor yang berpengaruh di atas dapat diatasi oleh
guru di sekolah dengan cara penyajian materi yang dirancang secara sistematis,
lebih praktis dan penyajiannya lebih berserni, memberikan rangsangan kepada
siswa agar menaruh perhatian yang tinggi terhadap bidang studi yang sedang
diajarkan, mengembangkan kebiasaan yang teratur, meningkatkan kondisi fisik
siswa, memepertahankan cita-cita dan aspirasi siswa, serta menyediakan sarana
oenunjang yang memadai.
Minat
belajar membentuk sikap akademik tertentu yang bersifat
sangat pribadi pada setiap siswa. Oleh karena itu, minat belajar harus
ditumbuhkan sendiri oleh masing-masing siswa. Pihak lainnya hanya memperkuat
dan menumbuhkan minat atau untuk memelihara minat yang telah dimiliki
seseorang. Minat berkaitan dengan nilai-nilai tertentu. Oleh karena itu,
merenungkan nilai-nilai dalam aktivitas belajar sangat berguna untuk
membangkitkan minat. Misalnya belajar agar lulus ujian, menjadi juara, ahli
dalam salah satu ilmu, memenuhi rasa ingin tahu mendapatkan gelar atau
memperoleh pekerjaan. Dengan demikian minat belajar tidak perlu berangkat dari
nilai atau motivasi yang muluk-muluk. Bila minat belajar didapatkan pada
gilirannya akan menumbuhkan konsentrasi atau kesungguhan dalam belajar.
Butir motif yang penting yang dapat dijadikan alasan
untuk mendorong tumbuhnya minat belajar dalam diri seorang siswa yiatu: Suatu
hasrat untuk memperoleh nilai-nilai yang lebih baik dalam semua mata pelajaran,
Suatu dorongan batin untuk memuaskan rasa ingin tahu dalam satu atau lain
bidang studi, Hasrat siswa untuk meningkatkan siswa dalam meningkatkan
pertumbuhan dan perkembangan pribadi, Hasrat siswa untuk menerima pujian dari
orang tua, guru atau teman-teman, Gambaran diri dimasa mendatang untuk meraih sukses
dalam suatu bidang khusus tertentu.
Beberapa langkah untuk menimbulkan minat belajar
menurut yaitu: mengarahkan perhatian pada tujuan yang hendak dicapai, mengenai
unsur-unsur permainan dalam aktivitas belajar, merencanakan aktivitas belajar
dan mengikuti rencana itu, pastikan tujuan belajar saat itu misalnya
menyelesaikan PR atau laporan, dapatkan kepuasan setelah menyelesaikan jadwal
belajar, bersikaplah positif di dalam menghadapi kegiatan belajar, dan melatih
kebebasan emosi selama belajar.
Metode Penelitian
Dalam penulisan artikel ini, penulis menggunakan metode
penelitian kuantitatif. Menurut Pranoto, Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis
terhadap bagian-bagian dan fenomena
serta hubungan-hubungannya.
Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori atau hipotesis
yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran
adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini
memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan
ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif. Penelitian kuantitatif
banyak dipergunakan baik dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial,
dari fisika dan
biologi
hingga sosiologi dan
jurnalisme.
Pendekatan ini juga digunakan sebagai cara untuk meneliti berbagai aspek dari pendidikan.
Istilah penelitian kuantitatif sering dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk
membedakannya dengan penelitian
kualitatif.[13]
Penelitian
kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif
melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang
diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan
frekuensi dan persentase tanggapan mereka. Dalam penelitian kuantitatif,
penelitian berangkat dari teori menuju data, dan
berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan.[14]
Oleh
sebab itu, dalam penelitian ini peneliti mendapatkan data dari siswa-siswi SD 2
PSKD Jakarta Pusat melalui kuisioner atau angket. Dimana siswa-siswi SD 2 PSKD
mengisi kuisioner yang telah disediakan oleh penulis. Dan dalam penelitian ini
penulis menggunakan sistem SPSS Versi 2.0. Teknik pengambilan sampel dalam
penelitian ini ialah secara probability
(teori peluang). Probability sampling
adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama bagi
setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik Probability Sampling yang dipilih adalah
Stratified Random Sampling, yaitu
pemilihan atau penentuan sampel secara acak dengan strata yang ada. Dalam
penelitian ini, hipotesa yang diajukan dianalisa dengan menggunakan Pearson Moment Corelation dengan bantuan
perangkat lunak (software) SPSS 22.0 for Windows.
Hasil Penelitian
Berdasarkan
data yang dikumpulkan melalui instrument penelitian untuk variabel penerapan
model PAKEM dengan rentang skor 47 – 84 dan dianalisa menggunakan Analisis
Statistik Deskriptif SPSS 20.0 Frekuensi, maka didapat nilai Mean 68,00; Median 68,00; Modus 68;
Standar Deviasi 8,429 dan Varian 71,053. Nilai Mean (68,00) sama senilai dengan nilai Median (68,00) yang berarti distribusi frekuensi berimbang atau
normal. Dari tabel di atas didapat nilai kurtosis -0,033 dan Std. Error of
Kurtosis 0,618 dengan demikian didapat perbandingan
sebesar 0,585 atau ada di antara -2 dan +2 sehingga berarti nilai variabel
tersebut berdistribusi normal. Dari tabel di atas didapat nilai Skewness -0,417 dan Std. Error of Skewness 0,314 dengan demilian didapat perbandingan sebesar -0,103
atau ada di antara -2 dan 2 sehingga nilai variabel tersebut berdistribusi
normal. Berdasarkan informasi dari
perbandingan kurtosis dan skewness pada tabel di atas maka dapat
disimpulkan bahwa data dari variabel Model PAKEM berdistribusi normal dengan
kecenderungan data mengumpul di sekitar nilai rata-rata.
Data
yang dikumpulkan tentang minat belajar skor antara 69 – 116 dan dianalisa
menggunakan Analisis Statistik Deskriptif Frekuensi, maka didapat nilai Mean 66,29; Median 67,50; Modus 68;
Standar Deviasi 9,165 dan Varian sebesar 84,000.
Berdasarkan
acuan Uji Normalitas yang telah dijelaskan sebelumnya maka didapat perbandingan
kurtosis sebesar 0,431 dan skewness sebesar 0,042 yang berarti data
variabel berdistribusi normal dan memiliki kecenderungan mengumpul di sekitar
nilaia rata-rata.
Dari
tabel distribusi frekuensi dan histogram di atas dapat dijelaskan bahwa
variabel minat belajar siswa dari subyek
penelitian yang berada di atas rata-rata (68) sebanyak sebanyak 30 responden
dari total 60 responden atau 50%
sedangkan subyek penelitian yang berada di bawah rata-rata18 responden dari
total 30 responden atau sebesar 50%. Perbandingan tersebut menunjukan bahwa
frekuensi variabel minat belajar cukup berimbang. Karena variabel tingkat minat
belajar beristribusi normal dan dan memiliki kecenderungan mengumpul di sekitar
nilai rata-rata serta cukup berimbang
maka dapat dikatakan bahwa subyek penelitian memahami dan mengalami
peningkatan minat belajar.
Kesimpulan
Berdasarkan
penelitian, maka penulis menarik suatu kesimpulan bahwa ada pengaruh yang
signifikan model PAKEM, mnat belajar dan hasil belajar PAK siswa di SD 2 PSKD
Kwitang Jakarta Pusat tahun ajaran 2017/2018. Setelah melakukan penelitian
sesuai dengan metodologi yang baku, maka didapat hasil perhitungan korelasi
antara kedua variabel adalah sebesar 0.284 dan masuk pada kategori positif
meski masih rendah. Berdasarkan uji regresi didapat hasil regresi antara kedua
variabel sebesar 0,490 atau 49 % yang berarti bahwa model PAKEM memberi kontribusi
sebesar 49% terhadap peningkatan hasil belajar PAK. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa penerapan model PAKEM dapat menumbuhkan minat belajar siwa
dan dapat diterapkan karena memiliki pengaruh yang baik namun demikian hal
tersebut tidak bisa dijadikan satu-satunya acuan karena masih ada faktor-faktor
lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa.
Saran
Berdasarkan hasil
penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan saran. bagi tempat
penelitian, yaitu bagi SD 2 PSKD Kwitang sebagai lembaga tempat tempat
penelitian, penulis memberikan saran untuk meningkatkan hasil belajar siswa
dalam PAK maka perlu adanya konsistensi dalam hal penerapan model PAKEM dan
memperhatikan keseimbangan antara reinforcement
(penguatan) negatif dan positif. Pihak sekolah menambah fasilitas belajar
terutama media belajar yang lebih modern seperti: audio visual, agar
pembelajaran lebih efektif. Di samping itu, guru harus mengikuti dan memahami
media belajar yang modern (IT). Sekolah
melakukan pelatihan kepada guru-guru agar memahami dan dapat menerapkan model
pembelajaran PAKEM secara efektif. Sekolah melakukan inovasi baru berkaitan
dengan model PAKEM, karena model ini dapat divariasikan sesuai dengan
kreativitas sekolah. Guru harus menyadari bahwa dirinya adalah salah satu dari
sumber belajar, sehingga membawa murid agar kreatif menggunakan berbagai sumber
yang ada baik dari media teknologi dan buku. Bagi siswa penulis memberikan
saran agar siswa mulai dibiasakan dengan model PAKEM agar baik guru dan siwa
dapat bersama-sama menerapkan model tersebut secara tepat sehingga tujuan
pembelajaran tepat sasaran. Siswa harus belajar menggunakan media belajar yang
canggih dan modern (IT). Siswa tidak boleh terpaku pada guru sebagai nara
sumber satu-satunya, melainkan siswa harus aktif menggunakan berbagai sumber
media informasi. Siswa harus dibiasakan untuk aktif belajar, bertanya,
inovatif, kreatif agar model pembelajaran PAKEM terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Alkitab,
Lembaga Alkitab Indonesia Edisi Studi, Jakarta LAI, 2010.
Ahmadi, Abu. Didaktik Metodik II. Semarang: CV. Toha
Putra. 1998.
Asrori,
Mohammad. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima, 2007.
Belly, Ellya. Pengaruh Motivasi terhadap Minat
Mahasiswa Akuntasi. Simposium Nasional Akuntasi Padang, 2006.
Bob dan Anik Anwar.. Pedoman Pelaksanaan Menuju Pra
Seleksi Murni. Bandung: Ganesa Exact, 1983.
Buchari. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Aksara Baru,
1985.
Depdiknas,.
Himpunan Perundang-undnagan Republik Indonesia, Humas Depdiknas, Jakarta, 2007.
Djayadisastra, Yusuf. Psikologi Perkembangan. Bandung:
BPGT, 1989.
E Mulyasa.
Kurikulum Berbasis Komputer, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, Bandung:
PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
Gie. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Liberti,
1995.
Hamalik, Oemar. Metode Belajar dan Kesulitan Belajar.
Bandung: Tarsito, 1983.
Hamalik,
Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan System, Bumi Aksara
Jakarta, 2001.
Hardjana. Kiat Sukses di Perguruan Tinggi. Yogyakarta:
Kanisius. 1994.
Hasnawiyah. Minat dan Motivasi Siswa terhadap
Jurusan Biologi pada SMA di Ujungpandang. Skripsi FPMIPA IKIP Ujungpandang.
Kartono, K. Bimbingan Belajar di SMU dan Perguruan
Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.
Karim,
M. Rusli. Pendidikan Islam dan Transformasi Sosial, Tiara Wacana Yogyakarta,
1991.
Kartono,
Kartini. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju, 1995.
Kusairi,
Sentot. Pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivis dan Kendala-kendala
Implementasinya. FMIPA UM, 2003.
Loekmono. Belajar Bagaimana Belajar. Jakarta:
BPK Gunung Mulia, 1994.
Moleong,
Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remadja Karya, 1989.
Miles,
M.B., & Huberman, A.M. Analisis data kualitatif. (Terjemahan Tjetjep
Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 1992.
M.
Dahlan. Al-Barri & L. Lya Sofyan Yacub. Kamus Induk Ilmiyah,Target Press
Surabaya, 2003.
Samosir, Marten. Seni Berpikir Kreatif. Jakarta:
Erlangga, 1992.
Soemanto,
Wasty. Psikologi Pendidikan. Malang: PT. Rineka Cipta, 1983.
Slameto.
Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta, 2003.
Sukmadinata,
Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan, Remaja Rosdakarya
Sudarmono. Tuntunan Metodologi Belajar.
Jakarta: Grasindo. 1994.
Sudjana,
Nana, 1996. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru lgesindo, Bandung,
1996.
Sukardi. Bimbingan dan Penyuluhan. Surabaya: Usaha
Nasional, 1987.
Sujanto.
Bimbingan ke Arah Belajar yang Sukses. Rineka Cipta, 1981.
Suharsimi.
Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, edisi revisi VI, Rineka
Cipta Jakarta, 2006.
Sumadi,
Suryabrata. Psikologi Pendidikan, Jakarta:
PT Raja Grafindo Persada, 1988.
Syah,
Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995.
Tatang,
Amirin. Pokok-pokok Teori Sistem, Jakarta: Rajawali Pers, 1996.
Tono,
Achmad. Metode Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru, 1978.
KONTRIBUTOR JURNAL
VOICE OF THE COVENANT
Vol. 1. No. 1,
Oktober 2017
Jessica Laura Sidabutar, M.Pd., adalah Bid. Keuangan di STT
Covenant Indonesia. Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Kristen dari STT
Doulos, Jakarta pada tahun 2007. Gelar M. Pd. diperoleh dari STT IKSM SA pada
tahun 2017. Isteri dari
Pdt. Dr. Junior
Natan Silalahi dan Ibu
dari Nathania Laura
E. Silalahi. Saat ini berdomisili di Cengkareng,
Jakarta Barat bersama keluarga.
[1]R. W. Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1998), h. 2.
[2] Akhmad
Sudrajat, Strategi Pembelajaran Koperatif Metode Group Investigation.
http/www.Akhmad Sudrajat.wordpress.com. (diakses tanggal 20 Juni 2017).
[3]Akhmad Sudrajat, Kurikulum dan Pembelajaran dalam Paradigma
Baru (Paramitra
Publishing:Jakarta), 2011, h.25.
[4] Depdiknas, 2004: II-8
[5] Tim Penyusun, KBBI 4, (Jakarta:
PT Gramedia, 2013), 31.
[6] Ibid, 739.
[7] Ibid, 352.
[8] Ibid, 1267.
[9] Sentot Kusairi,
Pembelajaran dengan Pendekatan
Konstruktivis dan Kendala-kendala Implementasinya (FMIPA UM, 2003), h. 37.
[10] Ibid., h. 40.
[11] Akhmad Sudrajat, Strategi
Pembelajaran Koperatif Metode Group Investigation. http/www.Akhmad
Sudrajat.wordpress.com. (diakses tanggal 20 Juni 2017).
[12]Akhmad Sudrajat, Kurikulum dan Pembelajaran dalam Paradigma
Baru (Paramitra Publishing:Jakarta),
2011, h.25.
[13] Pranoto, Panduan Singkat Penelitian Kualitatif (Widyaiswara Madya BPPP
Tegal), h. 65.
[14] Lexy J. Moeloeng, Teknik Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006),
h. 31.
Komentar
Posting Komentar