PENGARUH MODEL PAKEM TERHADAP MINAT BELAJAR SISWA PAK DI SD KWITANG 2 PSKD JAKARTA PUSAT





PENGARUH  MODEL PAKEM TERHADAP MINAT BELAJAR
SISWA PAK DI SD KWITANG 2 PSKD JAKARTA PUSAT
Jessica Laura Sidabutar, M.Pd.
 (Sumber: Jurnal Voice of The Covenant Vo.1 No.1 2017)

ABSTRAK
Artikel ini ingin mengkaji tentang pengaruh model PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan) terhadap minat belajar siswa pada pelajaran pendidikan agama Kristen. Metode penelitian yang dilakukan bersifat kuantitatif.  Dalam penulisan karya ilmiah ini, penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif. Pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel. Peneliti mendapatkan data dari siswa-siswi SD 2 PSKD Jakarta Pusat melalui kuisioner atau angket menggunakan sistem SPSS Versi 2.0. Penelitian ini bertujuan untuk menngukur seberapa besar pengaruh model PAKEM bagi minat belajar siswa. Hasil belajar yang baik tentu merupakan bagian dari suatu upaya yang terstruktur harus dilakukan baik oleh guru dan siswa. Hasil belajar yang baik tidak muncul begitu saja. Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan maka penulis menemukan ada pengaruh yang signifikan model PAKEM dan minat belajar terhadap hasil belajar PAK siswa di SD 2 PSKD Kwitang Jakarta Pusat tahun ajaran 2017/2018.
Setelah melakukan penelitian sesuai dengan metodologi yang baku, maka didapat hasil perhitungan korelasi antara kedua variabel adalah sebesar 0.284 dan masuk pada kategori positif. Berdasarkan uji regresi didapat hasil regresi antara kedua variabel sebesar 0,490 atau 49% yang berarti bahwa model PAKEM memberi kontribusi sebesar 49% terhadap peningkatan hasil belajar PAK.
Dengan demikian penerapan model PAKEM dapat menumbuhkan minat belajar siswa dalam pelajaran pendidikan agama Kristen, namun demikian hal tersebut tidak bisa dijadikan satu-satunya acuan karena masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi minat belajar siswa.

Kata-kata Kunci: Model PAKEM, Guru PAK, Minat Belajar.



PENDAHULUAN

Pendidikan bertujuan agar siswa mengalami perubahan sebagai hasil dari belajar. Perubahan yang dimaksud ialah menuju kepada perubahan yang positif. Perubahan tersebut menyangkut hal kognitif, afektif, dan psikomotorik, dimana nara didik akan mengalami pembaruan. Pembaruan tersebut tentunya akan menjadikan nara didik mengalami kehidupan yang lebih baik. Dan tujuan dari pendidikan tersebut dapat terwujud apabila memenuhi faktor-faktor yang sesuai dengan standar yang telah ditetapkan, saling terkait, dan saling mendukung satu dengan lainnya. Dalam hal ini, Dahar berpendapat bahwa siswa kurang bermutu atau memenuhi tujuan yang diharapkan dikarenakan metode mengajar yang kurang tepat.[1]
Dari sekian banyak model pembelajaran yang ada dalam dunia pendidikan, maka model PAKEM merupakan salah satu model yang sangat baik. Rusman menjelaskan bahwa PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. PAKEM merupakan sebuah pendekatan yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap dan pemahamannya dengan penekanan belajar sambil bekerja. Sementara, guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar, termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajara lebih menarik, menyenangkan dan efektif.
Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari sipembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan.  Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.[2]
Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa.
Dalam model PAKEM, siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat. Guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa. Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. Guru juga mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.[3]
PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Pembelajaran merupakan implementasi kurikulum di sekolah dari kurikulum yang sudah dirancang dan menuntut aktivitas dan kreativitas guru dan siswa sesuai dengan rencana yang telah diprogramkan secara efektif dan menyenangkan. Ini sesuai dengan yang Pembaruan dalam pendidikan harus dimulai dari bagaimana anak belajar dan bagaimana guru mengajar bukan dari ketentuan-ketentuan hasil. Guru harus dapat mengambil keputusan atas dasar penilaian yang tepat ketika siswa belum dapat membentuk kompetensi dasar dan standar kompetensi berdasarkan interaksi yang terjadi dalam kegiatan pembelajaran. Oleh karena itu guru harus mampu menciptakan suasana pembelajaran partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan supaya kompetensi dasar dan standar kompetensi yang telah dirancang dapat tercapai.
Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks. Artinya, pembelajaran tersebut harus menunjukkan kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan dan gurupun harus mengerti bahwa siswa-siswa pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda-beda. Cara memahami materi yang diajarkan berbeda-beda, ada yang bisa menguasai materi lebih cepat dengan keterampilan psikomotorik (kinestetik), ada yang menguasai materi lebih cepat dengan mendengar (auditif), dan ada juga yang menguasai materi lebih cepat  dengan melihta atau membaca (visual).
Untuk itu, guru harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai jenis-jenis belajar (multimetode dan multimedia) dan suasana belajar yang kondusif, baik eksternal maupun internal. Dalam model PAKEM ini, guru dituntut untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat menciptakan membuat karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya.


BAHASAN

Kajian Teori
Model PAKEM
Departemen Pendidikan Nasional dalam Program Manajemen Berbasis Sekolah menyebutkan bahwa PAKEM merupakan singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka membentuk generasi yang kreatif, sedangkan kreatif dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi beragam tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar mengajar yang dapat memusatkan perhatiannya secara penuh saat belajar sehingga curah waktu perhatiannya tinggi.[4]
Rusman menjelaskan bahwa PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.  Ia membagi model-model pembelajaran menjadi: model pembelajaran kontekstual, koperatif, berbasis masalah, tematik, berbasis komputer, PAKEM, berbais Web, pembelajaran mandiri. Sedangkan menurut Nur Hamiyah dan Moh. Jauhar, “ada beberapa model pembelajaran, yakni ceramah, diskusi, demonstrasi, studi kasus, bermain peran (role play) dan lain sebagainya.” PAKEM adalah singkatan dari pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. PAKEM merupakan sebuah pendekatan yang memungkinkan peserta didik mengerjakan kegiatan beragam untuk mengembangkan keterampilan, sikap dan pemahamannya dengan penekanan belajar sambil bekerja. Sementara, guru menggunakan berbagai sumber dan alat bantu belajar, termasuk pemanfaatan lingkungan supaya pembelajara lebih menarik, menyenangkan dan efektif.
Menurut KBBI aktif adalah giat (bekerja, berusaha, dinamis atau bertenaga (sebagai lawan statis atau lembam).[5] Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran, guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya. Bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan. jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar. Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi kreatif yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif adalah memiliki daya cipta; memiliki kemampuan untuk menciptakan; bersifat (mengandung) daya cipta: pekerjaan yang kreatif menghendaki kecerdasan dan imajinasi.[6] Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam, sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Sedangkan efektif adalah ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya); serta dapat membawa hasil; berhasil guna (tentang usaha, tindakan).[7] Efektif berarti proses pembelajaran tersebut bermakna bagi siswa. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa. Setelah proses pembelajaran berlangsung. Sebab, belajar memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan, tetapi tidak efektif, maka pembelajarn tersebut tidak ubahnya seperti bermain saja. Dan menyenangkan artinya menjadikan senang; membuat bersuka hati, membangkitkan rasa senang hati; memuaskan; menarik (hati), merasa senang (puas dan sebagainya) akan; menyukai. Kata menyenangkan berasal dari kata senang yang artinya puas dan lega, betah, berbahagia (tidak ada sesuatu yang menyusahkan, tidak kurang suatu apa dalam hidupnya), suka; gembira, mudah; serba mudah; praktis, gembira dalam hati. [8]
Menurut Sentot Kusairi, PAKEM adalah singkatan dari pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Meyenangkan. Atau bisa dikatakan sebuah metode pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan, yang hal tersebut ditujukan sebagai alternatif serta solusi dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di sekolah khususnya di sekolah dasar.[9]
Menurut Sentot, masalah trend dan berbagai isu tentang pembelajaran PAKEM di kembangkan atas dasar tuntutan karena perubahan pradikma pembelajaran yaitu: peralihan pendidikan dari bentuk formal (teori latihan) kerevintion, proses (activitees), penerapan dan pemecahan masalah nyata, perubahan dari pradikma dari guru mengajar ke siswa belajar, peralihan dari belajar perorangan ke belajar bersama (konvertiv learning), peralihan dasar positivik (behavioristik) ke konstruktivistik atau dari subjek centred ke clearer centred (terbentuk/konstruksinya pengetahuan) suatu teori baru yang menyatakan bahwa pengetahuan terbentuk di dalam pikiran sendiri berdasarkan pada pengetahuan yang di punyainya, peralihan dari teori pemindahan pengatahuan (knowledge transmited) ke bentuk intraktif, investigasi eksploratif, kegiatan-kegiatan terbuka, keterampilan proses dan pemecahan masalah, peralihan dari belajar menghafal (rote learning) ke belajar pemahaman (learning of understanding), penyempurnaan evaluasi dengan authentic assessment seperti misalnya poftofolio, jurnal, proyek, laporan siswa, untuk kinerja atau yang lain.[10]
Dari kedua pendapat di atas pembelajaran yang aktif, kretif, efektif dan menyenangkan (PAKEM) pada hakikatnya adalah suatu strategi pembelajaran terpadu yang menggunakan strategi, metode, pendekatan dan teknik pengajaran terpadu sedemikian rupa baik prosedur maupun tujuan pembelajaran dapat terlaksana dan tercapai dengan baik.
Menurut Akhmad Sudrajat, PAKEM adalah singkatan dari Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga siswa aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Belajar memang merupakan suatu proses aktif dari si pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan.  Sehingga, jika pembelajaran tidak memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan aktif, maka pembelajaran tersebut bertentangan dengan hakikat belajar.[11]
Peran aktif dari siswa sangat penting dalam rangka pembentukan generasi yang kreatif, yang mampu menghasilkan sesuatu untuk kepentingan dirinya dan orang lain. Kreatif juga dimaksudkan agar guru menciptakan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan siswa. Menyenangkan adalah suasana belajar-mengajar yang menyenangkan sehingga siswa memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi.
Masih menurut Akhmad Sudrajat, menurut hasil penelitian, tingginya waktu curah terbukti meningkatkan hasil belajar. Keadaan aktif dan menyenangkan tidaklah cukup jika proses pembelajaran tidak efektif, yaitu tidak menghasilkan apa yang harus dikuasai siswa setelah proses pembelajaran berlangsung, sebab pembelajaran memiliki sejumlah tujuan pembelajaran yang harus dicapai. Jika pembelajaran hanya aktif dan menyenangkan tetapi tidak efektif, maka pembelajaran tersebut tak ubahnya seperti bermain biasa. Secara garis besar gambaran PAKEM adalah siswa terlibat dalam berbagai kegiatan yang mengembangkan pemahaman dan kemampuan mereka dengan penekanan pada belajar melalui berbuat, guru menggunakan berbagai alat bantu dan cara membangkitkan semangat, termasuk menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar untuk menjadikan pembelajaran menarik, menyenangkan, dan cocok bagi siswa, guru mengatur kelas dengan memajang buku-buku dan bahan belajar yang lebih menarik dan menyediakan ‘pojok baca’ Guru menerapkan cara mengajar yang lebih kooperatif dan interaktif, termasuk cara belajar kelompok. Guru mendorong siswa untuk menemukan caranya sendiri dalam pemecahan suatu masalah, untuk mengungkapkan gagasannya, dan melibatkam siswa dalam menciptakan lingkungan sekolahnya.[12]
PAKEM merupakan model pembelajaran dan menjadi pedoman dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan pelaksanaan pembelajaran PAKEM, diharapkan berkembangnya berbagai macam inovasi kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.
Guru harus menyadari bahwa pembelajaran memiliki sifat yang sangat kompleks. Artinya, pembelajaran tersebut harus menunjukkan kenyataan bahwa pembelajaran berlangsung dalam suatu lingkungan pendidikan dan gurupun harus mengerti bahwa siswa-siswa pada umumnya memiliki taraf perkembangan yang berbeda-beda. Cara memahami materi yang diajarkan berbeda-beda, ada yang bisa menguasai materi lebih cepat dengan keterampilan psikomotorik (kinestetik), ada yang menguasai materi lebih cepat dengan mendengar (auditif), dan ada juga yang menguasai materi lebih cepat  dengan melihta atau membaca (visual).
Untuk itu, guru harus memiliki pengetahuan yang luas mengenai jenis-jenis belajar (multimetode dan multimedia) dan suasana belajar yang kondusif, baik eksternal maupun internal. Dalam model PAKEM ini, guru dituntut untuk dapat melakukan kegiatan pembelajaran yang dapat melibatkan siswa melalui partisipatif, aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan yang pada akhirnya membuat siswa dapat menciptakan membuat karya, gagasan, pendapat, ide atas hasil penemuannya dan usahanya sendiri, bukan dari gurunya.

Minat Belajar
Minat adalah kecenderungan jiwa yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa aktivitas atau kegiatan. Seseorang yang berminat terhadap suatu aktivitas dan memperhatikan itu secara konsisten dengan rasa senang. Minat merupakan moment-moment dari kecenderungan jiwa yang terarah secara intensif kepada suatu obyek yang dianggap paling efektif (perasaan, emosional) yang didalamnya terdapat elemen-elemen efektif (emosi) yang kuat. Minat juga berkaitan dengan kepribadian. Jadi pada minat terdapat unsur-unsur pengenalan (kognitif), emosi (afektif), dan kemampuan (konatif) untuk mencapai suatu objek, seseorang suatu soal atau suatu situasi yang bersangkutan dengan diri pribadi.
Minat  merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu yang timbul karena kebutuhan, yang dirasa atau tidak dirasakan atau keinginan hal tertentu. Minat dapat diartikan kecenderungan untuk dapat tertarik atau terdorong untuk memperhatikan seseorang sesuatu barang atau kegiatan dalam bidang-bidang tertentu. Minat dapat menjadi sebab sesuatu kegiatan dan sebagai hasil dari keikutsertaan dalam suatu kegiatan. Karena itu minat belajar adalah kecenderungan hati untuk belajar untuk mendapatkan informasi, pengetahuan, kecakapan melalui usaha, pengajaran atau pengalaman. Minat berarti sibuk, tertarik, atau terlihat sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena menyadari pentingnya kegiatan itu. Dengan demikian, minat belajar adalah keterlibatan sepenuhnya seorang siswa dengan segenap kegiatan pikiran secara penuh perhatian untuk memperoleh pengetahuan dan mencapai pemahaman tentang pengetahuan ilmiah yang dituntutnya di sekolah.
Minat besar pengaruhnya terhadap aktivitas belajar. Siswa yang berminat terhadap biologi akan mempelajari biologi dengan  sungguh-sungguh seperti  rajin belajar, merasa senang mengikuti penyajian pelajaran biologi, dan bahkan dapat menemukan kesulitan–kesulitan dalam belajar menyelesaikan soal-soal latihan dan praktikum karena adanya daya tarik yang diperoleh dengan mempelajari biologi. Siswa akan mudah menghafal pelajaran yang menarik minatnya. Minat berhubungan erat dengan motivasi. Motivasi muncul karena adanya kebutuhan, begitu juga minat, sehingga tepatlah bila minat merupakan alat motivasi. Proses belajar akan berjalan lancar bila disertai minat. Oleh karena itu, guru perlu membangkitkan minat siswa agar pelajaran yang diberikan mudah siswa mengerti.
Minat belajar adalah salah satu faktor psikologis yang akan mempengaruhi belajar. Minat yang dapat menunjang belajar adalah minat kepada bahan atau mata pelajaran dan kepada guru yang mengajarnya. Apabila siswa tidak berminat kepada bahan atau mata pelajaran juga kepada gurunya, maka siswa tidak akan mau belajar. Oleh karena itu, guru harus memberi motivasi agar siswa mau belajar dan memperhatikan pelajaran.
Guru perlu sekali mengenal minat-minat muridnya, karena ini penting bagi guru untuk memilih bahan pelajaran, merencanakan pengalaman-pengalaman belajar, menuntun mereka ke arah pengetahuan, dan untuk mendorong motivasi belajar mereka. Motivasi itu mudah menjalar atau tersebar terhadap orang lain. Guru yang berminat tinggi dan antusias akan menghasilkan murid-murid yang juga berminat tinggi dan antusias pula. Demikian murid yang antusias akan mendorong motivasi murid-murid lainnya.
Minat belajar juga sebagai salah satu faktor internal mempunyai peranan dalam menunjang prestasi belajar siswa, siswa yang tidak berminat terhadap  bahan pelajaran akan menunjukkan sikap yang kurang simpatik, malas dan tidak bergairah mengikuti proses belajar mengajar. Untuk merangsang perhatian siswa setiap guru dituntut harus mampu menciptakan suasana proses belajar mengajar sedemikian rupa sehingga mampu menarik perhatian siswa terhadap apa yang diberikan. Suatu keadaan yang menarik perhatian siswa diharapkan dapat menimbulkan minat dan motivasi belajar siswa.
Minat siswa terhadap pelajaran merupakan kekuatan yang akan mendorong siswa untuk belajar. Siswa yang berminat (sikapnya senang) kepada pelajaran akan tampak terdorong terus untuk tekun belajar, berbeda dengan siswa yang sikapnya hanya menerima kepada pelajaran. Mereka hanya tergerak untuk mau belajar tetapi sulit untuk bisa terus tekun karena tidak ada pendorongnya. Minat belajar merupakan kecenderungan seseorang yang berasal dari luar maupun dalam sanubari yang mendorongnya untuk merasa tertarik terhadap suatu hal sehingga mengarahkan perbuatannya kepada suatu hal tersebut dan menimbulkan perasaan senang. 
Minat seseorang tidak timbul secara tiba-tiba. Minat tersebut ada karena pengaruh dari dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah sesuatu yang membuat siswa berminat, yang berasal dari dalam diri sendiri. Faktor internal tersebut antara lain: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Perhatian sangatlah penting dalam mengikuti kegiatan dengan baik, dan hal ini akan berpengaruh pula terhadap minat belajar siswa atau peserta didik. Perhatian dalam belajar yaitu pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas seseorang yang ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek belajar. Siswa yang aktivitas belajarnya disertai dengan perhatian yang intensif akan lebih sukses serta prestasinya akan lebih tinggi. Orang menaruh minat pada suatu aktivitas akan memberikan perhatian yang besar, tidak segan mengorbankan waktu dan tenaga demi aktivitas tersebut. Keingintahuan adalah perasaan atau sikap yang kuat untuk mengetahui sesuatu dorongan kuat untuk mengetahui lebih banyak tentang sesuatu. Suatu perasaan yang muncul dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut ingin mengetahui sesuatu.
Motivasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Motivasi adalah sesuatu yang kompleks. Motivasi akan menyebabkan terjadinya suatu perubahan energi yang ada pada diri manusia, sehingga akan bergayut dengan persoalan gejala kejiwaan, perasaan dan juga emosi, untuk kemudian bertindak atau melakukan sesuatu.  Kebutuhan (motif) yaitu keadaan dalam diri pribadi seorang siswa yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan. Kebutuhan ini hanya dapat dirasakan sendiri oleh seorang individu. Seseorang tersebut melakukan aktivitas belajar karena ada yang mendorongnya. Dalam hal ini motivasi sebagai dasar penggeraknya yang mendorong seseorang untuk belajar. Dan minat merupakan potensi psikologis yang dapat dimanfaatkan untuk menggali motivasi bila seseorang sudah termotivasi untuk belajar, maka akan melakukan aktivitas belajar dalam rentangan waktu tertentu.
Faktor eksternal adalah sesuatu yang membuat siswa berminat yang datangnya dari luar diri, seperti: dorongan dari orang tua, dorongan dari guru, tersedianya prasarana dan sarana atau fasilitas, dan keadaan lingkungan. Demikian penjelasan mengenai Minat Belajar dan Faktor faktor yang mempengaruhi munculnya minta, semoga bermanfaat. Minat melahirkan perhatian spontan yang memungkinkan terciptanya konsentrasi untuk waktu yang lama dengan demikian, minat merupakan landasan bagi konsentrasi. Minat bersifat sangat pribadi, orang lain tidak bisa menumbuhkannya dalam diri siswa, tidak dapat memelihara dan mengembangkan minat itu, serta tidak mungkin berminat terhadap sesuatu hal sebagai wakil dari masing-masing siswa.
Minat dan perhatian dalam belajar mempunyai hubungan yang erat sekali. Seseorang yang menaruh minat pada mata pelajaran tertentu, biasanya cenderung untuk memperhatikan mata pelajaran tersebut. Sebaliknya, bila seseorang menaruh perhatian secara kontinyu baik secara sadar maupun tidak pada objek tertentu, biasanya dapat membangkitkan minat pada objek tersebut. Kalau seorang siswa mempunyai minat pada pelajaran tertentu dia akan memperhatikannya. Namun sebaliknya jika siswa tidak berminat, maka perhatian pada mata pelajaran yang sedang diajarkan biasanya dia malas untuk mengerjakannya. Demikian juga dengan siswa yang tidak menaruh perhatian yang pada mata pelajaran yang diajarkan, maka sukarlah diharapkan siswa tersebut dapat belajar dengan baik. Hal ini tentu mempengaruhi hasil belajarnya.
Suatu minat dapat diekspresikan melalui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal lainnya, dapat pula dimanifestasikan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut. Minat tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari sejak lahir melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat baru. Jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya walaupun minat terhadap sesuatu hal tidak merupakan hal yang hakiki untuk  dapat mempelajari hal tersebut.
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya adalah membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Proses ini berarti menunjukkan pada siswa bagaimana pengetahuan atau kecakapan tertentu mempengaruhi dirinya, melayani tujuan-tujuannya, memuaskan kebutuhan-kebutuhannya. Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai beberapa tujuan yang dianggapnya penting dan bila siswa melihat bahwa dari hasil dari pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan besar siswa akan berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya.
Dengan demikian perlu adanya usaha-usaha atau pemikiran yang dapat memberikan solusi terhadap peningkatan minat belajar siswa, utamanya dengan yang berkaitan dengan bidang studi biologi. Minat sebagai aspek kewajiban bukan aspek bawaan, melainkan kondisi yang terbentuk setelah dipengaruhi oleh lingkungan. Karena itu minat sifatnya berubah-ubah dan sangat tergantung pada individunya.
Minat belajar dapat diingatkan melalui latihan konsentrasi. Konsentrasi merupakan aktivitas jiwa untuk memperhatikan suatu objek secara mendalam. Dapat dikatakan bahwa konsentrasi itu muncul jika seseorang menaruh minat pada suatu objek, demikian pula sebaliknya merupakan kondisi psikologis yang sangat dibutuhkan dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kondisi tersebut amat penting sehingga konsentrasi yang baik akan melahirkan sikap pemusatan perhatian yang tinggi terhadap objek yang sedang dipelajari.
Minat sebagai salah satu aspek psikologis dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik yang sifatnya dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Dilihat dari dalam diri siswa, minat dipengaruhi oleh cita-cita, kepuasan, kebutuhan, bakat dan kebiasaan. Sedangkan bila dilihat dari faktor luarnya minat sifatnya tidak menetap melainkan dapat berubah sesuai dengan kondisi lingkungan. Faktor luar tersebut dapat berupa kelengkapan sarana dan prasarana, pergaulan dengan orang tua dan persepsi masyarakat terhadap suatu objek serta latar belakang sosial budaya.
Faktor-faktor yang berpengaruh di atas dapat diatasi oleh guru di sekolah dengan cara penyajian materi yang dirancang secara sistematis, lebih praktis dan penyajiannya lebih berserni, memberikan rangsangan kepada siswa agar menaruh perhatian yang tinggi terhadap bidang studi yang sedang diajarkan, mengembangkan kebiasaan yang teratur, meningkatkan kondisi fisik siswa, memepertahankan cita-cita dan aspirasi siswa, serta menyediakan sarana oenunjang yang memadai.
Minat belajar membentuk sikap akademik tertentu yang bersifat sangat pribadi pada setiap siswa. Oleh karena itu, minat belajar harus ditumbuhkan sendiri oleh masing-masing siswa. Pihak lainnya hanya memperkuat dan menumbuhkan minat atau untuk memelihara minat yang telah dimiliki seseorang. Minat berkaitan dengan nilai-nilai tertentu. Oleh karena itu, merenungkan nilai-nilai dalam aktivitas belajar sangat berguna untuk membangkitkan minat. Misalnya belajar agar lulus ujian, menjadi juara, ahli dalam salah satu ilmu, memenuhi rasa ingin tahu mendapatkan gelar atau memperoleh pekerjaan. Dengan demikian minat belajar tidak perlu berangkat dari nilai atau motivasi yang muluk-muluk. Bila minat belajar didapatkan pada gilirannya akan menumbuhkan konsentrasi atau kesungguhan dalam belajar.
Butir motif yang penting yang dapat dijadikan alasan untuk mendorong tumbuhnya minat belajar dalam diri seorang siswa yiatu: Suatu hasrat untuk memperoleh nilai-nilai yang lebih baik dalam semua mata pelajaran, Suatu dorongan batin untuk memuaskan rasa ingin tahu dalam satu atau lain bidang studi, Hasrat siswa untuk meningkatkan siswa dalam meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan pribadi, Hasrat siswa untuk menerima pujian dari orang tua, guru atau teman-teman, Gambaran diri dimasa mendatang untuk meraih sukses dalam suatu bidang khusus tertentu.    
Beberapa langkah untuk menimbulkan minat belajar menurut yaitu: mengarahkan perhatian pada tujuan yang hendak dicapai, mengenai unsur-unsur permainan dalam aktivitas belajar, merencanakan aktivitas belajar dan mengikuti rencana itu, pastikan tujuan belajar saat itu misalnya menyelesaikan PR atau laporan, dapatkan kepuasan setelah menyelesaikan jadwal belajar, bersikaplah positif di dalam menghadapi kegiatan belajar, dan melatih kebebasan emosi selama belajar.


Metode Penelitian
Dalam penulisan artikel ini, penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif. Menurut Pranoto, Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif. Penelitian kuantitatif banyak dipergunakan baik dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial, dari fisika dan biologi hingga sosiologi dan jurnalisme. Pendekatan ini juga digunakan sebagai cara untuk meneliti berbagai aspek dari pendidikan. Istilah penelitian kuantitatif sering dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk membedakannya dengan penelitian kualitatif.[13]
Penelitian kuantitatif adalah definisi, pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka. Dalam penelitian kuantitatif, penelitian berangkat dari teori menuju data, dan berakhir pada penerimaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan.[14]
Oleh sebab itu, dalam penelitian ini peneliti mendapatkan data dari siswa-siswi SD 2 PSKD Jakarta Pusat melalui kuisioner atau angket. Dimana siswa-siswi SD 2 PSKD mengisi kuisioner yang telah disediakan oleh penulis. Dan dalam penelitian ini penulis menggunakan sistem SPSS Versi 2.0. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini ialah secara probability (teori peluang). Probability sampling adalah teknik pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama bagi setiap anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik Probability Sampling yang dipilih adalah Stratified Random Sampling, yaitu pemilihan atau penentuan sampel secara acak dengan strata yang ada. Dalam penelitian ini, hipotesa yang diajukan dianalisa dengan menggunakan Pearson Moment Corelation dengan bantuan perangkat lunak (software) SPSS 22.0 for Windows.




Hasil Penelitian
Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui instrument penelitian untuk variabel penerapan model PAKEM dengan rentang skor 47 – 84 dan dianalisa menggunakan Analisis Statistik Deskriptif SPSS 20.0 Frekuensi, maka didapat nilai Mean 68,00; Median 68,00; Modus 68; Standar Deviasi 8,429 dan Varian 71,053. Nilai Mean (68,00) sama senilai dengan nilai Median (68,00) yang berarti distribusi frekuensi berimbang atau normal. Dari tabel di atas didapat nilai kurtosis -0,033 dan Std. Error of Kurtosis  0,618 dengan demikian didapat perbandingan sebesar 0,585 atau ada di antara -2 dan +2 sehingga berarti nilai variabel tersebut berdistribusi normal. Dari tabel di atas didapat nilai Skewness -0,417 dan Std. Error of Skewness 0,314 dengan demilian didapat perbandingan sebesar -0,103 atau ada di antara -2 dan 2 sehingga nilai variabel tersebut berdistribusi normal. Berdasarkan informasi dari perbandingan kurtosis dan skewness pada tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa data dari variabel Model PAKEM berdistribusi normal dengan kecenderungan data mengumpul di sekitar nilai rata-rata.
Data yang dikumpulkan tentang minat belajar skor antara 69 – 116 dan dianalisa menggunakan Analisis Statistik Deskriptif Frekuensi, maka didapat nilai Mean 66,29; Median 67,50; Modus 68; Standar Deviasi 9,165 dan Varian sebesar 84,000.
Berdasarkan acuan Uji Normalitas yang telah dijelaskan sebelumnya maka didapat perbandingan kurtosis sebesar 0,431 dan skewness sebesar 0,042 yang berarti data variabel berdistribusi normal dan memiliki kecenderungan mengumpul di sekitar nilaia rata-rata.
Dari tabel distribusi frekuensi dan histogram di atas dapat dijelaskan bahwa variabel minat belajar siswa  dari subyek penelitian yang berada di atas rata-rata (68) sebanyak sebanyak 30 responden dari total 60  responden atau 50% sedangkan subyek penelitian yang berada di bawah rata-rata18 responden dari total 30 responden atau sebesar 50%. Perbandingan tersebut menunjukan bahwa frekuensi variabel minat belajar cukup berimbang. Karena variabel tingkat minat belajar beristribusi normal dan dan memiliki kecenderungan mengumpul di sekitar nilai rata-rata serta cukup berimbang  maka dapat dikatakan bahwa subyek penelitian memahami dan mengalami peningkatan minat belajar.





Kesimpulan
Berdasarkan penelitian, maka penulis menarik suatu kesimpulan bahwa ada pengaruh yang signifikan model PAKEM, mnat belajar dan hasil belajar PAK siswa di SD 2 PSKD Kwitang Jakarta Pusat tahun ajaran 2017/2018. Setelah melakukan penelitian sesuai dengan metodologi yang baku, maka didapat hasil perhitungan korelasi antara kedua variabel adalah sebesar 0.284 dan masuk pada kategori positif meski masih rendah. Berdasarkan uji regresi didapat hasil regresi antara kedua variabel sebesar 0,490 atau 49 % yang berarti bahwa model PAKEM memberi kontribusi sebesar 49% terhadap peningkatan hasil belajar PAK. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penerapan model PAKEM dapat menumbuhkan minat belajar siwa dan dapat diterapkan karena memiliki pengaruh yang baik namun demikian hal tersebut tidak bisa dijadikan satu-satunya acuan karena masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil belajar siswa.

Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis memberikan saran. bagi tempat penelitian, yaitu bagi SD 2 PSKD Kwitang sebagai lembaga tempat tempat penelitian, penulis memberikan saran untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam PAK maka perlu adanya konsistensi dalam hal penerapan model PAKEM dan memperhatikan keseimbangan antara reinforcement (penguatan) negatif dan positif. Pihak sekolah menambah fasilitas belajar terutama media belajar yang lebih modern seperti: audio visual, agar pembelajaran lebih efektif. Di samping itu, guru harus mengikuti dan memahami media belajar yang modern  (IT). Sekolah melakukan pelatihan kepada guru-guru agar memahami dan dapat menerapkan model pembelajaran PAKEM secara efektif. Sekolah melakukan inovasi baru berkaitan dengan model PAKEM, karena model ini dapat divariasikan sesuai dengan kreativitas sekolah. Guru harus menyadari bahwa dirinya adalah salah satu dari sumber belajar, sehingga membawa murid agar kreatif menggunakan berbagai sumber yang ada baik dari media teknologi dan buku. Bagi siswa penulis memberikan saran agar siswa mulai dibiasakan dengan model PAKEM agar baik guru dan siwa dapat bersama-sama menerapkan model tersebut secara tepat sehingga tujuan pembelajaran tepat sasaran. Siswa harus belajar menggunakan media belajar yang canggih dan modern (IT). Siswa tidak boleh terpaku pada guru sebagai nara sumber satu-satunya, melainkan siswa harus aktif menggunakan berbagai sumber media informasi. Siswa harus dibiasakan untuk aktif belajar, bertanya, inovatif, kreatif agar model pembelajaran PAKEM terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Alkitab, Lembaga Alkitab Indonesia Edisi Studi, Jakarta LAI, 2010.
Ahmadi, Abu. Didaktik Metodik II. Semarang: CV. Toha Putra. 1998.
Asrori, Mohammad. Psikologi Pembelajaran. Bandung: CV Wacana Prima, 2007.
Belly, Ellya. Pengaruh Motivasi terhadap Minat Mahasiswa Akuntasi. Simposium Nasional Akuntasi Padang, 2006.
Bob dan Anik Anwar.. Pedoman Pelaksanaan Menuju Pra Seleksi Murni. Bandung: Ganesa Exact, 1983.
Buchari. Psikologi Pendidikan. Jakarta. Aksara Baru, 1985.
Depdiknas,. Himpunan Perundang-undnagan Republik Indonesia, Humas Depdiknas, Jakarta, 2007.
Djayadisastra, Yusuf. Psikologi Perkembangan. Bandung: BPGT, 1989.
E Mulyasa. Kurikulum Berbasis Komputer, Konsep, Karakteristik, dan Implementasi, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005.
Gie. Cara Belajar yang Efisien. Yogyakarta: Liberti, 1995.
Hamalik, Oemar. Metode Belajar dan Kesulitan Belajar. Bandung: Tarsito, 1983.
Hamalik, Oemar. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan System, Bumi Aksara Jakarta, 2001.
Hardjana. Kiat Sukses di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Kanisius. 1994.
Hasnawiyah. Minat dan Motivasi Siswa terhadap Jurusan Biologi pada SMA di Ujungpandang. Skripsi FPMIPA IKIP Ujungpandang.
Kartono, K. Bimbingan Belajar di SMU dan Perguruan Tinggi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995.
Karim, M. Rusli. Pendidikan Islam dan Transformasi Sosial, Tiara Wacana Yogyakarta, 1991.
Kartono, Kartini. Psikologi Umum. Bandung: Mandar Maju, 1995.
Kusairi, Sentot. Pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivis dan Kendala-kendala Implementasinya. FMIPA UM, 2003.
Loekmono. Belajar Bagaimana Belajar. Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1994.
Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung. Remadja Karya, 1989.
Miles, M.B., & Huberman, A.M. Analisis data kualitatif. (Terjemahan Tjetjep Rohendi Rohidi. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press), 1992.
M. Dahlan. Al-Barri & L. Lya Sofyan Yacub. Kamus Induk Ilmiyah,Target Press Surabaya, 2003.
Samosir, Marten. Seni Berpikir Kreatif. Jakarta: Erlangga, 1992.
Soemanto, Wasty. Psikologi Pendidikan. Malang: PT. Rineka Cipta, 1983.
Slameto. Belajar dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta : Rineka Cipta, 2003.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan, Remaja Rosdakarya
Sudarmono. Tuntunan Metodologi Belajar. Jakarta: Grasindo. 1994.
Sudjana, Nana, 1996. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru lgesindo, Bandung, 1996.
Sukardi. Bimbingan dan Penyuluhan. Surabaya: Usaha Nasional, 1987.
Sujanto. Bimbingan ke Arah Belajar yang Sukses. Rineka Cipta, 1981.
Suharsimi. Arikunto. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, edisi revisi VI, Rineka Cipta Jakarta, 2006.
Sumadi, Suryabrata. Psikologi Pendidikan, Jakarta:  PT Raja Grafindo Persada, 1988.
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1995.
Tatang, Amirin. Pokok-pokok Teori Sistem, Jakarta: Rajawali Pers, 1996.
Tono, Achmad. Metode Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru, 1978.






KONTRIBUTOR JURNAL
VOICE OF THE COVENANT
Vol. 1. No. 1, Oktober 2017

Jessica Laura Sidabutar, M.Pd., adalah Bid. Keuangan di STT Covenant Indonesia. Memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Agama Kristen dari STT Doulos, Jakarta pada tahun 2007. Gelar M. Pd. diperoleh dari STT IKSM SA pada tahun 2017. Isteri dari Pdt. Dr. Junior Natan Silalahi dan Ibu dari Nathania Laura E. Silalahi.  Saat ini berdomisili di Cengkareng, Jakarta Barat bersama keluarga. 




[1]R. W. Dahar, Teori-teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1998), h. 2.
[2] Akhmad Sudrajat, Strategi Pembelajaran Koperatif Metode Group Investigation. http/www.Akhmad Sudrajat.wordpress.com. (diakses tanggal 20 Juni 2017).
[3]Akhmad Sudrajat, Kurikulum dan Pembelajaran dalam Paradigma Baru (Paramitra   Publishing:Jakarta), 2011, h.25.
[4] Depdiknas, 2004: II-8
[5] Tim Penyusun, KBBI 4, (Jakarta: PT Gramedia, 2013), 31.
[6] Ibid, 739.
[7] Ibid, 352.
[8] Ibid, 1267.
[9] Sentot Kusairi, Pembelajaran dengan Pendekatan Konstruktivis dan Kendala-kendala Implementasinya (FMIPA UM, 2003), h. 37.
[10] Ibid., h. 40.
[11] Akhmad Sudrajat, Strategi Pembelajaran Koperatif Metode Group Investigation. http/www.Akhmad Sudrajat.wordpress.com. (diakses tanggal 20 Juni 2017).
[12]Akhmad Sudrajat, Kurikulum dan Pembelajaran dalam Paradigma Baru (Paramitra   Publishing:Jakarta), 2011, h.25.
[13] Pranoto, Panduan Singkat Penelitian Kualitatif (Widyaiswara Madya BPPP Tegal), h. 65.
[14] Lexy J. Moeloeng, Teknik Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2006), h. 31.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STUDI ALKITABIAH MENGENAI KESUPRANATURALAN YESUS KRISTUS BERDASARKAN MATIUS 1:18-25

PERAN KOMPETENSI GURU PAK DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA/I DI SD KWITANG 2 PSKD JAKARTA PUSAT

LATAR BELAKANG STT HAGIASMOS MISSION JAKARTA